Opiniindonesia.com – Rahmatan Lil’alamin, agama yang lembut dan berkasih sayang pada seluruh manusia/semesta, begitulah Islam disebut.

Islam mengajarkan penganutnya untuk beinteraksi dengan orang lain termasuk dengan non muslim dengan cara toleransi dan menghargai penganut agama lain sepanjang tidak keluar dari jalur aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Perbedaan keyakinan dan kepercayaan merupakan suatu takdir Allah, sebagai ujian yang diturunkan kepada manusia sebagaimana Firman Allah pada surat Al-Maidah ayat 48.

Keberagaman agama dalam suatu komunitas merupakan given yang Allah tetapkan, dan dalam surat AL-Mumtahanah ayat 8 dan 9 Allah memerintahkan  manusia untuk berbuat baik dan berlaku Adil kepada non muslim, kecuali pada mereka yang memerangi atau mengusir kaum muslimin.

Rasulullah pun mencontohkan dalam Interaksinya dengan seseorang Yahudi di Madinah, ketika seorang Yahudi dari Bani Nadhir melanggar kesepakatan untuk tidak menyerang, maka orang tersebut pergi meninggalkan kota Madinah, dan mereka tidak dihukum karena melanggar kesepakatan.

Rasulullah bahkan mencontohkan bagaimana berdakwah dan menyebarkan agama Islam dengan lembut. Sehingga, pengamalan Islam dengan cara yang radikal dan intoleran, bukanlah cara-cara Islam yang penuh hikmah sebagaimana yang diatur oleh Allah dan dipandu oleh Rasulullah.

Dakwah yang dilakukan kelompok Hizbut Tahrir yang berpijak atas keharusan mengembalikan khilafah Islamiyah, dengan mengeluarkan ijtihad tentang politik yang kontroversial dan tidak sedikit yang bertentangan dengan aturan negara sebagai suatu konsensus masyarakat di berbagai negara di dunia.