ORANG Medan tidak akan keluar berduyun-duyun kalau mereka tidak ingin menunjukkan dua hal. Pertama, “ini harus jadi”. Kedua, “jangan coba-coba”.
Inilah yang mewarnai kehadiran capres 02, Prabowo Subianto (PS), tadi siang di pusat kota Medan. Masyarakat bersia-siap sejak lama. Puluhan ribu jumlahnya. Memadati jalan-jalan di sekitar lokasi acara. Menunggu ‘count down’ kedatangan Pak PS.
Antusias penyambutan untuk “pemilik lahan 220,000 hektar” yang dihajar oleh Jokowi di debat kedua, tetapi kemudian Jokowi sendiri yang akhirnya sempoyongan, tampak lepas membahana di udara cerah kota Medan. Orang bersemangat hadir. Tanpa banyak iklan, tanpa banyak pemberitahuan. Mereka merasa Prabowo sudah menang. Menggema yel-yel “Prabowo, Presiden”. Seolah mereka menyambut kedatangan presiden.
Menjelang pilgub Sumut 2018, bulan Juli, saya membuat tulisan yang ditanggapi macam-macam oleh orang yang tak bisa menerimanya. Waktu itu saya letakkan judul “Pilkada Sumut: Gubernurnya Sudah Terpilih”. Di dalam tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa Edy Rahmayadi akan menang telak melawan Djarot Saiful Hidayat. Beberapa hari setelah ‘quick count’, akhirnya orang-orang yang ‘marah’ terhadap kesimpilan yang saya buat itu, pelan-pelan bisa menerima kenyataan.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Bagi masyarakat Sumatera Utara, pertarungan Prabowo-Sandi vs Jokowi-Ma’ruf akan sama persis seperti pilgub tahun lalu. Banyak yang bercanda serius bahwa bagi warga Sumut, Prabowo “sudah dilantik”. Mungkinkah ini ‘terlalu yakin’ atau ‘sesumbar’? Dua-duanya tidak. Yang benar adalah mayoritas rakyat Sumut ‘sangat yakin’ Pak PS akan menang besar.
Jadi, masyarakat ‘tidaklah yakin yang keterlalun’ apalagi menjadi ‘sesumbar’. Sama sekali tidak.
Akan tetapi, warga Sumut tidak main-main. Mereka bekerja keras di seluruh pelosok provinsi untuk memenangkan Prabowo walaupun menghadapi tekanan dan intimidasi dalam berbagai kemasan dan ukuran. Ada tekanan yang dikemas hitam-putih, ada pula yang berwarna-warni atau abu-bau. Ada yang berukuran kecil, sedang, besar, dan ekstra besar. Small, medium, large, dan extra-large.
Dari manakah gerakan tekanan itu datang? Kalau di Sumut banyak sumber tekanan dan intimidasi. Ada yang bersumber dari bawah tanah (underground) dan ada yang berada di atas tanah. Tekanan dari bawah tanah itu banyak sekali. Dan liar. Sama liarnya seperti tekanan geothermal. Yang menekan tak tampak, tapi tekanan sangat terasa.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Tekanan dan intimidasi di atas tanah juga ada di mana-mana. Ini khas Sumut, khas Medan. Di jalan-jalan sering dijumpai intimidasi. Rata-rata supir di Medan suka melakukan intimidasi. Kenderaan di depannya selalu dipepet. Biasanya intimidasi pertanda mereka mau memotong atau mendahului.
Dalam keadaan darurat atau panik, intimidasi supir luar biasa. Misalnya mobil ambulans atau mobil aparat negara. Kalau situasinya mengharuskan begitu, kalau mereka perlu cepat. Bahkan mobil jenazah pun juga melakukan intimidasi. Orang-orang di sini mencandainya dengan sarkastik. Mereka bilang, sudah menjadi mayat pun masih melakukan intimidasi.
Saya dengar, panitia yang melaksanakan acara bersama Prabowo sempat hampir tidak bisa mendapatkan tempat. Kata panitia, tiba-tiba saja pemilik gedung mau membatalkan penyewaan oleh panitia. Apakah ada intimidasi? Tampaknya memang ada. Sebab, gedung itu terletak di tempat yang padat lalu-lintas. Sehingga, supir-supir banyak yang memepet gedung tsb seperti mereka memepet kendaraan di depannya. Ini namanya intimidasi terhadap gedung.
Di Sumut, adalah pula yang disebut intimidasi struktural. Yaitu, intimidasi dari yang paling atas sampai ke bawah. Sebagai contoh, kalau atasan mau merah, harus merah sampai ke bawah.
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Hanya saja, rakyat Sumut sudah kebal dengan cara-cara jalanan. Cara-cara intimidasi. Mereka tak perduli dengan ‘supir-supir’ yang melakukan intimidasi.
Bagi masyarakat Sumut, Pak PS harus menang. “Ini harus jadi.” Harus jadi presiden, maksudnya. Kemudian, “jangan coba-coba”. Maksudnya, jangan ada niat buruk terhadap mereka. Apalagi niat jelek untuk menghalang-halangi kemenangan Prabowo.
Menurut rakyat di sini, menang bukan lagi menjadi masalah bagi Prabowo. Karena mereka menganggap Prabowo “sudah dilantik”.
[Oleh : Asyari Usman, adalah wartawan senior Indoneisa.]