Rakyat Sudah Berkehendak, Prabowo-Sandi Tinggal Menghitung Hari

- Pewarta

Kamis, 11 April 2019 - 09:59 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Opiniindonesia.com – Saya beruntung pernah dipercaya UNDP untuk mengelola program komunikasi dan sosialisasi terpadu Pemilu 1999, 2004, 2009 dan konsultan PR pemilu 2014 sehingga bisa menyaksikan langsung denyut antusiasme rakyat merayakan demokrasi dalam tiap hajatan pemilu.

Pemilu 1999 atau pemilu pertama pascaformasi saya sampai larut menyaksikan begitu besarnya kerinduan rakyat terhadap demokrasi yang hakiki. Saya menyaksikan langsung begitu luar biasanya gairah rakyat berkampanye mengibarkan bendera beraneka warna. Saya ikut berada dalam barisan pemilih yang harus antri masuk TPS membuka surat suara bergambar aneka lambang partai, setelah puluhan tahun hanya dibatasi tiga lambang saja. Pemilu 1999 memang luar biasa. Bagaimana tidak, tingkat partisipasi pemilih menembus 93 persen!! Sebuah capaian yang belum mampu diraih pemilu-pemilu setelahnya. Rakyat bergembira dan pemilu begitu semarak suasananya

Kegairahan baru pemilu juga terlihat pada Pemilu 2004. Sensasi ingin merasakan memilih langsung Presiden/Wakil Presiden membuat Pilpres 2004 begitu berwarna dan mengukuhkan Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia hingga kini. Helatan pilpres memang menarik dibanding pileg. Selain kekuatan dan magnet figur, pilpres sudah dianggap ‘ajang tertinggi’ kontestasi politik. Tak heran, kompetisi menjadi orang nomor satu di republik ini menyedot lebih banyak antusiasme rakyat. Dengan caranya, rakyat mengekspresikan dukungan ke capres/cawapres pilihannya.

Namun, pada Pilpres 2019 ini ada ‘gairah tak biasa’ yang jarang saya saksikan pada pilpres sebelumnya. Bukan karena saat ini pileg dan pilpres disatukan tanggal pelaksanaannya, tetapi karena Pilpres 2019 ini melahirkan sebuah spektrum baru yang yang tidak terbentuk pada pilpres sebelumnya. Spektum baru ini begitu solid hingga mampu menjalar ke sudut-sudut rumah warga, menerobos dapur emak-emak, dan berdetak kuat di hati para millenial.

Spektrum yang sepertinya terbentuk guratan kekecewaan dan kerinduan akan perubahan ini tidak hanya mampu menyadarkan, tetapi juga menggerakkan. Rasa keadilan rakyat yang bertahun-tahun terusik menemui momentumnya saat dipertemukan dengan kekuatan narasi perubahan yang digelorakan Prabowo-Sandi.

Kampanye Pilpres 2019 ini akan menjadi catatan sendiri dalam sejarah politik Indonesia dan mungkin akan terus diperbicangkan dalam berbagai kemasan karya ilmiah di tahun-tahun mendatang. Baru pada kampanye pilpres kali ini saya melihat rakyat dari berbagai penjuru nusantara berinisiatif tanpa diberi intensif berkampanye terbuka meneriakan Prabowo-Sandi. Baru pada kampanye pilpres kali ini saya menyaksikan kekuatan dua jari rakyat mampu menggetarkan dinding kokoh pencitraan istana.

“Propaganda” keberhasilan petahana yang saban hari disiarkan meluas lewat layar kaca dan halaman media massa, dilawan rakyat dengan semburan akal sehat yang dipahat di dinding semua platform media sosial. Klaim bahwa negeri ini baik-baik saja dibantah teriakan emak-emak di pasar yang tiap pagi dadanya tersesak melihat tingginya harga-harga.

Pencitraan bahwa millenial itu adalah soal berbusana casual dan sering motoran, menjadi bahan tertawaan anak muda cerdas yang paham bahwa millenial membutuhkan lapangan pekerjaan dan kesempatan berkarya.

Baliho, spanduk, iklan dan semua materi sosialisasi ‘keindahan karya’ petahana dipatahkan oleh spanduk buatan emak-emak dari karung bekas yang hanya bertuliskan angka 02. Upaya menghentikan kegembiraan rakyat mengajungkan dua jari ke udara, dibalas dengan pose dua jari tanpa wajah yang memenuhi timeline media sosial. Dan, kepercayaan diri berlebihan petahana untuk lanjut dua periode, sekarang sedang coba disadarkan rakyat dengan membanjiri semua lokasi di mana Prabowo-Sandi berada.

Proses penyadaran ini akan menemui puncaknya pada 17 April 2019. Saat nanti pintu TPS dibuka dan lembaran surat suara dihitung kita akan saksikan sebuah kenyataan dari sistem demokrasi bahwa jika rakyat sudah berkendak kekuatan apapun tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Prabowo-Sandi saat ini sedang menghitung hari, bukan menuju ke Istana, tetapi menuju hati rakyat Indonesia yang haus akan perubahan.

Oleh : Heri Rakhmadi, adalah Praktisi PR.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru