OPINIINDONESIA.COM – Idulfitri merupakan momen yang sangat penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Bagi umat Islam, Idulfitri adalah sebuah hari raya yang dirayakan sebagai simbol dari kembali ke fitrah atau kesucian yang sejati. Namun, banyak orang salah mengartikan makna dari Idulfitri tersebut. Sebenarnya, Idulfitri bukanlah tentang kembali ke fitrah, melainkan tentang merayakan berbuka setelah berpuasa selama satu bulan.

Bagi umat Islam, merayakan berbuka setelah berpuasa selama satu bulan adalah suatu kegembiraan yang harus dirayakan bersama-sama. Oleh karena itu, berpuasa pada hari Idulfitri dilarang karena akan menghalangi kegembiraan.

Namun, dari sisi filosofis, Idulfitri juga memiliki makna yang sangat penting. Menurut filosofi Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah yang sejati. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, manusia mulai terpengaruh oleh lingkungannya dan berubah dari fitrah yang sejati. Oleh karena itu, Idulfitri juga bisa diartikan sebagai momen untuk kembali ke fitrah yang sejati.

Dalam konteks ini, Idulfitri adalah momen untuk merenungkan kembali jalan hidup yang telah dilalui dan introspeksi diri untuk kembali ke fitrah yang sejati. Dalam Islam, fitrah yang sejati adalah fitrah yang ditanamkan oleh Allah SWT pada setiap manusia, yaitu keimanan, ketaqwaan, dan kebersihan jiwa dan raga. Dalam konteks Idulfitri, umat Islam diingatkan untuk kembali kepada fitrah yang sejati dengan merenungkan kembali kehidupannya dan memperbaiki diri untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Dengan demikian, Idulfitri sebenarnya memiliki dua makna yang sangat penting bagi umat Islam, yaitu merayakan berbuka setelah berpuasa selama satu bulan dan kembali ke fitrah yang sejati. Merayakan berbuka adalah bentuk kegembiraan atas pencapaian telah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan, sedangkan kembali ke fitrah yang sejati adalah momen untuk merenungkan kembali jalan hidup yang telah dilalui dan introspeksi diri untuk kembali ke fitrah yang sejati. Keduanya merupakan makna yang sangat penting dan harus dipahami dengan baik oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia.


Oleh: M Idris Daulat, Pemerhati Isu-isu Teknologi dan Inovasi Pembangunan Sosial di Indonesia