Barangkali Luhut Merasa Keangkuhannya Belum Sempurna

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 22 Oktober 2018 - 14:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

HERAN, APAKAH Pak Luhut Panjaitan menyangka semua orang ini tak punya nalar? Menyangka semua bodoh? Hanya dia yang pintar? Sehingga, apa saja yang dia katakan akan diterima atau harus diterima?

Sabtu (20/10/2018), di sela-sela acara silaturahmi HUT ke-54 Golkar di Jakarta, dia masih berkilah bahwa peristiwa 1 jari di depan penutupan pertemuan tahunan IMF-WB di Nusa Dua, Bali, 14 Oktober 2018, bukanlah kampanye untuk Jokowi-Ma’ruf. Dia tetap teguh dengan penjelasan bahwa 1 jari itu maksudnya adalah “Indonesia itu satu”.

Mengapa harus mengatakan sesuatu yang menggelikan dan menghina nalar bangsamu sendiri, Pak Luhut? Anda katakan bahwa acungan 1 jari di forum IMF-WB itu maksudnya adalah “Indonesia itu satu”. Come on, Pak Luhut!

Tidakkah Anda lihat rekaman video yang telah disiarkan tvOne, yang berisi percakapan informal antara Sri Mulyani dan Christine Lagarde (Dirjen IMF)? Di dalam video itu, sistem mikrofon ruangan masih “on” (menyala) sehingga merekam ucapan Menteri Keuangan bahwa “One is for Jokowi, Two is for Prabowo” (Satu untuk Jokowi, Dua untuk Prabowo).

Masih kurang jelaskah bukti bahwa Anda dan Sri Mulyani telah melakukan kampanye? Meskipun kemungkinan besar drama ini berlangsung secara spontan, tanpa ada kesengajaan atau persiapan untuk itu.

Kenapa Anda tidak minta maaf saja? Akui bahwa acungan 1 jari itu merupakan tindakan yang tidak pada tempatnya. Akui kesalahan Anda. Selesai, ‘kan? Tidak harus berkilah dengan penjelasan yang “horribly ridiculous” (sangat menggelikan).

Mengapa Anda harus terus-menerus menunjukkan kesombongan, Tuan? Apakah masih belum sempurna keangkuhanmu, Pak Luhut? Tentu sudah! Semua orang tahu kok watak khas Anda itu. Tak perlulah Anda ulang-ulang.

Drama seperti ini sangat memalukan. Memang betul bahwa menjadi sombong atau angkuh adalah hak Anda, Pak Luhut. Tapi, harus diingat bahwa Anda itu berposisi sebagai pemimpin senior yang menjadi panutan orang. Meskipun mungkin hanya segelintir saja yang meneladani Anda.

[Oleh : Asyari Usman. Penulis adalah wartawan senior]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru