Wartawan Selayaknya Berterimakasih kepada Pak Prabowo

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 10 Desember 2018 - 00:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DI MASA Orla dan Orba, media massa nasional, telah mampu menempatkan diri sebagai pilar berkembangnya demokrasi di Indonesia. Mesti untuk menegakkan idealisme , banyak di antaranya yang menjadi tumbal kekejaman rezim. Beberapa media massa yang sahur waktu itu,, dibredel paksa oleh rezim. Dan mati.

Memasuki era reformasi, media diuntungkan oleh euforia di semua lini, dan tumbuh melebihi jamur di musim hujan. Sebagian besar diantaranya kemudian tumbuh sebagai industri yang ditopang oleh modal yang besar. Media-media ideal tersingkir dengan sendirinya. Akibatnya hegemoni kekuatan modal terhadap dunia jurnalistik tidak dapat dihindari.

https://opiniindonesia.com/2018/12/10/sekarang-ini-momentum-kebangkitan-pers-indonesia/

Para pekerja di dunia jurnalistik juga bergeser, tidak lagi berasal dari kaum idealis. Profesi wartawan hanya sebagai lahan untuk mencari kerja dan mempertahankan diri untuk sekedar hidup. Gelar wartawan amplop sudah dianggap biasa dan wajar adanya. Sangat memprihatinkan.

Pada dekade terakhir perkembangan pers nasional lebih menyedihkan. Karena hegemoni kekuatan modal itu, bergumul menjadi satu dengan kekuasaan. Media benar-benar telah menjadi alat kekuasaan para pemodal.

Kondisi ini pada awalnya masih dapat dipahami. Namun kejadian tidak diliputnya peristiwa yang melibatkan jutaan orang dalam Reuni 212, oleh hampir seluruh media meanstream merupakan puncak runtuhnya dunia pers nasional. Sebuah tindakan yang oleh wartawan Senior, Hersu, disebut sebagai bunuh diri pers nasional. Tindakan konyol yang dilakukan kaum terdidik.

Beruntung dalam kondisi itu muncul suara keras Prabowo, yang memberikan peringatan dengan lantang. Bahkan ia menyerukan baikot, agar para jurnalis tersentak, dan segala sadar diri. Sebagai tokoh bangsa tentu Prabowo prihatin agar dunia pers tidak semakin tenggelam ditinggalkan semua orang.

Dengan peringatan keras Prabowo itu, selayaknya pers berterima kasih pada Prabowo. Semestinya para jurnalis segera membuat perlawanan. Mengembalikan lagi idealisme pers nasional sebagai salah satu kekuatan dan pilar civil society di Indonesia.

Jangan malah picik menyalahkan sikap Prabowo. Karena perkataan Prabowo hari ini adalah senjata kaum reformis dan pers di masa depan.

Karena sekiranya dia berkuasa dan memberangus media seperti yang dilakukan Jokowi hari ini, kita bisa menyumpal mulutnya dengan ludahnya sendiri. Catat itu.

Tetapi hal demikian hanya bisa dilakukan jika pers hari ini segera merubah diri, bertindak ideal, independen dan berimbang. Jika tidak pada saatnya, para wartawan harus rela menjejali mulutnya dengan ludahnya sendiri, yang sudah terlanjur busuk.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

[Oleh : Mochammad Sa’dun Masyhur. Penulis adalah Alumnus Megister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru