Makna Hari Ibu, Emak-emak Berani Menyuarakan Pilihan

Avatar photo

- Pewarta

Sabtu, 22 Desember 2018 - 10:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SEORANG IBU atau saat ini istilah happening saat ini ‘emak-emak’, sudah seharusnya bukan sekadar konco wingking atau teman di belakang, yang hanya berkutat urusan dapur.

Emak-emak saat ini lebih berpikiran maju dan berani dalam menentukan pilihan hidupnya. Emak-emak berperan besar dalam mendidik generasi muda. Bukankah ada ungkapan, ‘baik buruknya masa depan umat manusia ditentukan dari pendidikan yang diberikan ibu kepada anaknya’.

https://opiniindonesia.com/2018/12/21/aksi-heroik-bu-habibah-menjaga-spanduk-prabowo-sandi/

Jadi, Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia, bukan sekadar momen memperingati perayaan dan hanya mengucapkan ‘Selamat Hari Ibu’, tanpa makna. Tetapi ada momentum di balik itu, ada makna bahwa seorang emak-emak berperan besar dalam keluarga, masyarakat, bahkan Negara. Di dalam rumah tangga, emak-emak merupakan ‘menteri keuangan’.

Tidak mengherankan bila ada saja sedikit kenaikan harga, maka emak-emaklah yang pertama kali ‘berteriak’ karena uang belanja tidak lagi mencukupi kebutuhan pokok yang kian hari harganya semakin melambung.

Emak-emak adalah kontrol sosial bagi pemerintah. Emak-emak paling tahu yang pertama kali, jika kondisi perekonomian tidak berjalan baik. Nah, di akhir tahun 2018 ini ketika harga bahan kebutuhan pokok naik, emak-emak pun ramai ‘berteriak’ di media sosial mereka. Di pasar dan warung-warung, harga telur naik Rp 5.000 per kilogram, dari harga Rp 22 ribu per kilogram menjadi Rp 27 per kilogram. Harga daging ayam pun naik, yaitu Rp 36 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram, dari harga 34 ribu per kilogram. Begitu pula harga sejumlah bumbu dapur juga mengalami peningkatan seperti kencur yang naik tajam dari harga Rp 40 ribu per kilogram menjadi naik dua kali lipatnya, Rp 80 ribu per kilogram.

Adanya kenaikan harga yang tidak biasa ini, karena bukan menjelang Lebaran, karena pasokan telur dan daging. Emak-emak menilai, pemerintah tidak bisa menekan industri ternak ayam sehingga harga tidak bisa dikontrol. Lalu apa yang bisa dilakukan emak-emak ketika harga kebutuhan pokok naik? Emak-emak jangan hanya meratapi nasib. Emak-emak harus berani bersuara dan menyuarakan pendapat dan pilihannya. Tetapi saya melihat sudah banyak emak-emak yang militan, berani menyuarakan pendapatnya jika ada ketimpangan, ketidakadilan dan kemiskinan yang melanda negeri ini. Emak-emak juga sudah mengambil peran ikut berjuang bagaimana agar negeri ini menjadi lebih sejahtera dan berkeadilan.

Saya melihat pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandi merangkul emak-emak yang menjadi pendukung setia yang sering menyuarakan pendapatnya, minimal di media sosial yang mereka miliki, Facebook, Twitter maupun Instagram. Ini artinya Prabowo-Sandi sangat menyadari, ibu-ibu memiliki peran penting dalam menentukan preferensi politik mereka untuk negeri yang dicintainya. Terkait dengan peran emak-emak yang besar dalam Pilpres 2019 mendatang, Prabowo pernah mengungkapkan siapapun yang terpilih di Indonesia, mereka harus memiliki suara emak-emak. Tidaklah mengherankan bila Prabowo sangat mendukung gerakan emak-emak dengan berbagai latar-belakang. Mereka telah berjuang membangun rasa cinta pada generasi muda, anak-anak mereka, dan masa depan Negara ini. Dukungan emak-emak ini memberikan kekuatan dan optimisme.

Melalui emak-emak ini kesadaran rakyat Indonesia sudah bangkit dalam situasi dan keadaan Negara saat ini. Karena itu, seluruh elemen bangsa, terutama emak-emak ikut bergerak merebut kedaulatan rakyat kembali pada Pilpres 2019. Mengutip ucapan Prabowo saat menerima ratusan emak-emak yang datang ke kediamannya di Hambalang, dari seluruh Indonesia dan luar negeri untuk memberikan dukungan, “Emak-emak punya pengaruh yang sangat kuat bagi lingkungannya, dan yakinkan keluarga dan lingkungan terdekat untuk berjuang menciptakan perubahan. Keselamatan republik di pundak emak-emak, nasib bangsa ini ada di pundak emak-emak”. Inilah bentuk the power of emak-emak yang tidak bisa disepelekan.

Saat ini, perempuan banyak yang terjun ke dunia politik, menjadi anggota dewan yang saat ini keterwakilannya telah mencapai 35 persen. Emak-emak juga banyak berperan di dalam organisasi dan kariernya. Artinya, perempuan sudah mengambil peran dalam pembangunan bangsa. Jika Indonesia ingin maju, maka kekuatan emak-emak juga harus digalang. Bukankah sudah banyak contoh pahlawan nasional perempuan seperti Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika, RA Kartini, dan lain-lain. Pemikiran kita, tingkah laku kita, dan kiprah kita sangat akan memberikan kontribusi bagi negeri yang kita cintai.

Kita memang emak-emak dari rakyat biasa yang mencoba berperan bagi bangsa dan Negara agar negeri ini menjadi makmur dan sejahtera. Seorang ibu Negara, yang notabene adalah istri seorang Kepala Negara, tentu kiprahnya harus lebih banyak melalui program-program bagi perempuan dan anak-anak, yang mendukung kerja suami. Dulu kita sering mendengar Ibu Tien Soeharto yang sangat aktif dalam kegiatannya, seperti GN-OTA, Hari Anak, dan lain-lain.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Begitu pula saat pemerintahan SBY, Ibu Ani Yudhoyono yang membangun SIKIP, organisasi solidaritas istri kabinet bersatu, aktif dalam program-program bagi perempuan seperti Indonesia Peduli, Indonesia Kreatif, Indonesia Hijau, Indonesia Sehat, Indonesia Pintar, serta meraih berbagai penghargaan. Bagaimana dengan peran ibu Negara di pemerintahan saat ini? Saya melihat Iriana Jokowi memang selalu mendampingi suami ke berbagai daerah dan ikut meresmikan kegiatan. Iriana juga menjadi menjadi Penasehat Tim Penggerak PKK, serta membentuk OASE Kabinet Kerja, tapi kok tidak pernah mendengar kiprah ibu Negara saat ini melalui program-programnya. Apakah saya yang kudet? Ataukah tidak diliput media? Ah, rasanya tidak mungkin tidak diliput.

Akhir kata, “Selamat Hari Ibu” bagi perempuan-perempuan hebat Indonesia. Di tanganmulah keberlangsungan negeri ini akan terus terjaga. Berani bersuara, berani menyuarakan pendapat. Berani tentukan pilihan sendiri dalam Pilpres dan Pileg 2019 agar bangsa Indonesia menjadi sejahtera dan makmur. Jayalah Indonesia!

[Oleh : Pratitis Mukti Tami, Politisi Partai Gerindra]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru