Politik Tanpa Adab, Tanpa Moral, Tanpa Makna

Avatar photo

- Pewarta

Jumat, 9 November 2018 - 01:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

FENOMENA KEMEROSOTAN nilai Demokrasi di negara kita ini makin hari makin menjadi-jadi. Bagai kanker ganas yang menggerogoti seluruh tubuh bangsa, kemerosotan nilai Demokrasi terus menjangkiti seluruh lapisan masyarakat.

Elit menjadi berpolitik tanpa adab, ngamukan, dan menjadi pembenci. Politik tanpa adab, politik tanpa moral, politik tanpa makna menjadi bagian dari kesehatian politik bangsa kita. Miris

Ferdinand Hutahean, penulis artikel.

Sebagai anak bangsa, apakah ini akan kita biarkan menjadi bagian dari Demokrasi kita yang semestinya santun, beradab? Politik keras itu lazim dan lumrah. Tapi politik kasar tak ber adab itu tidak lumrah karena buka budaya kita. Indonesia sejak masih bernama Nusantara era Hindia Belanda, sudah terkenal dengan kesantunan dan budaya adat timur yang kita banggakan.

Lihatlah hari ini, betapa semua kesantunan dan adat timur itu luntur dan terdegradasi. Presiden Jokowi yang juga sebagai Capres petahana menggunakan kata Gebuk dan Sontoloyo serta mengajari pendukungnya berani berantam melawan sesama anak bangsa hanya karena berbeda pilihan.

https://opiniindonesia.com/2018/12/29/operasi-koalisi-politik-dan-media-di-akhir-tahun-gagal-total-mengapa/

Megawati Sorkarno Putri kemudian berbicara bahwa anak bangsa ini betul-betul ada keturunan budak, harus disuruh-suruh katanya baru bekerja. Diantara kata sontoloyo dan keturunan budak itupun terselip seorang Bupati bicara menyakamakan manusia dengan Asu dengan menyebut Prabowo sebagai Asu. Tidak beradab dan amoral.

Inikah kita sesungguhnya? Atau inikah kalian sesungguhnya dengan Revolusi Mental? Hina sekali anak bangsa ini disebut Sontoloyo dan keturunan budak apalagi disebut Asu alias Anjing.

Politik tanpa adab, tanpa moral, tanpa makna. Politik jadi subur dengan caci maki, surplus dengan kebencian, dan menuju minus nasionalisme dan persatuan.

Setelah politik tanpa adab, tanpa moral dan tanpa makna, muncullah fenomena baru dalam demokrasi kita. Politik kemudian diselesaikan dengan Politik Lapor Polisi. Tidak seharusnya politik diselesaikan atau bahkan dibinasakan dengan melaporkan ke polisi hal-hal yang tidak perlu diselesikan di ranah kepolisian.

Politik harusnya diselesaikan dengan politik. Pernyataan jawab dengan pernyataan bukan dengan sedikit-sedikit lapor polisi.Demokrasi kita rusak karena kebebasan bersuara dan berbicara dalam politik akan semakin terkurung dengan ancaman laporan polisi.

Ini sungguh demokrasi yang tidak pernah kita inginkan dan tidak pernah kita harapkan terjadi. Politik lapor polisi hanya akan memupuk dendam dan permusuhan. Mengapa kita menjadi anak bangsa yang gemar memenjarakan saudara sebangsa? Memenjarakan hanya karena urusan politik? Sangat barbar. Kecuali urusan kriminal murni, silahkan bela dirimu, supaya politik kita menjadi politik beradab, politik bermoral dan politik bermakna.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Kita hampir kehilangan nilai demokrasi, jangan sampai kita kehilangan persaudaraan dan persatuan bangsa hanya karena praktek politik tanpa adab, tanpa moral dan tanpa makna.

Salam..!! (*)

[Oleh : Ferdinand Hutahaean, politisi Partai Demokrat, anggota BPN Prabowo-Sandi]

(*) Untuk membaca tulisan Ferdinand Hutahean, silahkan KLIK DI SINI.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru