Bagi Orang Medan, Prabowo “Sudah Dilantik”

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 25 Februari 2019 - 15:54 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ORANG Medan tidak akan keluar berduyun-duyun kalau mereka tidak ingin menunjukkan dua hal. Pertama, “ini harus jadi”. Kedua, “jangan coba-coba”.

Inilah yang mewarnai kehadiran capres 02, Prabowo Subianto (PS), tadi siang di pusat kota Medan. Masyarakat bersia-siap sejak lama. Puluhan ribu jumlahnya. Memadati jalan-jalan di sekitar lokasi acara. Menunggu ‘count down’ kedatangan Pak PS.

Antusias penyambutan untuk “pemilik lahan 220,000 hektar” yang dihajar oleh Jokowi di debat kedua, tetapi kemudian Jokowi sendiri yang akhirnya sempoyongan, tampak lepas membahana di udara cerah kota Medan. Orang bersemangat hadir. Tanpa banyak iklan, tanpa banyak pemberitahuan. Mereka merasa Prabowo sudah menang. Menggema yel-yel “Prabowo, Presiden”. Seolah mereka menyambut kedatangan presiden.

Menjelang pilgub Sumut 2018, bulan Juli, saya membuat tulisan yang ditanggapi macam-macam oleh orang yang tak bisa menerimanya. Waktu itu saya letakkan judul “Pilkada Sumut: Gubernurnya Sudah Terpilih”. Di dalam tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa Edy Rahmayadi akan menang telak melawan Djarot Saiful Hidayat. Beberapa hari setelah ‘quick count’, akhirnya orang-orang yang ‘marah’ terhadap kesimpilan yang saya buat itu, pelan-pelan bisa menerima kenyataan.

Bagi masyarakat Sumatera Utara, pertarungan Prabowo-Sandi vs Jokowi-Ma’ruf akan sama persis seperti pilgub tahun lalu. Banyak yang bercanda serius bahwa bagi warga Sumut, Prabowo “sudah dilantik”. Mungkinkah ini ‘terlalu yakin’ atau ‘sesumbar’? Dua-duanya tidak. Yang benar adalah mayoritas rakyat Sumut ‘sangat yakin’ Pak PS akan menang besar.

Jadi, masyarakat ‘tidaklah yakin yang keterlalun’ apalagi menjadi ‘sesumbar’. Sama sekali tidak.

Akan tetapi, warga Sumut tidak main-main. Mereka bekerja keras di seluruh pelosok provinsi untuk memenangkan Prabowo walaupun menghadapi tekanan dan intimidasi dalam berbagai kemasan dan ukuran. Ada tekanan yang dikemas hitam-putih, ada pula yang berwarna-warni atau abu-bau. Ada yang berukuran kecil, sedang, besar, dan ekstra besar. Small, medium, large, dan extra-large.

Dari manakah gerakan tekanan itu datang? Kalau di Sumut banyak sumber tekanan dan intimidasi. Ada yang bersumber dari bawah tanah (underground) dan ada yang berada di atas tanah. Tekanan dari bawah tanah itu banyak sekali. Dan liar. Sama liarnya seperti tekanan geothermal. Yang menekan tak tampak, tapi tekanan sangat terasa.

Tekanan dan intimidasi di atas tanah juga ada di mana-mana. Ini khas Sumut, khas Medan. Di jalan-jalan sering dijumpai intimidasi. Rata-rata supir di Medan suka melakukan intimidasi. Kenderaan di depannya selalu dipepet. Biasanya intimidasi pertanda mereka mau memotong atau mendahului.

Dalam keadaan darurat atau panik, intimidasi supir luar biasa. Misalnya mobil ambulans atau mobil aparat negara. Kalau situasinya mengharuskan begitu, kalau mereka perlu cepat. Bahkan mobil jenazah pun juga melakukan intimidasi. Orang-orang di sini mencandainya dengan sarkastik. Mereka bilang, sudah menjadi mayat pun masih melakukan intimidasi.

Saya dengar, panitia yang melaksanakan acara bersama Prabowo sempat hampir tidak bisa mendapatkan tempat. Kata panitia, tiba-tiba saja pemilik gedung mau membatalkan penyewaan oleh panitia. Apakah ada intimidasi? Tampaknya memang ada. Sebab, gedung itu terletak di tempat yang padat lalu-lintas. Sehingga, supir-supir banyak yang memepet gedung tsb seperti mereka memepet kendaraan di depannya. Ini namanya intimidasi terhadap gedung.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Di Sumut, adalah pula yang disebut intimidasi struktural. Yaitu, intimidasi dari yang paling atas sampai ke bawah. Sebagai contoh, kalau atasan mau merah, harus merah sampai ke bawah.

Hanya saja, rakyat Sumut sudah kebal dengan cara-cara jalanan. Cara-cara intimidasi. Mereka tak perduli dengan ‘supir-supir’ yang melakukan intimidasi.

Bagi masyarakat Sumut, Pak PS harus menang. “Ini harus jadi.” Harus jadi presiden, maksudnya. Kemudian, “jangan coba-coba”. Maksudnya, jangan ada niat buruk terhadap mereka. Apalagi niat jelek untuk menghalang-halangi kemenangan Prabowo.

Menurut rakyat di sini, menang bukan lagi menjadi masalah bagi Prabowo. Karena mereka menganggap Prabowo “sudah dilantik”.

[Oleh : Asyari Usman, adalah wartawan senior Indoneisa.]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru