Siapa Bilang Virus Corona Mematikan?

- Pewarta

Senin, 27 Januari 2020 - 09:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Virus Corona juga menyebabkan sindrom pernapasan akut yang parah di Cina. Virus tersebut berdampak pada sekitar 8 ribu orang dan membunuh 774 orang pada awal 2000-an.

Virus Corona juga menyebabkan sindrom pernapasan akut yang parah di Cina. Virus tersebut berdampak pada sekitar 8 ribu orang dan membunuh 774 orang pada awal 2000-an.

HARI-hari ini. Dunia dikejutkan dengan wabah virus Corona dari Wuhan Cina. Bahkan kota Wuhan pun bak kota mati, diisolasi dan disterilkan. Ada dugaan, virus corona berasal dari hewan kelelawar, ular atau tikus. Dengan mudah tersebar melalui udara. Dan katanya belum ada obatnya. Penyebarannya pun dianggap berlangsung cepat. Hingga mengancan kesehatan dan jiwa manusia. Korban bergelimpangan katanya, padahal baru 17 orang yang meninggal dunia. Sementara waktu wabah virus SARS lebih dari 700 orang mati.

Indonesia hari ini ketakutan. Terwabah virus corona. Kecemasan makin bertambah. Ketika virus ini disinyalir telah masuk ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Maka kemarin-kemarin, tersebarlah berita dugaan suspect virus corona di Gedung BRI, di Gedung BPK bahkan di Manado. Semua orang takut terkena virus corona. Makin lengkap, karena video “berjatuhannya” korban virus corona di Cina pun beredar di Indonesia. Orang Indonesia makin takut mati.

Pertanyaannya, benarkah virus corona mematikan?

Bahwa virus ini menular iya. Virus yang belum ada obatnya iya. Tapi apa virus corona mematikan? Sudah terbukti, memang virus ini bisa menular. Maka langkah terbaik adalah mengisolasi penderitanya, bila sudah terdiagnosa. Kata Pak Dahlan Iskan, virus ini tidak menyerang semua orang. Karena mayoritas pasien yang terkena memang kondisi badannya sedang lemah. Rata-rata usianya pun sudah tua.

Jadi, apa dapat disimpulkan virus corona mematikan? Tentu tidak. Karena yang mematikan manusia hanya Allah SWT. Semua yang terjadi pada manusia itu atas kehendak-Nya. Ada baiknya masyarakat dan orang-orang pintar tidak perlu berlebihan. Cukup ikhtiar untuk antisipasi menyebarnya virus corona di Indonesia. Virus corona hanya sinyal dan pelajaran. Bahwa manusia bukan apa-apa. Maka menjaga kondisi badan adalah penting. Agar tetap sehat. Gaya hidup sehat juga penting. Memperkuat kondisi tubuh juga penting. Tidak ada yang mematikan selain Allah SWT.

Jangan lupa. Di negeri ini, racun sianida pun bisa mematikan. Antraks pun mematikan. Merkuri pun mematikan. Bahkan virus kebencian dan kemarahan pun bisa mematikan. Bahkan korupsi pun bisa mematikan. Banjir belum lama ini pun mematikan. Tapi itu semua atas sebab dan ulah manusianya. Jadi, apa benar virus corona mematikan?

Sungguh, sikap lebih penting daripada fakta.

Komisioner KPU kena OTT KPK. Ada 190 pohon sudah ditebang di Monas. Ibukota negara pun sudah pasti pindah ke Kalimantan. Dirut Garuda dicopot. Pak Jokowi jadikan Pak Prabowo sebagai menteri. Raja dan ratu keratin agung sejagat sudah ditangkap. Ada agi Sunda Empire. Bahkan kasus Jiwasraya dianggap skandal korupsi. Persis seperti virus corona yang mewabah. Itu semua fakta. Nyata terjadi, lalu apa yang bisa diperbuat?

Apapun yang terjadi, intinya “sikap lebih penting daripada fakta”.

Hidup manusia itu, hanya 10% tergantung pada fakta. Dan 90% tergantung pada sikap. Fakta bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Tapi semua tergantung cara menyikapinya. Bahwa hari ini, banyak orang yang “meributkan fakta” itu pun fakta masyarakat Indonesia. Semua fakta dipersoalkan. Lebih senang memperdebatkan “kenapa ini terjadi” dan “kenapa bisa terjadi”. Karena mereka tidak mempunyai sikap.

Adalah fakta, makin banyak orang yang “membenarkan” pikirannya sendiri. Tapi di saat yang lain ia gemar “menyalahkan” pikiran orang lain. Lalu berdebat, saling adu argument hingga bermusuhan. Itu fakta. Tinggal bagaimana menyikapinya?

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Jadi, siapa bilang virus corona mematikan?

Sungguh, apapun penyakit dan virus yang katanya mematikan. Harusnya, semua itu mengingatkan bahwa betapa lemahnya manusia dan betapa kuasanya Allah SWT. Manusia bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Pangkat, harta dan jabatan tidak berguna sedikitpun saat kematian tiba. Karena hakikatnya, manusia hanya makhluk yang tidak berdaya.

Sekuat apapun sebuah bangsa, sehebat apapun angkatan perang sebuah negara. Terlalu mudah bagi Allah untuk membinasakannya dalam sekejap. Berita mewabahnya virus corona justru harus disikapi agar manusia segera kembali kepada Allah. Menggantungkan segara urusannya kepada Allah, bertawakal pada-Nya.

Ikhtiar untuk jadi lebih baik dan berdoa “segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang Engkau timpakan kepadanya (berupa penyakit), dan (segala puji bagi-Nya) yang telah melebihkan aku atas hamba-hambanya”. Karena sesuangguhnya, tidaklah Allah menetapkan sesuatu kecuali penuh hikmah dan keadilan di dalamnya.

Maka, virus corona tidaklah mematikan. Tapi yang mematikan hanyalah Allah. Karena semua yang terjadi pada manusia adalah kehendak-Nya.

Sikap jauh lebih penting daripada fakta. Virus corona fakta, tinggal bagaimana menyikapinya? Karena sikap, semuanya bisa lebih baik atau bisa lebih hancur. Karena sikap itu, bisa membaikkan dan bisa pula menghancurkan. Sikap itu adalah perbuatan kecil yang mampu menghasilkan perbedaan yang besar.

Sekali lagi, virus corona tidak mematikan. Tapi Allah yang mematikan. Maka surga bukan hanya “tempat”. Tapi hasil dari serangkaian “sikap” manusia di bumi-Nya…

Oleh : Syarifudin Yunus, Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru