Paradoks Indonesia : Negara Kaya tapi Rakyatnya Tidak Sejahtera

Avatar photo

- Pewarta

Rabu, 19 Desember 2018 - 20:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KITA BANGSA Indonesia tentu sangatlah bangga,  Bagaimana tidak, kekayaan bangsa ini terdiri dari aneka ragam dan terdapat sumber daya alam yang begitu melimpah ruah, akan tetapi mengapa negara yang kaya raya ini, masih banyak rakyatnya yang jauh dikatakan hidup sejahtera, lalu kemana larinya sumber daya alam kita ini ? Yuk mari kita kupas tuntas disini.

Indonesia yang kaya akan alam dan sumber daya alamnya tentu ini sebetulnya dapat membantu perekonomian Masyarakat, akan tetapi ketika sumber daya alam kita sendiri tidak dapat kita kuasai disinilah letak kesalahannya. Mengapa tidak kita kuasai?

https://opiniindonesia.com/2018/09/22/paradoks-infrastruktur-manufaktur-dan-lapangan-kerja/

Ya karena yang menguasai sumber daya alam kita adalah mereka yang berinvestasi didalam negeri akan tetapi menyimpan hasil kekayaannya diluar negeri. Tentu ini salah satu yang menyebabkan ketimpangan ekonomi didalam negeri dan ketidakadilan bagi rakyat indonesia itu sendiri.

Inilah salah satu penyebab krisis ekonomi didalam negeri. Belum lagi kekayaan sumber daya alam lainnya yang tidak dapat dinikmati oleh sebagian rakyat indonesia.

Sebelum penulis  menjelaskan kenapa negeri Indonesia yang kaya tetapi masih banyak rakyatnya  yang miskin, sekiranya perlu diketahui bila  kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Indonesia Terdiri dari 17.504 pulau, bahkan di antaranya termasuk dalam pulau terbesar di dunia, yakni Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi

2. Indonesia Mempunyai perairan terbesar sehingga dijuluki dengan Negara Maritim.

3. Indonesia terdiri dari  berbagai Suku bangsa terbanyak sehingga mencapai 740 suku bangsa yang menggunakan berbagai jenis bahasa, yakni 583 bahasa.

4. Indonesia  Menghasilkan gas alam cair terbanyak di dunia, dan menghasilkan timah terbanyak kedua di dunia.

5. Indonesia  Penghasil produk pertanian terbesar

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

6. Mempunyai hutan bakau terbesar sehingga dapat mencegah abarasi di laut. Dan masih banyak lagi kekayaan alam indonesia yang seharusnya mampu untuk mensejahterakan rakyatnya.

Atas dasar itulah kita patut bangga dengan negeri yang kaya raya ini, dan ini tentu membuka mata kita bahwa Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat melimpah dan luar biasa banyaknya.

Melihat kekayaan Indonesia yang banyak, terasa mustahil jika rakyatnya masih saja tidak sejahtera. Dan kenyataan itulah yang sedang terjadi pada Negeri Indonesia yang kaya raya akan tetapi rakyatnya miskin.

Belum lagi soal sumber daya alam yang hancur karena pilihan strategi ekspor komoditas primer yang tidak tepat. Bagaimana mungkin pabrik yang berdiri di Kalimantan kekurangan listrik? Bagaimana mungkin anggaran Indonesia yang kaya minyak ini babak belur karena harga minyak di pasar dunia naik mendekati 120 dollar AS per barrel?

Seperti kekayaan minyak bumi di Indonesia seharusnya dapat mensejahterakan warga sekitar. Khususnya warga yang merupakan salah satu daerah penghasil minyak terbanyak.

Jika potensi ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah, maka Indonesia akan memperoleh keuntungan mulai dari Rp. 3,6 triliun dalam sebulan atau setara dengan Rp. 43, 2 triliun pertahunnya.

Dengan perhitungan ini seharusnya Indonesia dapat memakmurkan rakyatnya, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Pengelolaan ekslporasi bahkan eksploitasi minyak justru dilakukan oleh perusahan-perusahaan asing yang ada di Indonesia.

Tanpa disadari mereka telah memanfaatkan melimpahnya kekayaan Indonesia. Seperti halnya pada proyek Freeport di Papua dan Exxon di Aceh. Mereka memperoleh keuntungan tinggi dari ekslpoitasi yang dilakukan.

Hal ini membuat Indonesia kehilangan banyak kekayaan alam tanpa memperoleh keuntungannya. Bahkan masyarakat disekitar proyek masih jauh dari kata makmur. Selama kekayaan dirampok asing Indonesia akan terus miskin.

Nasib Indonesia yang kini berada dalam himpitan dan tekanan antara neokapitalisme Barat dan Timur, tidak ada pilihan lain, kecuali harus kembali kepada jatidirinya, yaitu merumuskan kembali atau revitalisasi ekonomi Pancasila yang asli.

Karena rakyat mengharapkan kehadiran negara dalam pembangunan ekonomi nasional yang pro rakyat , agar terwujudnya ekonomi yang berkeadilan dan bermartabat bagi rakyat, tanpa kesenjangan ekonomi yang mencerminkan ketidak adilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, akibat implementasi model neoliberalisme.

Dan semoga Indonesia yang kaya raya ini mampu mensejahterakan rakyatnya. Dan memberikan keadilan sebagai pedoman berbangsa dan bernegara dan semoga pemimpin di tanah air lebih mementingkan kemakmuran bagi rakyat indonesia.

Salam Indonesia Raya

[Oleh : Ryanti Suryawan, Ketua Badan Pemenangan Prabowo-Sandi Kota Bogor,
Ketua DPD Gardu Prabowo Jabar, Wakil Ketua DPC Gerindra Kota Bogor]

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru