OPINI INDONESIA – Ada tiga skenario koalisi PDIP-Gerindra yang bisa diwujudkan pada 2024. Ketiga skenario ini sama-sama punya potensi kemenangan di Pilpres 2024.
Pertama, Megawati-Prabowo. Ini pasangan gaek antara ketum kedua parpol. Punya pengalaman berduet di Pilpres 2009, berikut kedekatan Megawati dan Prabowo menjadi indikasi kuat.
Dengan skema ‘presidential threshold’ pasangan ini akan kokoh dalam berkoalisi dan menjadi opsi Mega-Prabowo jilid II.
Tetapi kuatnya oligarki parpol dan gerontokrasi bisa menjadi isu kampanye negatif yang akan dimainkan oleh lawan. Kelebihan pasangan ini, akan dapat dukungan maksimal relawan sukarnoisme dan bisa di-endorse Presiden Jokowi.
Kedua, Prabowo-Puan. Pasangan ini paling mungkin diwujudkan dan dinilai cocok karena faktor usia (tua-muda), jenis kelamin (pria-wanita), serta latar belakang militer-sipil.
Salah satu kendala dari pasangan ini adalah pandangan bahwa PDIP sebagai parpol pemenang pemilu dengan 128 kursi di parlemen apa mau memposisikan kandidatnya di posisi RI-2 ? Jawabannya tentu bisa mengingat elektabilitas Prabowo yang jauh lebih tinggi, begitu juga dengan pengalamannya.
Dan bisa saja dilakukan redefinisi ulang perjanjian Batu Tulis. Jika Batu Tulis 2009 (jilid I) ada klausul bahwa Prabowo sebagai cawapres Megawati akan di dukung oleh PDIP maju sebagai Capres 2014 – yang akhirnya batal karena akhirnya PDIP mencalonkan Jokowi.
Maka kebalikannya, Batu Tulis 2024 (jilid II) juga bisa dibuat klausul bahwa jika Puan Maharani menjadi cawapres Prabowo di 2024, maka Gerindra gantian mendukung pencalonan Puan Maharani sebagai Capres pada tahun 2029 berikutnya.
Ketiga, Ganjar Pranowo- Sandiaga Uno. Ini sebenarnya lebih realistis karena regenerasi kepemimpinan nasional serta elektabilitas dan popularitas yang bagus di mata publik, terutama di medsos.
Namun justru pasangan Ganjar-Sandi ini yang punya peluang paling tinggi untuk juara, tetapi justru paling rendah untuk bisa diwujudkan dalam koalisi nasionalis PDIP-Gerindra nanti di 2024.
Karena walaupun keduanya kader partai berprestasi dari PDIP dan Gerindra, dan masing-masing punya jabatan publik sebagai Gubernur Jateng dan Menparekraf, namun mereka berdua tidak punya power untuk disupport partainya maju di Pilpres 2024. Bagaimanapun Pemilu 2024 masih jauh. Politik sangat dinamis.
Segala sesuatu masih mungkin terjadi di “injury time” dalam politik. Selalu ada faktor X” yang tidak pernah bisa di duga.
Oleh : Igor Dirgantara, Dosen Fisip Universitas Jayabaya, Director Survey & Polling Indonesia (SPIN)