Mengakui Inkompetensi Lebih Mulia dari Legalisasi Penjarahan

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 2 Oktober 2018 - 11:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PEMERINTAH AKAN jauh lebih mulia mengakui ketidakmampuan (inkompetensi) dalam mengatasi masalah ketimbang menghalalkan penjarahan —apa pun alasannya.

Anda, para penguasa, tidak harus malu ketika rakyat menonton impotensi Anda dalam menghadapi situasi kekurangan bahan-bahan pokok di kawasan bencana alam. Tidak perlu repot membuat definisi baru “penjarahan”.

Mengapa Menko Polhukam Wiranto tampil di depan konprensi pers untuk menjelaskan bahwa “mengambil barang dari toko” di Palu atau Donggala bukan penjarahan? Apa tidak lebih baik Pemerintah menyampaikan permintaan maaf dan mengakui saja kelemahan?

Tentu saja meminta maaf dan mengaku salah lebih terhormat daripada mencari-cari alasan untuk legalisasi penjarahan. Masa iya Anda, Pak Wiranto, menyangka publik akan menyetujui definisi “mengambil bukan hak” tidak termasuk “penjarahan”? Dengan alasan bahwa situasi darurat? Tak mungkinlah!

Konsekuensi defini baru penjarahan model Pak Wiranto bisa sangat berbahaya. Sebab, akan banyak orang yang “abusive” (suka penyelewengan) bisa menyediakan alasan kuat untuk menjarah. Tidak usahlah kita elaborasi soal kecerdasan orang mencari alasan untuk menghalalkan penjarahan. Anda bisa renungkan sendiri contoh-contohnya.

Jangan-jangan nanti orang yang melakukan korupsi membuat konprensi pers bahwa itu dia lakukan karena kondisi hidupnya yang darurat. Dan orang akan memperluas penggunaan kata “darurat” itu.

Sekali lagi, alangkan baiknya dan jantannya Anda, Pak Wiranto, kalau menyatakan terus terang bahwa pemerintah sedang sibuk dengan urusan pencitraan pilpres. Bilang saja bahwa “Kami kebingungan ketika bencana gempa dan tsunami di Palu menyebabkan kekurangan makanan pokok dan keperluan dasar lainnya.”

Katakan saja apa adanya. Katakan bahwa mesin pemerintahan sedang bekerja penuh untuk memenangkan petahana di pilpres 2019. Tak terpikir hal lain. Ini mungkin bisa dimaklumi.

[Oleh : Asyari Usman, wartawan senior]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru