Opiniindonesia.com – Hujan bulan Juni sudah lewat. Berganti Juli yang segera berakhir damai.
Walau pun masih banyak juga yang belum terima damai di hati. Yaitu anak-anak kodok bangkong yang masih saja nyaring kung kang kong sepanjang waktu.
Namun, yang selalu saya syukuri di setiap Juli adalah selesainya semua proyek. Pekerjaan jungkir balik siang-malam hingga begadang berhari-hari lamanya.
Tagihan pun membanjir masuk dompet. Untuk segera mengalir ke parit-parit ladang sawah kebutuhan yang tak berkesudahan 😃
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Entah itu kebutuhan anak sekolah, kuliah, tunggakan-tunggakan kewajiban di masa silam, dan sebagainya.
Dan setelah itu, berbulan-bulan hinga Januari tahun depan, akan sibuk nganggur. Hari-hari cuma makan, tidur, klayapan, dan lain-lain.
Kemarin ada orang paling penting di negeri ini memberi nasihat: kita harus tampak sibuk biar suasana krisis akibat Covid ini benar-benar nyata!
Itu saya setuju sekali.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Tetapi, saya jauh lebih setuju seandainya Presiden berkata: tetaplah produktif.
Tak usah banyak kesibukan apalagi sok sibuk. Nganggurlah yang produktif!
Saya sendiri, biar tampak sibuk, sudah seminggu ini coba baca-baca buku. Kebanyakan novel. Biar jiwa, hati, dan pikiran ini tetap hidup.
Gak cuma uang, uang, uang, dan uang saja yang dipikirin. Walau itu sangat penting.
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Ada warna-warni dunia di sekitar kita yang seringkali terlewat oleh perhatian mata hati kita. Sekali waktu penting untuk kita baca. Kita resapi. Kita hayati.
Agar kita mampu mengambil makna hidup darinya.
Oleh : Anab Afifi, adalah seorang konsultan komunikasi dan penulis Buku