Opiniindonesia.com – Selasa (2/4/2019) Allah kembali memberikan petunjuk pada kita semua. Ya, tanda-tanda itu insyaa Allah hanya bisa dilihat dan dirasakan oleh mereka yang berakal sehat dan tidak dunggu (istilah yang hak patennya ada di tangan Rocky Gerung).
Diawali oleh beredarnya video Menkopolhukam, Wiranto yang meminta Prabowo membuktikan tuduhannya terkait ada elit-elit yang bagi-bagi uang. Tunjuk langsung, siapa elit-elitnya, berapa uangnya? Bagaimana caranya? Dan seterusnya. Dan, Wiranto menegaskan: “Laporkan ke saya, akan saya tindak sesuai hukum!” katanya.
Masih tidak yakin bahwa Allah telah memberi tanda untuk kita? Coba simak: Nyaris bersamaan waktunya dengan penegasan Wiranto di Jakarta, di Bangkalan Madura, Jawa Timur, ada adegan dalam video sebagaimana yang sudah viral di medsos. Seseorang yang sangat mirip LBP sedang memberikan salam tempel pada seseorang yang mirip kiai di hadapan orang-orang yang patut dapat diduga juga mirip para kiai atau setidaknya mirip para ustadz, di salah satu pesantren ternama di Pulau Garam itu.
Setelah memberikan amplop putih, seseorang yang mirip LBP itu meminta pada seseorang yang mirip kiai untuk mengerahkan santrinya di pilpres. Ia juga membisikan sesuatu ke telinga seseorang yang mirip kiai itu. Lalu, terdengar samar- samar: “Tusuk yang baju putih,” begitu terdengar intruksinya. Entah itu suara siapa, yang pasti, setelsh berbisik, orang yang sangat mirip LBP itu tersenyum dan memegang bajunya yang juga berwarna putih.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Mengapa hal itu dilakukan oleh seseorang yang mirip LBP itu? Ya apalagi jika bukan karena keresahan kubu 01 dalam pilpres 2019. Sekedar mengingatkan, pilpres 2014, Jokowi kalah di Madura cukup telak. Dan untuk pilpres kali ini, diprediksi petahana akan kalah lebih telak lagi.
Menurut info yang saya dapat, saat ini rakyat Madura sudah lebih dari 80 persen memperlihatkan dukungannya untuk Prabowo-Sandi. Bukti konkretnya, Prabowo dan Sandi saat ke Madura, Pulau Garam itu nyaris terhenti aktivitas lainnya karena semua tumplek-bleg menyambut paslon 02 itu.
Pertanyaannya, maukah Wiranto memenuhi penegasannya jika ternyata orang itu benar-benar LBP?
Jika ternyata orang itu benar-benar LBP, maka apa yang disampaikan Prabowo bukan tudingan kosong. Dan jika orang itu benar-benar LBP, maka apa yang dilakukan adalah salah besar.
Coba simak ini :
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Alinea pertama pada lafal sumpah menteri berbunyi:
Saya bersumpah, bahwa saya, untuk diangkat pada jabatan ini, langsung atau tidak langsung, dengan nama atau dalih apapun, tiada memberikan atau menjanjikan, ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun juga.
Jadi, beranikah Wiranto? Semua berpulang pada dirinya.
Bukankah ini skenario Allah yang indah untuk membuka segalanya ke publik? Selalu saja ada yang bertolak belakang dengan yang dinyatakan. Selalu pula ada jawaban dari setiap yang mereka kemukakan. Dan jawabannya justru bukan dari Prabowo, tapi dari mereka sendiri.
Rizal menangis
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Lihat lagi skenario Allah untuk menunjukkan perbedaan antara kubu 01 dan 02. Saya tidak ingin mengatakan perbedaan baik dan buruk, benar atau salah, keikhlasan dan ketidakikhlasan. Saya hanya akan melukiskan bahwa di hari yang sama, Selasa (2/4/2019) di Padang, Prabowo justru diberi sumbangan, bukan memberikan sumbangan untuk dipilih. Dan, tidak pula terdengar bisikan Prabowo untuk menusuk yang pakai jas. Namun dari bawah panggung, ratusan ribu orang berteriak: “Prabowo Presiden, Prabowo Presiden, Prabowo Presiden!”
Seorang montir di sebuah bengkel, Rizal namanya, naik ke panggung sambil menyerahkan uang yang diwadahi dengan kantong plastik berwarna putih. Meski sama-sama berwarna putih, tapi dapat diduga jumlahnya tidak sebanyak amplop untuk salam tempel di Madura itu. Tapi, percayalah uang di kantong plastik itu jauh bermakna bukan hanya untuk Prabowo, tapi untuk Indonesia ke depan. Semua haru-biru, bahkan saya yang hanya melihat melaui video di medsos, sempat menitikan air mata. Bukan lebay, tapi sungguh-sungguh tersentuh untuk pengorbanan seorang montir seperti Rizal dan Rizal-Rizal yang lain yang sudah memberikan sumbangannya.
Saya juga teringat pernyataan Ahok, di Sindonews dan tentu di media-media lain Kamis (23/6/16) : Tanpa Pengembang, Jokowi Tidak Bisa Jadi Presiden.
Terinsiparsi dari situ, kelak kita juga bisa bilang pada Prabowo: Tanpa Sumbangan Rakyat (suara di tps dan sedikit uang, serta bergunung-gunung keikhlasan), Prabowo Tidak Bisa Jadi Presiden RI ke-8. Indah bukan?
Kembali ke Padang. “Siapa namamu, kerja di mana?” tanya Prabowo pada seorang lelaki yang berdiri di sisi kirinya.
“Rizal pak, di bengkel pak,” jawabnya terbata.
“Saudara Rizal, pekerja di bengkel memberikan sumbangan untuk saya. Untuk perjuangan kita!” tukas Prabowo yang disambut takbir dan sorak kegembiraan.
Lalu, terjadi adegan yang tambah menghanyutkan. Keduanya berpelukan. Rizal pun tak kuasa menahan tangisnya, dan Prabowo pun ikut terhanyut.
Adegan memeluk pendukung, juga bukan yang pertama bagi Prabowo. Berulang dilakukan, semua lapisan, ibu-ibu tua, anak-anak, dan buruh, kecuali emak-emak yang masih muda. Jika itu juga dilakukan, maka fitnah akan bertambah dahsyat. Namun, adegan-adegan itu tetap saja tidak dianggap oleh mereka yang memang tidak menyukainya, tepatnya mereka yang takut jika Prabowo benar-benar dipilih rakyat untuk menjadi Presiden RI yang ke-8.
Di Mataram misalnya, kubu Prabowo dituding menyogok ibu-ibu tua sebesar Rp 500 ribu agar mau naik ke panggung dan memeluk Prabowo. Tentu itu fitnah yang keji, dan insyaa Allah akan ditagih kelak di akhirat.
Lalu, seorang mantan model yang usianya sudah hampir 70 tahun dan caleg partai koalisi toko sebelah, juga menuduh Prabowo naik di mobil karena tidak ingin bersentuhan dengan rakyat. Ngeri, tuduhannya, dan jika ia tidak segera meminta maaf, maka kelak di akhirat banyak catatan amalnya yang dipindahkan ke catatan amal orang yang difitnahnya.
Tidak hanya itu, ada juga yang menuding Prabowo bersalaman menggunakan sarung tangan karena jijik dengan tangan rakyat. Padahal saat itu jari tangan Prabowo ada yang luka. Dan, ada juga kebiasaan, catatan bukan hanya Prabowo, tapi orang-orang lainya, jika sedang flu, tidak ingin bersentuhan dengan orang lain. “Ini kebiasaan saya pak, jika flu, saya lebih baik tidak bersentuhan dengan orang. Saya takut menulari orang lain atau sebaliknya pak,” kata Prabowo suatu hari di rumah Pak Amien Rais.
Sekali lagi, fitnah- fitnah itu akan ditagih kelak di akhirat. Tentu jika mereka juga percaya pada akhirat, maklum ada ketua umum partai yang tidak percaya tentang akhirat. Paham kan?
Jadi, masihkah kita ragu bahwa tanda-tanda itu sengaja dibuat Allah untuk kita? Ya, sesungguhnya bukan hanya untuk kita yang saat ini sudah mendukung Prabowo, tapi juga untuk mereka yang ada di sebelah.
Lalu? Ya, segalanya berpulang pada diri mereka semua. Karena sesungguhnya jika kita cermat, tanda-tanda itu sudah berulang-ulang, dan terlalu banyak datangnya. Semoga saja saudara- saudara kita yang masih ada di toko sebelah, tidak terkunci hatinya.
Ayo, terus getarkan arsy, singgasana Sang Khalik, lewat doa, lewat pekik, lewat keikhlasan. Percayalah Allah maha tahu apa yang ada di hati kita. Allah maha perkasa dibanding apa pun di bumi.
Terus dan terus hingga akhirnya Allah benar-benar yakin bahwa tujuan kita, tujuan Prabowo-Sandi bukan kekuasaan sesaat, tetapi tujuan utamanya adalah memenangkan rakyat dan bangsa Indonesia. Tujuannya adalah ibadah semata.
Oleh : M. Nigara, adalah Wartawan Senior Mantan Wasekjen PWI.