RAKYAT SARUMPAET hancur wajahnya berantakan, setengah kepalanya dijahit. Foto – foto Ratna menyebar di group WA memancing amarah yang besar, kenapa seorang perempuan aktifis bisa dihancurkan kepalanya? Siapa yang tega?
Ratna adalah aktifis pergerakan, seniman, budayawan dan ibu dari artis terkenal Atiqah Hasiolan (Bintang Lux). Dia “single parent” alias janda, yang bertanggung jawab untuk anak2 nya dan juga bekerja untuk bangsa.
https://opiniindonesia.com/2018/10/03/ada-yang-kelihatannyan-senang-ratna-sarumpaet-dianiaya/
Sumber disekitar Ratna mengatakan bahwa pemukulan ini terjadi beberapa hari lalu di Bandung, sehabis Ratna mengisi ceramah di pertemuan jurnalis internasional.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Ketika Ratna menumpang taxi, dia dicegat segerombolan orang, lalu dihancurkan kepalanya dan wajahnya.
Kekerasan Politik
Sejak Jokowi berkuasa, kekerasan politik merajalela. Kontras dengan Jokowi yang seolah2 lemah lembut. Beberapa kekarasan politik antara lain penganiayaan terhadap ulama (khususnya di Jabar jelang Pilkada 17), kekerasan terhadap alumni ITB yang bekerja untuk IT habib Rizieq, Hermansyah, yang ditusuk leher dan perutnya, kekerasan terhadap Neno Warisman, simbol “2019 Ganti Presiden di bandara Riau, kekerasan terhadap mahasiswa di Medan dlsb.
Penangkapan2 pun acap dilakukan seperti dalam kasus “makar”, kasus “buku Jokowi anak PKI”, kasus ust. Alfian Tanjung, kasus Ahmad Dhani, dll. Ratna sendiri ditangkap dituduh Makar. Hal ini menambah catatan kelam politik kita yang selama reformasi berjalan penuh demokratis, khususnya di masa sepuluh tahun SBY.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Khusus untuk SBY, meskipun berlatar belakang militer, komitmennya terhadap demokrasi begitu kental. SBY mendorong dicabutnya pasal penghinaan terhadap presiden dalam KUHP, terkait adanya kasus Eggi Sujana dan mantan wakil ketua DPR RI, Zainal Maarif.
SBY juga tidak memangkap Rizal Ramli yang menggerakkan demo anti kenaikan BBM, 2008, padahal terjadi kerusuhan dan bakar membakar mobil di depan DPR.
SBY juga tidak menangkap para aktifis yang membawa Kerbau bertuliskan dirinya (SBY) ke depan istana.
SBY dalam konteks demokrasi adalah penyayang rakyatnya. Tidak ada orang luka atau mati terbunuh (seperti alm. Munir) di masa SBY.
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Kekerasan politik adalah sebuah kejahatan besar dalam demokrasi. Setting politik demokrasi adalah menghargai perbedaan. Berbeda dengan rezim otoriter, settingnya memang pembungkaman hak hak asasi untuk berpendapat, berkumpul dan berdemonstrasi.
Demokrasi Kita
Ratna Sarumpaet adalah pejuang seumur hidup. Pada 1997 saya (MPKR= Majlis Permusyawaratan Kedaulatan Rakyat) dan dia (bersama Ulil dan alm. Arnold Purba) membuat acara bersama di Tugu Proklamasi melawan Suharto. Ratna mementaskan teater Merah Putih, setelah orasi Alm. Dr. Adnan Buyung Nasution dan Dr. Sri Bintang Pamungkas. Perjuangan dia dan mayoritas aktifis lainnya adalah menumbangkan Suharto demi adanya kebebasan. Kebebasan apa?
Dalam demokrasi kebebasan yang dicari adalah kebebasan bersuara, berkumpul, berorganisasi, dan berdemonstrasi, mengatakan pendapat.
Kebebasan ini adalah harga mahal, yang tidak diperjuangkan oleh orang2 dahulu bersekutu atau jadi pemain band metalika jaman Suharto.
Ini diperjuangkan oleh Ratna Sarumpaet.
Lalu mengapa demokrasi yang ada ini dirusak oleh orang2 yang menyukai kekerasan politik? Lalu mengapa pejuang lahirnya demokrasi dihancurkan kepalanya?
Apakah demokrasi telah mati?
Penutup
Tugas rezim Jokowi adalah memulihkan demokrasi. Jika bisa dibuktikan bahwa urusan Ratna Sarumpaet bukan persoalan politik, maka buktikanlah. Hancurkan lah preman2 itu. Karena preman tidak ada tempatnya dalam demokrasi. Demokrasi dan supermasi hukum adalah dua sisi mata uang dalam logam yang sama.
Kalau tidak, apalagi Ratna adalah Jurkamnas Prabowo 2019, maka kecemasan bahwa rezim ini semakin anti demokrasi, akan semakin dalam. Dan kita kembali ke masa silam yang gelap.
[Oleh : Dr.Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle]