Ketika Seorang Suhu KPK Turun Gunung

Avatar photo

- Pewarta

Sabtu, 15 Juni 2019 - 13:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Abdullah Hehamahua, koordinator Gerakan Kedaulatan Rakyat.

Abdullah Hehamahua, koordinator Gerakan Kedaulatan Rakyat.

VIRAL di medsos cerita tentang seorang mahasiswi miskin di Perancis yang ditolak oleh semua perusahaan ketika ia cari kerja. Mahasiswi ini smart, bahkan terlalu cerdas. Ia lulus dengan predikat cumlaude. Kenapa ditolak? Kenapa semua perusahaan tak menerimanya? Karena satu alasan: integritas.

Mahasiswi itu punya kebiasaan buruk ketika naik MRT. Gak mau bayar. Caranya? Ia otak atik kartu MRT, dan ia berhasil naik MRT tanpa bayar. Ia lakukan itu berulangkali. Bahkan ratusan kali. Ia merasa aman dan nyaman. Ia berpikir, sebagai mahasiswi miskin ia berhak menikmati MRT secara gratis. Dengan otaknya yang sedikit cerdas ia merasa bangga bisa melakukan itu. Mungkin ia pikir ini adalah anugerah.

Tidakkah ini persolan kecil? Remeh temeh? Tidak! Ini soal integritas! Ini soal moral! Ini soal kepercayaan! Jika menyangkut integritas, moral dan kepercayaan, ini besar pengaruhnya terhadap masyarakat, perusahaan, negara, atau apa saja yang mahasiswi itu ada di dalamnya. Ini adalah virus berbahaya yang hampir pasti akan menular, menebar kebusukan dan merusak segalanya. Termasuk merusak tatanan, norma dan etika.

Lalu, apa hubungannya dengan Abdullah Hehamahua? Beliau teringat mahasiswi itu ketika melihat carut marut moral politik di negeri ini sekarang. Dalam salah satu tulisannya beliau sempat bertanya: ‘Apakah DNA mahasiswi itu sama dengan yang dipunyai Menkes, Brimob dan presiden yang merasa bangga dapat menipu sistem yang ada demi mencapai ambisi pribadi? Lalu, kita harus terima presiden hasil kecurangan yang kedua kalinya?”

Kok kedua kali? Beliau meyakini bahwa 2014 telah terjadi kecurangan pemilu. Tentu, kalau seorang rektor dan ahli hukum seperti beliau yang bilang, pasti ada dasar dan datanya. Seorang mantan penasehat KPK dua setengan periode ini tak mungkin asal bicara. Apalagi, beliau dikenal masyarakat sebagai sosok yang jujur dan berintegritas tinggi.

2014 sudah dilupakan. Kenapa diulang di 2019? Apakah kecurangan kedua kali ini harus dilupakan juga? Tidak! Itulah kira-kira salah satu alasan mengapa cucu pahlawan Patimura ini harus turun gunung dan memimpin massa mengawal sidang di MK.

“He Abdullah Hehamahua, kamu salah seorang cucu Patimura, masihkah kamu berintegritas?” Sebuah bentuk instrospeksi Abdullah Hehamahua di dalam salah satu tulisannya.

Mungkin beliau tak ingin dianggap pengecut. Diam dan membiarkan negeri ini semakin tidak beres. Sementara beliau masih hidup. Diam terhadap kezaliman itu bukti tidak adanya integritas bagi anak bangsa. Mungkin itu yang diyakini beliau sebagai sesuatu yang prinsip.

Mantan penasehat KPK ini menegaskan bahwa demo di MK ini tak ada hubungannya dengan paslon. Beliau mengaku tak punya hubungan sama sekali dengan Prabowo-Sandi atau Jokowi-Ma’ruf. Ini murni soal integritas. Bahwa bangsa ini sudah tak punya komitmen hukum dan moral. Bangsa ini dikelola dengan penuh kecurangan. Kalau ini terus dibiarkan, atau merelakan pemimpin lahir dari hasil kecurangan, negara ini akan berjalan menuju kehancuran. Karena itu, harus diluruskan.

Beliau memilih tidak diam. Turun gunung, lalu pimpin massa untuk meneriakkan suara kebenaran itu. Tujuannya? Selamatkan bangsa ini dari tangan-tangan yang penuh dengan nafsu kekuasaan. Tidakkah ini yang diwariskan oleh para pahlawan dan pendiri negeri ini?

Beliau menulis: “Bahkan saya menghayal bagaimana nikmatnya Hasan Albana, Sayid Kutub, dan pahlawan dari kampung saya sendiri, Ahmad Lusi (Patimura) meninggal di tiang gantungan karena keteguhan melawan penguasa yang curang dan zalim.”

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Di paragraf terakhir beliau menutup tulisannya dengan kalimat: “Ya Allah aku rindu menjumpaiMu sebagai seorang syuhada. Amiiin Yaa Robbal Aalamiin!”

Yang bisa dipetik dari tulisan Abdullah Hehamahua ini adalah spirit kebangsaan. Spirit nasionalisme dan semangat merah putih yang harus terus hidup di dalam jiwa rakyat Indonesia. Itulah jiwa para pahlawan yang diwariskan kepada anak cucu bangsa ini.

Jika seorang yang dikenal sebagai suhu KPK yang sudah berusia 70-an tahun ini masih punya semangat mendedikasikan diri untuk menyelamatkan bangsa dan negara, lalu turun gunung memimpin massa yang menyuarakan pentingnya moralitas berpolitik dan bernegara, bagaimana dengan anak-anak muda seperti anda? Terutama para mahasiswa yang beliau sangat prihatinkan keadaannya.

[Oleh: Tony Rosyid. Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa].

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru

Foto : PROPAMI Care salurkan bantuan untuk panti asuhan di Bekasi. Komitmen wujudkan masyarakat sehat, peduli, dan tangguh. (18/5/25) (Doc.Ist)

Megapolitan

Dukungan Emosional dan Logistik PROPAMI Care Ringankan Beban Panti

Senin, 19 Mei 2025 - 16:15 WIB