Air Mata Hatta Taliwang di Taman Ismail Marzuki yang Dulu Taman Budaya

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 6 Juli 2020 - 11:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Taman Ismail Marzuki (TIM) adalah Taman Budaya, Taman Peradaban, Taman Kesusasteraan, Taman Kumpul Para Aktifis. (Foto : Instagram @kenduricinta)

Taman Ismail Marzuki (TIM) adalah Taman Budaya, Taman Peradaban, Taman Kesusasteraan, Taman Kumpul Para Aktifis. (Foto : Instagram @kenduricinta)

Opiniindonesia.com – Taman Ismail Marzuki (TIM) adalah Taman Budaya, Taman Peradaban, Taman Kesusasteraan, Taman Kumpul Para Aktifis. Di sana ada Akademi Seni, ada planetarium, ruang2 Orasi, Ruang HB Yassin, Masjid Amir Hamzah. Sering di pakai oleh Kiai Kanjeng Emha Ainun Najib, Bang Hariman Siregar, Tokoh Malari yang melegenda sering sampaikan orasi2nya peringati Malari.

Kalau malam hari tempat kumpul, ramai aktifis, seniman, budayawan dan tokoh pergerakan. Para penjaja kuliner pun ramai mengais rezeki malam. Suasana itu jadi simbol keramain Ibu Kota malam hari.

Para Sastrawan juga sering kumpul, sering mondar mandir seperti Sutarzi Koltsum Bahri, dll. Sering juga tempat kumpul para aktifis gelar aksi dan orasi di pelataran depan pada hari2 tertentu saat masih di Era pemerintahan SBY.

Dahulu, Sastrawan, novelis, sutradara dan pelukis Motinggo Busye pernah sebut TIM sebagai Universitas Lidah Buaya. Motinggo adalah Guru, Orang Tua, teman diskusi yang hangat. Selain Motinggo yang lebih saya suka langgil Abu, ada Abdul Hadi WM yang sekarang sudah hijrah ke Malaysia sebagai guru besar di negeri jiran itu.

Baca juga : Tulisan-Tulisan Muslim Arbi yang Menarik Lainnya, di Sini

Taman Ismail Marzuki, juga tempat berkumpul para Aktifis senior sekelas, Babe Ridwan Saidi, Sri Bintang Pamungkas, Dr Zulkifli Ekomei, Bang Benny Fatah, Bang Hatta Taliwang salah satu pentolan Gerakan 77/78. Saking sering menjumpai Aktifis Pandapotan Lubis di TIM, saya menyebut nya Lurah TIM. Juga ada Muklis Abdullah, teman akrab Lubis, Mona, Ita, Rinjani, Susi, dsb.

Sabtu siang (4/6), Bang Hatta Taliwang curhat via telepon ke saya soal TIM yang dahulu tempat kumpul rekan2 aktifis, untuk ruang2 diskusi dan demokrasi, kini semua itu sirna setelah di musnahkan oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dan ruang2 diskusi murah itu kini lenyap. Saya anggap ada upaya distematis, untuk menutup ruang publik untuk ajang curhat dan semaikan ide2 dan gagasan demokrasi untuk perubahan bagi negeri ini.

Dahulu ada Kafe Penus, milik Bang Ucup yang pernah menjadi tempat di rayakan Hari Ulang Tahun ke 75 Babe Ridwan Saidi yang juga di hadiri oleh Gubernur Anies Baswedan, Politisi DKI Haji Lulung, Bang Amir Hamzah dan HS Dilon juga pimpinan Ormas2 Betawi Rempug (FBR) dsb. Kini kafe Bang Ucup pun tergusur dan pindah ke Jln Percerakan Negara. Selain kafe Penus ada Kafe Century juga tempat kumpul teman2 àktifis.

Sekarang TIM di renovasi oleh Gubernur DKI, Anies tapi apakah masih tersisa ruang budaya, peradaban, demokrasi dan nilai2 kemanusiaan.

Mestinya TIM dikembalikan seperti sedia kala, tempat gelar nilai budaya, demokrasi, seni. Taman Ismail Marzuki semesti nya di hidupkan kembali untuk itu. Jika tidak ada ruang murah untuk tempat kumpul aktifis. Pemprov DKI menjadi pembunuh ruang sejarah kebesaran TIM yang di gagas oleh Seniman dan Budayawan Legendaris, Ismail Marzuki. Taman Ismail Marzuki, adalah diantara Ruh Ibukota dan Ruh Negeri ini.

Air mata Hatta Taliwang akan terus mengalir deras, jika TIM tidak di kembalikan seperti semula, tempat kumpul aktifis. Dan air mata itu air mata kami semua. Ayo Gubernur Anies, Anda pasti bisa kembalikan Taman Ismail Marzuki seperti sedia kala. Jangan sampe TIM yang abis di renovasi dgn anggaran ratusan miliar itu, cuma tempat kumpul anak2 UGM doang cetus Babe Ridwan Saidi, Tokoh Aktifis Senior, Budayawan dan Sejarawan

Oleh: Muslim Arbi, Aktifis Demokrasi

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru