MEMAAFKAN. MENULIS dan mengucapkannya, mudah bahkan sangat mudah, sepanjang kita tidak bisu dan tidak buta huruf. Tapi, jangan tanya untuk melaksanakannya. Sulit, bahkan sangat sulit melakukannya.
Begitulah ciri manusia, biasa dan sangat biasa. Orang tak ragu menasehati orang lain, malah tidak sungkan meminta orang lain membukakan pintu maaf pada orang lain yang telah melakukan apa pun keburukan: fitnah, caci-maki, menghina, bahkan menganiaya pada dirinya.
https://opiniindonesia.com/2018/10/04/berbaik-sangka-dan-ketulusan-adalah-ciri-khas-prabowo-subianto/
“Ayolah buka hatimu, maafkan dia,” kata kita.
Baca Juga:
Dukungan Emosional dan Logistik PROPAMI Care Ringankan Beban Panti
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
Dan, jika orang yang kita ‘nasehati’ menolak, tidak jarang kita justru marah. Kita juga tak sungkan melontarkan sumpah-serapah. “Aneh, susah amat sih memaafkan,” kata kita sangat mengesankan arif dan bijak.
Tapi, ketika hal itu singgah pada diri kita, hmmmmmm…… mayoritas kita juga akan menjadi seperti orang yang kita nasehati itu. Dan untuk melakukan pembenaran, kita membela diri dengan menyebut: “Manusiawi lah,”
Anies Baswedan 2014
Tidak bermaksud apa pun, saya hanya ingin menuliskan fakta. Dan, semoga bisa kita jadikan contoh untuk diri kita, utamanya tentu bagi diri saya sendiri.
Tahun 2014, kita mungkin ingat, atau saya ingatkan saja. Anies Baswedan pernah berujar: Prabowo-Hatta Didukung oleh Mafia. Begitu judul berita yang menjadi viral. Sedikit atau banyak ikut mempengaruhi elektabilitas paslon nomer urut-1 itu.
Baca Juga:
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Sepanjang tidak bisa dibuktikan, (Alhamdulillah, Anies memang tidak bisa membuktikan), berita itu jadi fitnah. Dan seburuk-buruk fitnah, dilakukan di saat menjelang pemilu. Akibatnya bukan hanya dialami oleh korban, tapi juga rakyat yang terpengaruh lalu mengubah pilihan.
Lalu, orang yang dipilih ternyata juga bukan yang terbaik. Buktinya janji-janji kampanyenya tidak dipenuhi, yang paling konkret BBM naik 12 kali, hutang melonjak super dahsyat, dan banyak lagi.
Agar saya tidak mengulang fitnah, di bawah ini saya kutip potongan berita tersebut: (Tribunews.com 3/7/14)
Anies menyebut Prabowo-Hatta didukung oleh kelompok mafia seperti dugaan kasus korupsi migas, haji, impor daging, Alquran, dan lumpur Lapindo.
Pernyataan tersebut disampaikan Anies saat konfrensi pers penyampaian program Jokowi-JK, di Hotel Holiday Inn, Bandung, Kamis 3 Juli 2014. Kata dia, kalau ingin menyelesaikan masalah tersebut, Jokowi-JK adalah jawabannya.
(nasional.kompas, 24/6/14)
Baca Juga:
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Anies juga menuding Prabowo ‘tak tahu diri’, judul beritanya: Anies Khawatir Prabowo Sepanjang waktu hanya memburu satu posisi. Menyakitkan dan pasti menimbulkan luka. Pernyataan fitnah itu disampaikan ke publik.
Dukung Anies
Tak seorangpun yang mengira jika Prabowo akhirnya mendukung Anies Baswedan untuk maju bersama Sandi Uno untuk maju di Pilkada DKI sebagai Gubernur/wakil gubernur.
Jujur, Anies terkejut. Secara logika atau nalar orang biasa, Prabowo tidak mungkin mendukungnya.
Sudah memfitnah, tidak atau belum meminta maaf, telah dipecat oleh Jokowi yang kala itu dibela mati-matian, kok diberi dukungan. Wajarnya, begitu Anies dipecat dari posnya menteri pendidikan, Prabowo bersuka-cita sambil berteriak: “Rasain kamu, kualat!”
Tapi itu tidak dilakukan. Prabowo dengan sangat legowo memberikan dukungan pada Anies. Tidak berhenti sampai di situ, Anies pun dibiayai hingga akhirnya terpilih sebagai gubernur DKI. Posisi yang lebih bergengsi ketimbang pos lamanya sebagai menteri yang tak lain adalah pembantunya presiden.
‘Penghilangan’ fakta
Semua ini fakta nyata. Fakta yang tidak terbantahkan. Fakta yang cukup langka ada di Indonesia. “Saya tidak pernah memikirkan diri saya sendiri,” katanya suatu hari.
Sayang, secara sistematis, saya melihat ada pihak-fihak tertentu yang ingin menghilangkannya. Orang-orang tertentu malah mengungkit-ungkit masalah yang dulu dan belum perna pula terbukti.
Ada politisi yang secara kasar menuding bahwa Prabowo adalah bagian dari orde baru. Politisi itu lupa atau pura-pura lupa, atau memang telah kehilangan ingatan.
Sekedar mengingatkan, tahun 2009, Prabowo maju menjadi cawapres Megawati, ketua umumnya. Waktu itu, sang politisi itu tidak pernah teriak-teriak soal orde baru, tidak juga soal pelanggar ham, dan fitnah-fitnah lainnya. Kok sekarang lain…? Ayoo, ada apa? Panik, takut, atau hilang ingatan?
Tidak hanya itu, Megawati pun konon menandatangani surat perjanjian di atas materai (pernah diramaikan di medsos)yang akan mendukung Prabowo maju di pilpres 2014.
Tapi faktanya, Mega malah memilih orang lain. Prabowo sendiri tidak marah-marah, tidak juga mengajukan surat perjanjian itu ke pengadilan perdata. Prabowo menerimanya saja. Menjalani saja, malah menganggap Allah yang mengaturnya demikian.
Prabowo pun tidak marah saat Jokowi maju ke pilpres 2014 meski ketika ikut didukung untuk maju ke pilkada DKI, Jokowi berjanji untuk tidak tergoda apapun serta akan tetap memimpin DKI. Bahkan dalam salah satu pidatonya di istora, Jokowi tegas mengatakan: “Saya akan tetap memimpin DKI selama lima tahun!”
Sekali lagi ini fakta bukan fiksi. Ini kisah nyata dari seorang Prabowo Subianto di panggung politik Indonesia. Prabowo bukan akhli agama, tapi sikap memaafkannya silahkan anda nilai sendiri.
Prabowo juga bukan orang yang suka berpura-pura hanya untuk dinilai baik oleh orang lain. Tidak harus menyapu jalanan hanya untuk kepentingan fotographi. Tidak juga harus memimpin shalat, meski bacaan dan pengetahuannya sangat cetek, sekali lagi hanya untuk kepentingan foto yang ujungnya citra.
Jadi, siapakah Prabowo sesungguhnya? Apa yang saya tuliskan di atas hanyalah sekelumit kisah yang saya, anda, dan kita semua telah membacanya di banyak media sosial.
Sederhananya, tidak cukup banyak orang yang mau membukakan pintu maaf pada orang yang telah memfitnahnya, memakinya, memburuk-burukanya. Prabowo memaafkan semuanya.
Semoga bermanfaat..
Sekali lagi, saya mohon dimaafkan jika tulisan saya ini menyinggung seseorang atau sekelompok orang. Saya tidak bermaksud apa pun kecuali menuliskan kembali fakta yang sudah ada.(*)
[Oleh : M. Nigara. Penulis adalah wartawan senior, mantan Wakil Sekjen PWI]
(*) Untuk membaca tulisan M. Nigara lainnya, silahkan KLIK DI SINI.