Opiniindonesia.com – Mantan Kapolsek Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Ajun Komisari Sulman Azis, kemarin (31/3/2019) melakukan sesuatu yang sangat tepat. Sangat diperlukan untuk menyelamatkan korps kepolisian. Dan menyelamatkan pilpres 2019 ini dari cacat moral dan cacat legitimasi.
Sulman mengatakan secara terbuka bahwa para Kapolsek di Kabupaten Garut diwajibkan oleh Kapolres AKBP Budi Satria Wiguna untuk menggalang dukungan bagi paslonpres Jokowi-Ma’ruf Amin (Ko-Ruf). Kapolres kemudian membantah pernyataan Sulman.
Perpecahan terbuka di tubuh Polri telah dimulai. AKP Sulman Azis tidak sendirian. Dia didukung oleh seluruh rakyat Indonesia yang menentang politisasi kepolisian. Dan, ini yang teramat penting, dia didukung kuat oleh segmen kepolisian yang memahami bahaya besar kooptasi atas Polri untuk kepentingan politik seorang capres.
Kita mendorong agar bermunculan lagi ketulusan, kejujuran dan keberanian seperti yang ditunjukkan oleh Sulman Azis. Beliau ini adalah pahlawan yang akan dikenang oleh seluruh rakyat yang menghendaki agar polisi tidak terlibat politik praktis. Agar polisi berdiri di tengah. Adil dan jujur.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Kapolri Jenderal Tito Karnavian harus segera mengambil langkah tegas dan cepat. Tidak hanya untuk menyelamatkan nama baik kepolisian, melainkan juga menyelamatkan bangsa dan negara dari perpecahan yang lebih dalam. Juga untuk menyelamatkan sistem demokrasi yang bertujuan untuk mencari pemimpin yang terbaik melalui proses pemilihan yang jujur dan adil. Yaitu, pemimpin yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk memimpin negara sebesar dan seberagam Indonesia ini.
Telegram (TR) Kapolri yang memerintahkan agar semua anggota polisi netral, merupakan lngkah awal yang tepat. Namun, TR itu saja tidak cukup. Pak Tito perlu menunjukkan kepada publik bahwa pimpinan Polri merespon keresahan masyarakat terhadap gerakan memihak capres 01 yang dilakukan oleh banyak oknum kepolisian. Gerakan yang telah dikeluhkan secara merata di seluruh Indonesia.
Pak Tito, tak diragukan lagi, pasti tahu keresahan terhadap keberpihakan dimaksud. Dan beliau tahu persis juga tentang suasana yang berlangsung di masyarakat, saat ini. Pak Tito pasti bisa membayangkan kosekuensi kalau keberpihakan yang meluas ini tidak dihentikan.
Pak Tito yang terhormat. Keberpihakan itu membekaskan luka di hati masyarakat. Anda masih bisa mengobati luka itu. Tetapi, waktu yang tersedia tidak banyak. Ibarat pilot, Anda memiliki waktu terbatas untuk menyelamatkan pesawat Polri Airways yang sistem navigasinya telah dirusak oleh orang-orang yang berbahaya. Pesawat masih bisa mendarat dengan selamat, tetapi Anda harus cepat.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Semua orang paham dampak politis yang Anda hadapi, Pak Tito. Tetapi, ada dampak buruk yang jauh lebih besar lagi kalau Anda membiarkan keberpihakan itu berlanjut.
AKP Sulman Azis telah membukakan pintu bagi Anda untuk bertindak. Beliau ini bahkan mengajak semua aparat kepolisian yang dipaksa memenangkan Ko-Ruf, agar tidak takut menolak perintah berpihak dari atasan.
Alangkah sedih, aneh, dan malunya kita semua kalau “morality leadership” (kepemimpinan moralitas) di tubuh kepolisian akhirnya dipegang oleh AKP Sulman Azis. Tapi, tentu saja semua ini terpulang sepenuhnya kepada Pak Tito.
Kami hanya ingin mengatakan, jangan biarkan Polri hancur gara-gara satu orang.
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Oleh : Asyari Usman, adalah Penulis wartawan senior.