Ada yang Kelihatannya Senang, Ratna Sarumpaet Dianiaya

Avatar photo

- Pewarta

Rabu, 3 Oktober 2018 - 10:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DI TENGAH gelombang kritik dan kemarahan publik terhadap penganiayaan Bu Ratna Sarumpaet, ada suara yang menyalahkan perempuan lemah fisik itu. Suara itu keluar dari muncung Denny Siregar. Saya ulangi apa komentar Denny di akun Twitter dia.

“Minimal kalau emaknya digebukin, anaknya kek yang teriak, atau keluarga dekatnya. Masak mereka gak tau ? Tapi ternyata diam semua..

https://opiniindonesia.com/2018/10/05/hoax-ratna-dan-skenario-menjegal-prabowo/

Yang teriak2 malah @MardaniAliSera @LawanPoLitikJW @fadlizon eh si lemon @AkunTofa ikut teriak juga gak ya ? 😁😁

Denny menyalahkan anak Bu Ratna yang tidak berteriak ketika penganiayaan terjadi. Memang tidak mengherankan komentar Denny ini. Tapi, menyalahkan korban pemukulan sampai babak belur oleh sekelompok preman biadab, tentulah sangat disayangkan.

Tidak ada frasa yang paling pas untuk menggambarkan komentar Denny Siregar di Twitter-nya itu kecuali kalimat bahwa dia sedang mengalami “lost conscience”. Yaitu, kehilangan nilai moral tentang baik dan buruk.

Denny seharusnya memahami bahwa orang yang sedang menghadapi serangan tiba-tiba, cenderung tak bisa berkata-kata. Mereka tergemap. Terkejut. Sehingga, mungkin ini yang menyebabkan mereka diam saja.

Bagi saya, Denny tak bisa menyembunyikan rasa senangnya terhadap penganiayaan Bu Ratna yang dilakukan oleh anjing-anjing suruhan itu. Rasa senang Denny itu terselip rapi pada kata “digebukin”. Dia tidak menggunakan kata “dipukuli” atau “disiksa”. Sepintas laku, kata “digebukin” itu biasa saja. Tetapi, sesungguhnya, terlampir ekspresi kesyukuran Denny. Dia senang. Sekaligus, kata “digebukin” itu menyimpan “mampus lo”.

Kemudian, alinea (paragraf) kedua cuitan Denny juga mendeskripsikan rasa senang beliau. Lihat dua emoticon tertawa (😁😁) di ujung komentar Denny tentang orang-orang yang dia sebut “berteriak-teriak” atas penganiayaan. Kata “berteriak-teriak” itu tidak hanya ejekan kepada orang-orang yang memprotes atau berkomentar terhadap penganiayaan Bu Ratna, melainkan juga menunjukkan “puncak rasa senang” Denny Siregar.

Cuitan Denny sebelumnya juga tidak menunjukkan simpati sama sekali. Ini dia selengkapnya.

Digebukin tanggal 21 September, hebohnya tanggal 2 Oktober..

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Trus polisi dipaksa menuntaskan masalah, sedangkan TKP udah acakadut.. 🤔🤔

Denny juga menggunakan kata “digebuki”. Sama seperti pembahasan di atas. Dia menyimpang rasa senang. Denny mempertanyakan mengapa pemukulan tanggal 21 Septmber 2018 baru diributkan pada tanggal 2 Oktober. Kenapa Anda, Denny, seolah berpendapat bahwa pengungkapan penyiksaan itu berselang 11 hari setelah kejadian, adalah masalah yang patut dipersoalkan? Mengapa, lagi-lagi, Anda menayahkan Bu Ratna.

Sekali lagi, kedua cuitan Denny itu tak mengherankan datang dari mulut dia. Anggap saja Denny seperti yang dikatakan tadi, yaitu “kehilangan nilai moral dalam melihat kebaikan dan keburukan”.

Karena itu, marilah kita tunjukkan simpati kepada korban penganiayaan. Apalagi, korban adalah salaah seorang akivis demokrasi.
Seorang yang selalu kritis melihat berbagai penyimpangan dan pelanggaran.

Tidak pun Anda bersimpati kepada Bu Ratna, paling tidak janganlah Anda menunjukkan rasa senang dan komentar yang menyalahkan korban karena tak begitu, tak begini.

[Oleh : Asyari Usman, wartawan senior]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru