BELUM SEMINGGU memang drama tentang hoax ratna sarumpaet dianiaya diselesaikan aparat penegak hukum. Memang, kita ga bisa bandingkan dengan kasus Novel Bawsedan. Karena kasus Novel punya banyak kepentingan.
Sedangkan kasus hoax Ratna, kepentingannya hanya 1, menghancurkan Prabowo. Maka semua yang berkepentingan seketika seirama. Mulai dari media mainstream dan parpol pendukung incumbent. Seperti musik orkestra dengan bermacam-macam alat musik, menghasilkan harmoni yg indah dengan nada “singkirkan Prabowo”.
https://opiniindonesia.com/2018/10/13/posisi-ratna-sarumpaet-dan-kasus-kebohongannya/
Padahal kalo kita tanya Erwin glGutawa, perlu berapa hari bagi band orkestra untuk latihan, menyamakan kekompakan sehingga menghasilkan musik yg indah? Mungkin Erwin akan menjawab seminggu tidak akan cukup latihan.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Tapi rupanya partai koalisi pendukung incumbent lebih jenius daripada band orkestra. Dalam 3 hari lagu itu sudah terdengar harmonis. Kompak, solid dan menyayat hati. Sehingga bagi orang yang sensitif, akan terlihat jelas bahwa ini sepertinya sudah dilatihankan terlebih dahulu. Atau setidaknya sudah dibrief. Penuh persiapan. Lengkap data-datanya dan fakta yg dengan mudah dikumpulkan untuk memperkuat nada-nada yang minor.
Bahkan ketika kubu Prabowo sandi masih banyak yang menggaruk kepala bagian belakang karena tidak percaya kalo Ratna Sarumpaet telah berbohong di depan hidung Prabowo Subianto ~ capres yang terkenal akan ketegasannya, kubu jokowi sudah memiliki sederet pasal dan dalil untuk memenjarakan Prabowo.
Ratna mungkin bisa membohongi kita semua, tapi betapa teganya Ratna menatap mata Prabowo ketika berbohong. Entahlah, Ratna pun dalam sepucuk surat untuk Prabowo hanya memohon ampun dan maaf. Sisanya dia sendiri tidak mengerti mengapa bisa membohongi orang yang dia kagumi.
Mari kita tengok Kembali di luar rumah, ketika jubir Jokowi Maruf terus memprovokasi agar Prabowo Subianto harus dipidanakan terkait dengan hoax.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Kami menduga, bahwa Ratna sebenarnya hanya diperalat. Target mereka sesungguhnya bukan menghajar perilaku penyebar hoax, tapi target mereka adalah jangan sampai Prabowo menjadi presiden. Strategi yang persis digunakan ketika mempidanakan Habib Rizieq akan diaplikasikan ke capres Prabowo.
Tentunya juga pelajaran pilkada DKI telah menghasilkan teori-teori liar dalam ilmu politik. Betapa kesalnya pendukung Ahok yang yakin Ahok kalah pilkada Ahok karena tersangkut kasus hukum.
Teori ini akan digunakan untuk menghadang Prabowo. Ketika kasus 98 sudah tidak laku lagi dimainkan kubu Jokowi, maka Capres Prabowo harus dikriminalisasi. Bahkan seandainya perlu, Prabowo harus ditangkap karena memukul nyamuk.
Mengapa demikian? Karena disamping dollar yang terus naik, neraca perdagangan yang makin defisit, dan janji-janji yang sulit terpenuhi, membuat kubu Jokowi Maruf sebenarnya terdesak dengan popularitas Prabowo Sandi yang pelan namun pasti mengejar ketertinggalannya.
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Thats why they desperately need this drama. Mereka tidak boleh berjudi untuk membiarkan Prabowo Sandi lanjut sampai babak akhir.
Akhirnya kemunculan hoax Ratna ini adalah peluang untuk mengeluarkan Prabowo Sandi dari ring tinju pilpres 2019. Betulkah itu? Hanya waktu yg akan menjawab.
Dan apabila adaskenario seperti itu, maka memang #pilpresdamai itu hanya jargon belaka. Yg sebenarnya terjadi adalah #pilpres “damai”. Damai, mau panjang atau pendek?
Mengerikan sekali memang. Nasib anak cucu kita ditangan begundal-begundal demokrasi. Apakah kita akan tinggal diam?
[Oleh : Fransiscus Xaverius Wawolangi, pemerhati sosmed, twitter @francdoubleu]