by

Pidato Sejuk dan Menyatukan, Mengapa Tidak Terjadi di Indonesia?

Opiniindonesia.com – Saat hitung cepat 253 elektoral suara, sedangkan Trump tidak beranjak, tetap di 214 elektoral suara, setelah mulai jauh meninggalkan calon petahana yang diusung Partai Republik Donald Trump dalam Pilpres AS, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mulai berbicara bagaimana kelak kalau ia sudah duduk sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Mari kita simak pidato Joe Biden seperti dikutip dari Washington Post, Kamis (5/11/2020) yang menyejukan buat rakyat AS, negara no. 1 di dunia. Joe Biden, begini;

Saatnya Kita Bersatu, Saling Sapa, Menyembuhkan, Satu Sebagai Bangsa. Saya berjanji akan menjadi pemimpin bagi semua orang, tidak hanya orang-orang yang memilih saya. Kami berkampanye sebagai Demokrat, tapi saya akan memerintah sebagai Presiden Amerika. Kepresidenan itu sendiri bukanlah lembaga partisan. Ini adalah satu-satunya kantor di negara ini yang mewakili semua orang dan menuntut tugas untuk menjaga semua orang Amerika dan itulah yang akan saya lakukan.

Biden juga menyinggung tentang kecemasan warga AS soal perpecahan usai Pilpres AS. Menurutnya, meski ada pandangan berbeda dalam Pilpres, sebagai warga AS sejati tidak perlu memperlakukan orang yang berbeda pandangannya sebagai musuh.

Kita bukan musuh. Apa yang menyatukan kita sebagai orang Amerika jauh lebih kuat daripada apa pun sehingga mereka dapat memisahkan kita.

Sudah waktunya bagi kita untuk melakukan apa yang selalu kita lakukan sebagai orang Amerika, untuk melupakan retorika keras kampanye, menurunkan suhu, bertemu lagi, saling mendengarkan, mendengar satu sama lain lagi dan menghormati. dan peduli satu sama lain. Bersatu, menyembuhkan, bersatu sebagai bangsa.

Rangkaian Pidato Biden penuh persatuan dengan rasa nasionalime sejati. Tidak terjadi di Indonesia. Memang benar Presiden Jokowi pernah menyatakan tidak ada lagi Cebong dan Kampret.

Namun realitasnya Rezim Jokowi “memelihara” influencer dan buzzer yang merubah lawan yang tidak memilih/ mendukung Jokowi sebagai Kadrun.

Istana “memanjakan” mereka yang mendukung Jokowi mengundang para pendukung ke Istana, berikut fasilitas. Terkesan Presiden Jokowi sebagai Presiden partai dan relawan, hal yang ditegaskan berulang-ulang oleh Megawati, bahwa Jokowi itu petugas partai.

Entah itu merupakan perintah atau pesan yang tidak tertulis, para pendukung Jokowi tetap sebagai kelompok terpisah namun sampai sekarang mereka tetap menyebar “kebencian” terhadap “lawan politik” atau kelompok yang tidak mendukung/ memilih Jokowi.

News Feed