HARIANINVESTOR.COM – Pemenuhan produksi pangan dalam negeri menjadi keniscayaan dalam membangun ketahanan pangan nasional yang berbasis pada kemandirian dan kedaulatan pangan
Demi mewujudkan masa depan pangan yang berdikari, yang bertumpu pada upaya peningkatan produksi pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional/National (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan hal tersebut dalam Diskusi Forum BUMN pada Selasa (30/4/2024) di Jakarta.
“Indonesia memiliki sumber pangan sangat beragam. Jadi misalnya bukan hanya beras sebagai pangan sumber karbohidrat, tapi ada juga talas, sagu, jagung, singkong, dan lainnya.”
Baca Juga:
Dituding Pernah Meminta Pepanjangan Jabatan Kepala Negara 3 Periode, Jokowi Beri Tanggapan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 Persen Tak Naik, Prabowo Sangat Peduli Aspirasi Rakyat
Penetapan Tersangka Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto Janggal, dan Politik Adu Domba Jokowi
“Ini perlu terus diangkat sehingga pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri ini bisa menopang ketahanan pangan nasional,” ujar Arief
Ia mengatakan bahwa yang diperlukan saat ini adalah mental-mental Berdikari, di mana produk-produk yang dapat dihasilkan di dalam negeri harus terus ditingkatkan.
Baca artikel lainnya di sini : Di Kediaman Kertanegara, Jakarta Selatan, Prabowo Sambut Sambut Hangat Kedatangan Surya Paloh
Ditambahkannya, Bapanas sebagai institusi pemerintah tidak hanya berfokus pada aspek ketersediaan dan stabilitasi pangan.
Baca Juga:
Dapat Nominasi Sebagai Salah Satu Tokoh Dunia Paling Korup 2024 versi OCCRP, Jokowi Beri Tanggapan
Anggotanya Diperiksa KPK, Ketua Komisi XI DPR Sebut Penyaluran Dana CSR BI Melalui Rekening Yayasan
Agus Harimurti Yudhoyono Sebut Peremajaan dan Pengadaan Kapal Laut Baru Butuh Anggaran Rp1,5 Triliun
Tetapi juga aspek lainnya yang terkait peningkatan kualitas, keragamaan, dan keamanan pangan.
Baca artikel lainnya di sini : Ekonomi Indonesia Diprediksi akan Tumbuh 5 Persen di Tahun 2024 dan 2025, Begini Penjelasan ADB
“Badan Pangan Nasional sebagai lembaga yang keberadaanya baru dua tahun terakhir ini memiliki peran yang penting.’
“Di mana dalam lembaga ini tidak hanya menangani urusan ketersediaan dan stabilisasi pangan.”
Baca Juga:
Mensesneg Prasetyo Hadi Tanggapi Rencana Hasto Kristiyanto Bongkar Dugaan Korupsi Pejabat Negara
Wamenkomdigi Angga Raka Prabowo Pastikan Jaringan Seluler Warga Lancar saat Libur Tahun Baru
Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 Persen Tanggung Jawab siapa?
“Tetapi juga ada kerawanan pangan dan gizi serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan,” ungkap Arief.
Ia menyebut, kampanye pangan B2SA yang digencarkan Bapanas menjadi salah satu upaya mengedukasi masyarakat.
Untuk memiliki kesadaran mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
Sehingga ke depannya dapat membentuk sumber daya manusia yang sehat, aktif dan produktif melalui penyediaan aneka ragam pangan yang bersumber dari potensi pangan lokal.
Arief berharap kedepannya tidak ada lagi ketergantungan di salah satu komoditas pangan.
Begitu juga dengan edukasi Stop Boros Pangan yang berupaya menekan angka susut dan limbah pangan sehingga dapat menekan nilai kerugian ekonomi dari makanan yang terbuang.
Untuk membangun ketahanan pangan yang kuat, Arief menekankan bahwa sinergitas bersama stakeholder terkait merupakan keharusan dalam membangun ekosistem pangan nasional.
“Pangan itu memang tidak bisa dikelola hanya oleh satu kementerian atau lembaga dan tanpa dukungan sinergitas serta kolaborasi dari seluruh pihak, termasuk bersama pemerintah daerah” ungkap Arief.
Arief melanjutkan bahwa salah satu contoh konkret adanya sinergitas Bapanas bersama kementerian dan lembaga terkait adalah dengan mempersiapkan cadangan pangan pemerintah.
Sebagaimana telah diamanatkan dalam Perpres 125 tahun 2022, dimana beras, jagung dan kedelai telah menjadi tugas dan kewenangan Bulog untuk dikelola.
Adapun komoditas pangan yang lain diserahkan kepada ID Food beserta anak perusahaannya bersama dengan PTPN.
Pada kesempatan tersebut Arief juga menjelaskan bahwa Bapanas bertugas untuk menjaga di 2 sisi, mulai dari hulu hingga hilir.
Sehingga terdapat keberlanjutan pertumbuhan ekosistem ketahanan pangan nasional.
Pada sisi hulu dengan mengutamakan kesejahteraan petani, sedangkan di sisi hilir dengan menjaga inflasi melalui bantuan pangan kepada masyarakat bersama Bulog.
“Inflasi kita dari tahun ke tahun 3,05% ini sangat baik dibanding negara lain dan masih berada di bawah kontrol,” tegasnya.
Arief mengakui jika beras masih menjadi komponen volatile (bergejolak) yang cukup berpengaruh terhadap inflasi nasional, yakni sebesar 0,74% yoy.
Untuk itu NFA sesuai arahan presiden berupaya menstabilkan harga beras, salah satunya dengan memberikan bantuan pangan beras kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia.
“Impactnya bisa kita lihat, inflasi ditahan kontribusinya tidak terlalu tinggi, dan (bantuan) ini tidak ada kaitannya dengan politik,” Arief menegaskan.
“Kita harus bangun ekosistem mulai dari produksi, input, kemudian teknologi pasca panen, penyimpanan sampai distribusi bahkan hingga outlet.”
“Bicara pangan tidak boleh parsial tapi harus end to end,” tambahnya.
Sementara itu Bayu Krisnamurthi selaku Direktur Utama Perum Bulog pada kesempatan yang sama juga mengaminkan bahwa untuk mencapai pangan yang berdikari maka perlu adanya huluisasi dan hilirisasi.
“Huluisasi, contohnya dengan pendampingan sistematis untuk petani. Ini sejalan juga dengan yang dikatakan pak Arief tadi.’
“Harus menjangkau dari sisi konsumsi di masyarakat, masuk ke retail dengan bantuan pangan sebagai hilirisasi,” sebutnya.***
Sempatkan juga untuk membaca berbagai berita dan informasi lainnya di media online Adilmakmur.co.id dan Kalimantanraya.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media online ini, atau pun serentak di puluhan media lainnya, dapat menghubungi Jasasiaranpers.com.
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan juga download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.