Buat Sendiri, Gaduh Sendiri, Tapi Tak Sudi Salahkan Diri

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 15 November 2018 - 19:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MEREEKA MERANCANG spanduk Saya Raja itu, sendiri. Mereka cetak sendiri. Dipasang sendiri. Oleh simpatisan sendiri. Dibayar upahnya sendiri. Di daerah basis sendiri.

Tapi kemudian mereka gaduh sendiri. Ribut sendiri. Baru terpikirkan bahwa spanduk Saya Raja itu akan merugikan si junjungan sendiri. Akan menjauhkan dia dari kesan merakyat sejati.

Akhirnya ribuan spanduk Saya Raja yang sudah terpasang di seantero provinsi, kini mereka turunkan sendiri. Dari kaca mobil-mobil angkot, stiker Saya Raja itu mereka copot sendiri.

Celakanya, mereka tak sudi salahkan diri. Enggan mengaku bahwa itu perbuatan sendiri. Dicari-carilah cara untuk melepaskan diri. Supaya tidak terjadi malunya diri.

Dikarang-karanglah cerita bahwa spanduk Saya Raja itu adalah perbuatan lawan politik yang tegap berdiri. Kata mereka, tujuannya adalah untuk menjatuhkan nama baik junjungan yang tak tahu diri. Bisa dipahami betapa malunya mengaku secara jantan bahwa itu “salah kami sendiri”.

Bisa jadi memang tidak ada lagi yang jantan di sana. Sudah berubah diri menjadi banci. Banci buatan sendiri.

Coba simak koar-koar petinggi mereka sendiri. Menyebar banyak pernyataan bahwa spanduk Saya Raja bukan perbuatan kami. Harus dibebankan kepada lawan; lawan yang rendah hati. Yang bersahaja memohon maaf perihal “Tampang Boyolali”.

Moncong-moncong jahat mereka membuat pernyataan sendiri, agar bisa lepas dari kesalahan sendiri. Mereka ingin sekali mengatakan bahwa spanduk Saya Raja adalah perbuatan kubu PADI.

Begitulah kaum angkuh penguasa negeri. Berbuat hanya sesuka hati. Tak mau kalah, tak mau rugi.

Lalu, sebutan apakah yang pantas diberi? Yang terlintas di sini ialah sungguh ba**sat kalian punya diri. (*)

[Oleh : Asyari Usman. Penulis adalah wartawan senior]

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

(*) Untuk membaca tulisan Asyari Usman yang lainnya, silahkan KLIK DI SINI.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru