PRESIDEN JOKO Widodo kembali mengkritik para politikus Tanah Air yang menurutnya hanya menakuti rakyat. Hal ini disampaikan Jokowi saat membagikan sertifikat tanah di Tegal, Jawa Tengah. Jokowi menyebut, saat ini banyak politikus yang banyak mempengaruhi tapi tak beretika.
Menurut Jokowi, para politikus ini tidak memiliki sopan santun politik yang baik. Jokowi mengaku heran mengapa politikus tersebut justru membuat masyarakatnya takut. Seperti halnya “sontoloyo”, Jokowi kembali memakai istilah kontroversial atau diksi politik genderuwo.
https://opiniindonesia.com/2018/11/09/politik-tanpa-adab-tanpa-moral-tanpa-makna/
Diksi politik sontoloyo dan politik genderuwo jelas ditujukan kepada pihak oposisi, yaitu kubu prabowo-sandi. Genderuwo itu bertendensi seram dan menakutkan. Kubu Prabowo-Sandi sering memakai istilah “Make Indonesia Great Again”, atau istilah “tempe setipis ATM”.
Baca Juga:
Ingin Meluruskan Berita Media yang Negatif dan Tidak Berimbang? Ingin Menangkis Serangan Hoax?
Padahal mungkin menurut Jokowi, kenyataannya tidaklah seperti itu. Pihak Jokowi melihat diksi kubu oposisi itu hanya”menakut-nakuti”.
Saya menduga ada sosok di belakang Jokowi yang saat ini dengan sengaja menjadikan sang petahana lebih garang dengan pemakaian diksi-diksi kontroversial, seperti sontoloyo atau genderuwo ini.
Kenapa? karena strategi pencitraan yg menjadi kekuatan utama Jokowi sudah tidak efektif lagi, seperti blusukan ke sawah atau masuk gorong-gorong. Pencitraan yang berlebihan sekarang menjadi bumerang dan kontraproduktif bagi petahana.
Jadi ini memang seperti jurus kampenye baru untuk meraih simpati pemilih mengambang (undecided voters dan swing voters), sekaligus merekatkan stong votersnya.
Baca Juga:
Jadikanlah hari raya ini sebagai pembawa kedamaian dan kebahagiaan bagi kita semua
Termasuk Kapolda Bengkulu, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo Angkat 10 Kapolda Baru
Sebelum Dirawat, Paus Fransiskus Sempat Berselisih dengan Kardinal Soal Defisit Keuangan Vatikan
Efektifkah ? Faktanya, memang ada persoalan ekonomi yang dirasakan rakyat sekarang ini. (menurunnya daya beli masyarakat, minimnya lapangan kerja, dan lain-lain).
Dan jangan lupa, masyarakat Indonesia pada dasarnya memang senang cerita hantu atau setan yang menakutkan. Beberapa produksi film nasional mencapai puncaknya pada produksi film bernuansa horor.
Semakin seram, semakin laris ditonton. A glimpse into the world proves that horror is nothing other than reality, kata Alfred Hitchcock. (*)
[Oleh : Igor Dirgantara. Penulis adalah Direktur Survey & Polling Indonesia (SPIN)]
Baca Juga:
Soal Hubungan dengan SBY dan Jokowi, Prabowo Subianto: Saya Minta Masukan dari yang Berpengalaman
(*) Untuk membaca tulisan Igor Dirgantara yang lainnya, silahkan KLIK DI SINI.