Begitu Jokowi Terdesak, Larinya ke Khilafan Lagi

- Pewarta

Jumat, 29 Maret 2019 - 12:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salah satu sinyal yang menunjukkan Jokowi terdesak di pilpres ini adalah pemunculan isu khilafah. Pertama, tampil Luhut Panjaitan yang mengatakan ada gerakan yang mau mengganti ideologi Pancasila.

Setelah itu keluar Hendropriyono yang menakut-nakuti publik bahwa pilpres kali ini adalah pertarungan antara ideologi Pancasila dan ideologi khilafah. “Jangan salah pilih,” kata Hendro mengakhiri jeritan pedihnya yang terakhir menjelang kejatuhan Jokowi, 17 April nanti.

Jadi, “Awas Khilafah” adalah satu-satunya amunisi yang tersisa di kubu Jokowi. Mereka tak mampu lagi memikirkan narasi yang lebih cerdas. Agak mengherankan juga mengapa Luhut dan Hendro kalah cerdas dibanding publik. Padahal, mereka berdua ini mantan jenderal yang disebut-sebut cerdas.

Boleh jadi Luhut dan Hendro sudah terlalu lama bergelimang dengan cara-cara yang dulu tidak terlalu sering mengaktifkan nalar. Mereka berdua ini ‘kan tergolong jenderal gaya lama yang masih belum bisa lepas dari doktrin-doktrin “gebuk”, “gertak”, “libas”, dlsb.

Mereka menyangka hari ini publik masih bisa ditakut-takuti dengan isu khilafah tanpa didukung bukti-bukti teoretis dan empiris. Tanpa penjelasan ilmiah. Setidaknya ilmiah populer.

Mereka masih saja membuat stetmen yang sifatnya satu arah dan harus ditelan begitu saja oleh publik. Luhut dan Hendro menganggap dan mengharap rakyat hari ini sama seperti anak-buah yang mereka pimpin dulu. Dalam arti, apa saja yang mereka katakan harus diiyakan dan diterima sebagai kebenaran.

Padahal, publik hari ini tidak akan menelan begitu saja apa-apa yang mereka katakan. Mereka terbiasa menggunakan nalar untuk menganalisis sesuatu. Kalau Luhut dan Hendro bilang Pancasila terancam diganti ideologi khilafah, publik akan melihat dulu sejarah ideologi khilafah di Indonesia.

Publik paham bahwa ancaman khilafah yang disebutkan Hendro itu tidak pernah terbukti. Kalau sebatas digunakan sebagai momok, memang sering. Khilafah mereka jadikan sebagai hantu untuk menakuti khalayak.

Yang menjadi masalah, hantu khilafah itu tak punya bangkai. Padahal, dalam mitos mana pun juga, hantu dipercaya sebagai jelmaan bangkai. Nah, tolong tunjukkan bangkai khilafah di Indonesia ini? Di mana ia berada? Apakah Luhut dan Hendro bisa tunjukkan?

Jadi, memang ada gap (jurang) yang lebar dalam cara berpikir dan gaya argumentasi antara Luhut-Hendro dan generasi yang jauh di belakang mereka. Yaitu, generasi yang bakal banyak menggunakan akal sehat ketimbang agitasi yang keluar dari ekspresi wajah ketat dan cemberut.

Sebagai kesimpulan, kalau pun Luhut dan Hendro melancarkan kampanye “scaremongering” (menakut-nakuti) rakyat bahwa Pancasila akan diganti, tidak akan pernah sukses.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Oleh : Asyari Usman, adalah Penulis wartawan senior.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru