Manifesto Politik Prabowo, Indonesia Kuat dan Berwibawa

- Pewarta

Selasa, 15 Januari 2019 - 19:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kalau mau dibuat singkat, visi yang disampaikan oleh Prabowo Subianto (PS) malam tadi intinya adalah “Indonesia Kuat dan Berwibawa”. Visi ini kemudian akan melahirkan “Indonesia Menang”, selaras dengan judul ‘manifesto politik’ Pak PS itu. Beliau sampaikan dengan rapi dan runtun. Gaya bahasanya selalu simetris dengan ‘body language’. Tidak ada ‘missing link’. Tidak ada yang hilang. Membuat riuh suasan di Jakarta Convention Centre.

Penjelasan yang jernih dan detail tentang visi itu, memberikan jaminan yang ‘inclusive’ dan komprehensif. Sebagai contoh, PS mengatakan jika rakyat nantinya memberikan mandat kepada Prabowo-Sandi, niscaya lapisan masyarakat yang paling bawah akan diutamakan. Prioritas paslonpres 02 akan diarahkan untuk kalangan ‘fuqara’ dan ‘dhuafa’. Yaitu, golongan yang ‘tak sanggup’ dan ‘lemah’.

Tetapi, PS juga menegaskan pentingnya peranan para pengusaha dan bisnis mereka. Tidak dipungkiri. Hanya saja, diantara lapisan ‘fuqara’ dan ‘dhuafa’ akan ada jaminan keadilan bagi para investor itu. PS menekankan bahwa para nelayan dan petani gurem perlu dibantu melalui kebijakan dan langkah-langkah yang pro-rakyat kecil. Tanpa merugikan dunia usaha.

Prabowo tidak hanya berbicara mengenai korelasi antara investasi ekonomi dan perbaikan nasib lapisan yang lemah, tetapi beliau juga menyentuh sisi ‘religiousity’ (keberagamaan) yang selama empat tahun ini dilecehkan oleh pemerintahan Jokowi. Padahal, secara historis, kemerdekaan Indonesia ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh barisan pejuang yang menomorsatukan aspek theologis.

Prabowo menyadari pelecehan terhadap relijiusitas itu. Dia berjanji akan mengembalikan posisi para ulama dan pimpinan agama-agama lain ke ‘maqam’ mereka. Dihormati dan dijadikan sebagai ‘konsultan’ pemerintah. Ulama akan diberi kebebasan berdakwah. Tidak akan dipersekusi. Tidak boleh dikriminalisasikan. Bahkan, pemerintah akan memeberikan ruang yang lebih nyaman untuk kegiatan relijiusitas itu di dalam koridor bersama yang beratapkan dan berdindingkan Pancasila dan UUD ‘45.

Sebagai presiden, Prabowo akan menjamin eksistensi dan hak-hak golongan minoritas. Sesuatu yang sejak pra-kemerdekaan pun tidak pernah menjadi masalah. Umat Islam sebagai golongan mayoritas tidak pernah mempersoalkan kehadiran para minoritas. Dan tidak pernah terlibat konflik horizontal dengan minoritas mana pun. Persoalan terjadi ketika ‘penjahat-penjahat’ politik bermunculan dengan agenda yang mengusik umat Islam. Tentu saja secara natural agenda itu mengganggu stabilitas kaum muslimin. Itulah yang berlangsung di masa lampau, dan itu pula yang berulang di era Jokowi.

Sebagai presiden, Prabowo Subianto akan memperbaiki benjal-benjol dalam hubungan antara-golongan itu. Dan umat Islam selalu siap menjadi mayoritas yang ‘rahmatan lil alamin’ –sebagaimana disebut sendiri oleh Prabowo di dalam visinya, malam tadi.

Tidak hanya itu, Prabowo juga bersumpah akan menjadikan media massa sebagai sumber kritik. Akan memberikan kebebasan kepada m…
[19:38, 1/23/2019] Budi Purnomo: Prabowo Subianto, “What Is To Be Done”: catatan atas pidato Prabowo

(Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle)

Pidato Prabowo Subianto menggelegar di bumi nusantara kemarin malam. Jutaan atau puluhan juta menyaksikan pidato visi-misi tersebut. Dari sisi pidato, Prabowo luar biasa, mampu sebagai “singa podium”, yang menjelaskan pikiran2nya seolah berinteraksi dengan suasana audiens dan seolah tanpa teks.

Kita akan melihat dari sisi substansi, betapa hebatnya Prabowo dalam pikiran2nya. Pertama, tentang pembangunan. Prabowo menekankan reorientasi pembangunan. Reorientasi ini bermaksud mentransformasi pembangunan yang selama ini tergantung pada impor dan asing ke arah kemandirian atau kedaulatan. Kedaulatan yang disasar secara sektoral adalah sektor pangan, energi dan sektor air. Karena, ketiga ini adalah barang yang akan langka di masa depan, yang menjadi rebutan sengit antara bangsa2.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Selain urusan sektoral, reorientasi pembangunan juga menyangkut Industrialisasi. Tema industrialisasi ini menyangkut riset para pakar yang menyatakan telah terjadi deindustrialisasi di Indonesia. Prabowo menjelaskan, industri otomotif, misalnya harus benar2 kenyataan di tahun mendatang. Bukan otomotif bohong2an, melainkan dibangun sendiri oleh bangsa kita.

Reorientasi juga menyangkut pembiayaan, efisiensi dan produktifitas. Dari sisi pembiayaan, hutang luar negeri harus dikendalikan bukan sebagai andalan, melainkan mendorong berputarnya uang di dalam negeri. Sedangkan efisiensi dan produktifitas, dengan membandingkan China dan Vietnam, Prabowo mendorong ICOR (Incremental Capital Output Ratio) per dollar akan dapat ditingkatkan menyamai negara tersebut.

Selanjutnya, reorientasi juga diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi rakyat kita dan kemakmuran semua rakyat, bukan untuk segelintir pemilik modal dan para elit.

Terakhir, reorientasi juga tidak menihilkan peranan pelaku usaha secara adil, baik swasta maupun BUMN. Namun, bagi BUMN, peranan BUMN sebagai institusi bisnis yang dikendalikandan mengemban misi negara, harus sehat, kuat dan besar.

Kedua, tentang negara dan rakyat. Prabowo meyakini bahwa negara yang kuat diperlukan untuk mewujudkan reorientasi pembangunan tersebut. Negara harus hadir untuk menjalankan strategi besar (strategi dorongan besar/”big push”) yang ditandai dengan institusi negara yang bersih dan bebas korupsi.
Juga tak kalah pentingnya adalah negara yang melindungi. Negara harus pasti menjamin tidak ada warganya yang kurang gizi apalagi kelaparan. Negara harus menjamin keadilan yang berkelanjutan, yakni pro lingkungan, pro pendidikan dan bersifat lintas generasi. Terakhir, negara harus kuat dengan tentara yang kuat melindungi bangsanya dari ancaman asing.

Dari perspektif rakyat, arah pembangunan ke depan harus berpusat pada rakyat. Berpusat artinya rakyat lah yang menjadi subek pembangunan. Rakyat bukan sekedar objek.

Rakyat juga berarti pembangunan untuk semua bukan untuk segelintir orang, seperti yang terjadi selama ini. Lebih jelas lagi bahwa musuh utama Prabowo ke depan adalah kemiskinan itu sendiri. Prabowo akan berperang habis2an memusnahkan kemiskinan.

Akhir cerita pembangunan adalah hilangnya secara drastis kesenjangan sosial di Indonesia.

Ketiga, tentang Demokrasi. Prabowo menekankan bahwa kritik adalah bagian keseimbangan politik kekuasaan yang diperlukan (check and balance system). Tanpa kritik, sebuah rezim akan terjerumus pada kesewenang2an. Dengan kritik, pemerintahan bisa dapat masukan yang baik.
Tentu konsekwensinya adalah persekusi dan kriminalisasi terhadap oposisi tidak diperlukan, seperti yang sekarang ini terjadi. Intelijen negara tidak diperlukan untuk memata2i lawan politik. Aparatur negara lainnya juga tidak perlu dikerahkan menjatuhkan musuh2 politik.

“What is to be done”

Ketiga pikiran substansial di atas tentunya memerlukan kerja keras negara dan rakyat semuanya. Meski Prabowo menekankan peranan negara, namun besarnya keingingan yang harus diwujudkan, membutuhkan kesadaran rakyat yang kuat untuk berbenah.

Di sisi inilah sebenarnya Prabowo harus memastikan “What is to be done” dan sekaligus “what has to be done”. Karena, apa yang diinginkan Prabowo adalah sebuah revolusi kebudayaan. Sebuah ” great leap forward”.

Prabowo harus membangun kontrak2 sosial dengan kekuatan rakyat seperti kekuatan Habib Rizieq, kekuatan ormas2, kekuatan kampus dan mahasiswa, kekuatan rakyat lainnya untuk bekerja siang malam tanpa pamrih.

Jika Prabowo bersandar hanyapada kekuatan birokrasi yang ada, bersandar pada kaum borjuis lokal, bersandar pada “pelacur2 intelektual”, bersandar pada “kaum penjilat”, bersandar pada pemburu jabatan, bersandar pada kaum neoliberal, cita2 Prabowo akan kandas tak bermakna. Strategi dorongan besar haruslah strategi membangun kekuatan rakyat secara sugguh2. Rakyat yang produktif, bekerja siang malam menghidupkan pabrik2, memakmurkan tanah2 pertanian, membangun kapal2 ikan dlsb.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Kemenangan Prabowo haruslah menjadi kemenangan rakyat. Kemenangan Prabowo haruslah menjadi revolusi rakyat jelata. Ini ada spirit yang ditunggu, sehingga energi besar yang datang bersifat resultante kekuatan rakyat. Dan kekuasaan Prabowo adalah kekuasaan rakyat. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Sambil ikhtiar menyongsong revolusi rakyat, ikhtiar terus dilakukan dengan doa kepada Allah SWT, agar kemenangan tercapai. Dan perjuangan Prabowo bersama rakyat diridhoi Nya.

[Oleh : Asyari Usman. Penulis adalah wartawan senior]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru