Opiniindonesia.com – Saya beruntung pernah dipercaya UNDP untuk mengelola program komunikasi dan sosialisasi terpadu Pemilu 1999, 2004, 2009 dan konsultan PR pemilu 2014 sehingga bisa menyaksikan langsung denyut antusiasme rakyat merayakan demokrasi dalam tiap hajatan pemilu.
Pemilu 1999 atau pemilu pertama pascaformasi saya sampai larut menyaksikan begitu besarnya kerinduan rakyat terhadap demokrasi yang hakiki. Saya menyaksikan langsung begitu luar biasanya gairah rakyat berkampanye mengibarkan bendera beraneka warna. Saya ikut berada dalam barisan pemilih yang harus antri masuk TPS membuka surat suara bergambar aneka lambang partai, setelah puluhan tahun hanya dibatasi tiga lambang saja. Pemilu 1999 memang luar biasa. Bagaimana tidak, tingkat partisipasi pemilih menembus 93 persen!! Sebuah capaian yang belum mampu diraih pemilu-pemilu setelahnya. Rakyat bergembira dan pemilu begitu semarak suasananya
Kegairahan baru pemilu juga terlihat pada Pemilu 2004. Sensasi ingin merasakan memilih langsung Presiden/Wakil Presiden membuat Pilpres 2004 begitu berwarna dan mengukuhkan Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia hingga kini. Helatan pilpres memang menarik dibanding pileg. Selain kekuatan dan magnet figur, pilpres sudah dianggap ‘ajang tertinggi’ kontestasi politik. Tak heran, kompetisi menjadi orang nomor satu di republik ini menyedot lebih banyak antusiasme rakyat. Dengan caranya, rakyat mengekspresikan dukungan ke capres/cawapres pilihannya.
Namun, pada Pilpres 2019 ini ada ‘gairah tak biasa’ yang jarang saya saksikan pada pilpres sebelumnya. Bukan karena saat ini pileg dan pilpres disatukan tanggal pelaksanaannya, tetapi karena Pilpres 2019 ini melahirkan sebuah spektrum baru yang yang tidak terbentuk pada pilpres sebelumnya. Spektum baru ini begitu solid hingga mampu menjalar ke sudut-sudut rumah warga, menerobos dapur emak-emak, dan berdetak kuat di hati para millenial.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Spektrum yang sepertinya terbentuk guratan kekecewaan dan kerinduan akan perubahan ini tidak hanya mampu menyadarkan, tetapi juga menggerakkan. Rasa keadilan rakyat yang bertahun-tahun terusik menemui momentumnya saat dipertemukan dengan kekuatan narasi perubahan yang digelorakan Prabowo-Sandi.
Kampanye Pilpres 2019 ini akan menjadi catatan sendiri dalam sejarah politik Indonesia dan mungkin akan terus diperbicangkan dalam berbagai kemasan karya ilmiah di tahun-tahun mendatang. Baru pada kampanye pilpres kali ini saya melihat rakyat dari berbagai penjuru nusantara berinisiatif tanpa diberi intensif berkampanye terbuka meneriakan Prabowo-Sandi. Baru pada kampanye pilpres kali ini saya menyaksikan kekuatan dua jari rakyat mampu menggetarkan dinding kokoh pencitraan istana.
“Propaganda” keberhasilan petahana yang saban hari disiarkan meluas lewat layar kaca dan halaman media massa, dilawan rakyat dengan semburan akal sehat yang dipahat di dinding semua platform media sosial. Klaim bahwa negeri ini baik-baik saja dibantah teriakan emak-emak di pasar yang tiap pagi dadanya tersesak melihat tingginya harga-harga.
Pencitraan bahwa millenial itu adalah soal berbusana casual dan sering motoran, menjadi bahan tertawaan anak muda cerdas yang paham bahwa millenial membutuhkan lapangan pekerjaan dan kesempatan berkarya.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Baliho, spanduk, iklan dan semua materi sosialisasi ‘keindahan karya’ petahana dipatahkan oleh spanduk buatan emak-emak dari karung bekas yang hanya bertuliskan angka 02. Upaya menghentikan kegembiraan rakyat mengajungkan dua jari ke udara, dibalas dengan pose dua jari tanpa wajah yang memenuhi timeline media sosial. Dan, kepercayaan diri berlebihan petahana untuk lanjut dua periode, sekarang sedang coba disadarkan rakyat dengan membanjiri semua lokasi di mana Prabowo-Sandi berada.
Proses penyadaran ini akan menemui puncaknya pada 17 April 2019. Saat nanti pintu TPS dibuka dan lembaran surat suara dihitung kita akan saksikan sebuah kenyataan dari sistem demokrasi bahwa jika rakyat sudah berkendak kekuatan apapun tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Prabowo-Sandi saat ini sedang menghitung hari, bukan menuju ke Istana, tetapi menuju hati rakyat Indonesia yang haus akan perubahan.
Oleh : Heri Rakhmadi, adalah Praktisi PR.
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat