Prabowo Harus Pulihkan Netralitas Kepolisian

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 25 September 2018 - 19:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KEPOLISIAN ADALAH lembaga keamanan dan penegak hukum yang paling krusial dalam upaya penegakan keadilan. Netralitas kepolisian sangat mutlak diperlukan agar proses politik dan demokrasi bisa berjalan murni. Kalau Prabowo-Sandi menang dalam pilpres 2019, kita semua akan langsung mengusulkan agar komando kepolisian ditinjau ulang.

Polri jangan lagi diperalat oleh figur atau kelompok politik yang sedang berkuasa. Sekarang ini, kepolisian sangat terang-terangan memihak pada kepentingan politik penguasa. Polisi, belakangan ini, tidak lagi berdiri sebagai pelindung rakyat. Mereka terkesan diperintahkan untuk mengamankan agenda politik atasan mereka.

https://opiniindonesia.com/2018/09/25/benarkah-buni-yani-mengatakan-prabowo-harus-menang-agar-tidak-masuk-penjara/

Di banyak peristiwa persekusi terhadap kegiatan oposisi, Polisi menunjukkan dengan jelas ke mana mereka berpihak. Ada puluhan rekaman video yang viral di masyarakat yang menunjukkan bahwa polisi ikut berpolitik. Lihat saja di Batam, Pekanbaru, Surabaya, Medan, Tangerang, dan tempat- tempat lain.

Polisi menerapkan taktik main keras dalam menangani kegiatan sah #2019GantiPresiden yang tidak bertentangan dengan peraturan-perundangan. Ketika kegiatan ini dipersekusi oleh orang-orang yang tak jelas, polisi kelihatan membiarkannya. Bahkan ikut-ikutan.

Kemudian, ketika mahasiswa melancarkan aksi protes, Polisi menerapkan cara keras. Dalam aksi demo di Medan, sejumlah demonstran mahasiswa mengalami luka-luka. Ada beberapa yang bersimbah darah. Mereka dikejar-kejar. Bisa jadi ada segelintir mahasiswa yang kasar atau berbuat kekerasan terhadap petugas. Tapi, kalau Pak Polisi persuasif tentu ketegangan bisa dihindarkan.

Mengamati cara kepolisian menangani aksi-aksi oposisi belakangan ini, hampir semua adegan para petugas begitu nyata menunjukkan keberpihakan pada agenda politik penguasa. Keberpihakan ini tidak boleh dibiarkan berlanjut.

Polri harus secepat mungkin diposisikan kembali sebagai lembaga penegak hukum dan keadilan yang bermisi melindungi publik. Harus dipulihkan netralitasnya. Sangat berbahaya jika Polri berfungsi untuk mengamankan agenda politik orang-orang yang berkuasa.

Saya yakin Pak Prabowo memahami pentingnyan netralitas lembaga-lembaga negara, termasuk dan terutama Kepolisian RI. InsyaAllah, dengan pengalaman pahit para pegiat oposisi dan Pak PS sendiri, maka beliau sebagai presiden kelak, bersama DPR yang baru, harus mengevaluasi kedudukan Polri. Jangan lagi Polisi dibawa-bawa untuk mengamankan hasrat politik seseorang atau kelompok.

Salah satu cara untuk mencegah penyalahgunaan Polri adalah dengan memutus komando tunggal presiden ke Kapolri. Komando tunggal ini memang membuka peluang “abuse of power”. Sebab, presiden merasa tidak ada siapa pun sebagai penghalang. Besar kemungkinan inilah yang sedang terjadi, saat ini.

Jadi, tidak ada salahnya kita letakkan Polisi dibawah kendali komando kolektif yang terdiri dari pemerintah pusat, DPR, Komnas HAM serta LSM yang mengawasi kepolisian. Presiden Prabowo nantinya membentuk komando kolektif itu. Tujuan komando ini hanya untuk “mengarahkan” polisi supaya bekerja netral dan profesional.

Kalau Polri tidak langsung di bawah Presiden sendirian, melainkan di bawah komando kolektif, saya yakin penyalahgunaan wewenang dan fungsi kepolisian tidak akan terjadi.

Harapan ini bukanlah sesuatu yang berlebihan. Sangat mungkin dilaksanakan. Dan dengan komando kolektif ini, kepolisian akan bisa dijaga kenetralannya.

Sebagai catatan, komando kolektif ini bukanlah komando yang mengatur hal-hal teknis. Mereka hanya mengawasi agar Polri tetap independen dari aktivitas politik. (*)

[Oleh : Asyari Usman. Penulis adalah wartawan senior]

(*) Untuk membaca tulisan Asyari Usman yang lainnya, silahkan KLIK DI SINI.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru