Membangun Budaya Menulis bagi Buruh, Sebagai Alat Perjuangan

- Pewarta

Senin, 29 Juli 2019 - 12:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KESULITAN menulis itu biasanya hanya terjadi pada waktu hendak memulai dan mengakhiri tulisan, apapun jenis kelaminnya.

Termasuk berita atau news yang singkat dan pendek kinstruksinya, hanya terdiri dari 5 W dan 1 H.

Selebihnya hanya menambah sandingan dan bandingannya saja. Dan untuk mengawali suatu tulisan yang pertama harus dimatangkan adalah topik dan temanya. Jika sudah matang tergodok di dalam kepala, maka dengan sendirinya semua akan mengucur deras seperti air keluar dari pancuran.

Dalam kondisi serupa inilah, menulis itu bisa dibayangkan seperti naik sepeda. Yang harus dilakukan hanya sekedar menhaga arah yang hendak dituju dengan gaya dan variasi seperlunya saja.

Lalu saat hendak mengakhiri tulisan memang diperlukan semacam pemanisnya, agar kesan yang tertinggal bisa memberi daya pukau yang akan selalu menyegarkan daya ingat pembaca.

Jadi menulis itu sungguh gampang seperti yang pernah ditulis mendiang Arswendo Atmiwiloto semasa hidupnya.

Lalu apa masalahnya yang sesungguhnya sulit itu adalah memperoleh ide segar ketika hendak menulis sebuah ide dengan sudut pandang yang paling bagus dan baik. Ibarat memotret suatu obyek, bisa dipilih dari berbagai sudut pandang, dan inilah engle itu dalam istilah jurnalistik yang umum. Seperti kerumuban wartawan yang meliput suatu kejadian, mading-masing bisa menampilkan pemberitaan atau karya fotonya yang sama-sama bagus dari sudut pemveritaan atau pemotretan yang berbeda, meski inti ceritanya sama juga. Tetapi kemasan sajian akan menjadi daya tarik tersendiri.

[Oleh: Jacob Ereste. Penulis adalah Wartawan Senior Indonesia]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru