Testimoni Saksi Mata Reuni Akbar Alumni 212

Avatar photo

- Pewarta

Minggu, 9 Desember 2018 - 09:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

AWALNYA AKU hanya ingin tahu dan ingin melihat saja. Tentang reuni 212 yg katanya di hadiri jutaan manusia.

Pukul 6’oo aku berangkat dari Depok menuju Monas. Titik tempat berkumpulnya alumni 212. Jam 7 kurang aku sudah sampai.

https://opiniindonesia.com/2018/12/05/2-kali-mata-saya-basah-di-reuni-akbar-alumni-212-yang-kedua/

Aku terkejut dan takjub, karena memasuki bunderan HI manusia sdh berjubel. Mobilku pun berjalan merayap di antara jamaah yang rata-rata berbaju dan berpeci putih.

Mereka begitu ramah mempersilahkan mobilku lewat. Namun aku tak bisa meneruskan, karena sudah tidak bisa masuk lebih jauh lagi dan jalan sudah dipadati manusia.

Seorang jamaah dengan sopan bertanya padaku, “Mau kemana Bu..!?”,

“Mau cari parkir pak”, jawabku tersenyum.

“Ibu mutar ke kanan terus lurus, 100 m dr sini ada tempat parkir di halaman gedung itu, masih bisa parkir”, katanya santun sekali.

Setelah berjalan terseok akhirnya sampai juga aku di gedung yang ditunjukan bapak tadi.

Selesai memarkir aku dan keluargaku keluar dari halaman gedung. Aku terkejut bahkan terperangah. Karena jalan sudah penuh sesak dengan lautan manusia.

Mereka kompak tanpa dikomando membaca sholawat dan mengibarkan ratusan bendera tauhid berwarna warni. Aku tahu bendera tauhid dari dunia sosmed.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Aku dan keluargaku pesimis, apakah mereka menerima kami untuk ikut nimbrung. Ataukah sebaliknya mrk akan mengusir kami. Dan aku pun berpikir bagaimana bila terjadi rusuh…!?.

Dalam situasi yg pesimistis dan kebimbangan. Tiba-tiba beberapa jamaah menghampiri kami, dan memberikan topi yg bertulisan tauhid. Dan anggota keluarga ku pun di berikan beberapa slayer. Kami di persilahkan ikut bergabung.

Rasa euporia menghinggapi keluarga. Kami rela berdesakan dg orang lain yang tak saling mengenal tapi jiwanya ada rasa kebersamaan.

Akupun tak dapat menahan tangis haru begitu juga anggota keluarga ku. Jutaan rasa yg menghinggapi kami membuat aku terisak. Beberapa jamaah memberikan tisue kepadaku.

Aku mengusap air mataku, belum pernah perasaan ini berkecamuk sebegitu dahsyatnya. Rasa takjub dan bangga belum pernah aku lihat manusia sebanyak ini begitu tertib.

Puji Tuhan…!!! Ini sungguh luar biasa.
Apalagi saat mendengar lantunan sholawat yang begitu kompak. Tak henti hentinya aku mengusap air mata yg menggenangi mataku.

Setelah berjalan sekian puluh meter.
Aku bertemu dengan rekan-rekan yang ku tahu mereka adalah non muslim. Rupanya mereka merasakan hal yg sama denganku.

Dan aku semakin lebih takjub, karena banyak yang non muslim pun berdatangan.
Ikut membaur dengan para jutaan jamaah.
Mereka pun tak membedakan kami, kami dapat snak dan minuman seperti jamaah yang lain.

Mereka memandang kami sebagai saudara.
Yg lebih mengharu birukan seorang nenek tua memelukku sambil menangis memberikan sebungkus nasi uduk.

Tuhanku, Rasanya lutut ini lemas tak berdaya. Air mata ini semakin deras membanjiri ku. Begitupun yg menyaksikan peristiwa ini.

Mereka seakan terbawa arus yg ku alami. Aku yg tadinya sempat menilai negatif thinking tentang ini semua. Jadi mendapatkan suatu nilai moral yang luar biasa.

Aku dan keluarga besarku yang biasa dengar Pasteur khotbah di gereja, atau denger Bhikkhu di vihara. Tak pernah sampai seharu ini…

Puji Tuhan. Di sinilah, di 212 lah aku menyaksikan dengan mata kepala ku sendiri.

Merekalah orang orang yang mempunyai hati terpilih. Yang mempunyai pesan moral yang tiada ternilai. Untuk menyikapi rasa persaudaraan sesama anak bangsa.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

[Oleh : Siem Mei Hwa, Susi Melianawaty]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru