Menantang Jokowi-Maruf Menerapkan Hukum Qur’an

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 31 Desember 2018 - 14:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ENTAH APA yang melatarbelakangi ide lomba baca Qur’an untuk pasangan capres. Yang jelas, eksplisit kubu Jokowi – Ma’ruf (Joma’) merasa digdaya dalam hal baca Qur’an. Joma’ merasa diatas angin dalam ihwal membaca Qur’an.

Saya sendiri masih belum menemukan benang merah, antara membaca qur’an dengan kapasitas memimpin sebuah negara. Bahwa membaca Qur’an adalah sarat wajib kapasitas seorang muslim, karena dalam bacaan Sholat ada bacaan Qur’an, iya. Tapi standardisasi kepemimpinan, ini mesti diperdalam.

https://opiniindonesia.com/2018/12/31/test-ala-orang-panik/

Suasana pilpres saat ini memang terkesan aneh. Bukannya menawarkan janji atau kampanye politik, tapi kubu Joma’ sibuk tawarkan foto edisi teranyar. Dari foto bercengkrama dengan tol, selvie lagi sholat, kunjungan ke Kiyai, bahkan terakhir foto makan bersama Joma’ menjadi Amunisi andalan kampanye.

Sepertinya, TKN Joma’ benar-benar kehilangan ide. Alih-alih menyiapkan program memukau, TKN Joma’ justru sibuk cari angle photo untuk edisi terbaru. Selvie sholat dan bercengkrama dengan tol dianggap sudah basi. Mulailah mereka menggali anggle poto yang lebih futuristik.

Setelah itu, foto itu diedarkan para cebong dengan capture beragam. Seolah, dengan mengunggah foto kegiatan Joma’ sudah hebat tuh calon. Terus, netizen disuruh menafsirkan sendiri foto itu. Aneh kan ?

Sekarang begini saja, saya beri ide Joma’ agar menawarkan program yang substantif. Jadi bukan sekedar lomba baca Qur’an, tapi lomba menerapkan hukum Qur’an.

Kalau diawal langsung menerapkan hukum Qur’an secara kaffah pasti kerepotan. Oke, saya beri satu tantangan Hukum Quran, coba terapkan hukum haramnya riba’.

Capres Jokowi kan Kiyai, anggota Dewan Syariah Nasional. Pasti paham hukum haramnya riba. Coba terapkan hukum haramnya riba dengan menghilangkan seluruh bunga (interest) dalam sistem perbankan nasional. Dan tidak mencari pinjaman luar negeri atau asing berbasis riba.

Jadi jangan lecehkan bacaan Qur’an hanya untuk pencitraan politik, ajang lomba-lombaan, tapi hukumnya ditelantarkan. Saya tantang pasangan Joma’ untuk mengharamkan riba dalam transaksi perbankan nasional sekaligus tidak ngutang duit riba dari luar negeri.

Saya tidak meminta Jokowi tidak ngutang, itu sulit bahkan mustahil, Karena tabiat dasar Jokowi itu tukang ngutang. Sampe beli saham freeport saja pake duit ngutang.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Saya hanya tantang Jokowi : Silahkan ngutang, yang penting jangan utangan riba’. Carilah utangan yang halal, kalau benar mau menerapkan hukum Quran.

Klo tidak mau atau tidak mampu, maka wacana baca Qur’an itu hanya untuk sum’ah (sombong), ajang gagah-gagahan belaka. Tentu rakyat, tak ingin disuguhi parodi politik gagah gagahan. Tak mau solusi pencitraan. Karena penderitaan rakyat itu nyata, bukan sandiwara. [].

[Oleh : Nasrudin Joha. Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan politik]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru