Pencitraan Ala Jokowi Sudah Tidak Efektif Lagi, Mengapa?

Avatar photo

- Pewarta

Rabu, 14 November 2018 - 16:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DIKSI TAMPANG boyolali, genderuwo, sontoloyo pastinya ditujukan kepada pihak oposisi (Prabowo-Sandi), kompetitor head to head Jokowi-Mafruf Amin di Pilpres 2019.

Dugaan saya, ada sosok (konsultan politik) dibelakang Jokowi yang saat ini dengan sengaja menjadikan sang petahana lebih garang menggunakan diksi-diksi agresif tersebut.

Mengapa? karena strategi pencitraan yang menjadi kekuatan utama jokowi sudah tidak efektif lagi, seperti blusukan ke sawah atau masuk gorong-gorong.

Pencitraan yang berlebihan sekarang cenderung kontraproduktif bagi petahana. Misalnya, buat apa blusukan ke sawah kalau berasnya impor?

https://opiniindonesia.com/2018/11/14/akhirnya-sis-grace-psi-merusak-manuver-bro-jokowi/

Tentu ini bisa diasumsikan bahwa kubu Jokowi melihat polemik ini bisa mempengaruhi pilihan masyarakat dalam memilih capres cawapres.

Dengan begitu, Jokowi bisa tetap menjadi pusat perhatian. Demi menjaga eksistensi, petahana jelas butuh narasi, dan berharap publik lupa ada masalah yg seharusnya menjadi perhatian bersama.

Sebaliknya, di kubu oposisi (Prabowo-Sandi) tidak percaya polemik ini dapat mempengaruhi pemilih. Karena dianggap gimmick politik Jokowi semata.

Faktanya memang ada persoalan ekonomi yang dirasakan masyarakat saat ini: daya beli, kesempatan kerja, dan harga kebutuhan pokok. Belum lagi kasus novel baswedan, atau janji kepada guru honorer, dll.

Memang isu penting itu sunyi pemberitaan, akibat kegaduhan dari diksi-diksi yang muncul tersebut. Ruang bicara Program dan visi misi capres-cawapres pun jadi terabaikan. (*)

[Oleh : Igor Dirgantara. Penulis adalah Direktur Survey & Polling Indonesia (SPIN)]

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

(*) Untuk membaca tulisan Igor Dirgantara yang lainnya, silahkan KLIK DI SINI.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru