Oleh: Surya Rianto, Pengamat pasar modal dan owner Mikirduit.com
HARIANINVESTOR.COM – Mayoritas investor saham di Indonesia terkejut dengan penurunan saham BBRI hingga 20,34 persen dalam 3 bulan terakhir.
Padahal, BBRI sempat mencatatkan all time high di Rp6.434 per saham.
Pertanyaannya, bagaimana prospek saham BBRI ini ke depannya?
Baca Juga:
Pemenang Piilkada dan yang Kalah Saling Kerja Sama untuk Layani Rakyat, Kata Prabowo Subianto
Penurunan harga saham BBRI terjadi selaras dengan tren kinerja keuangan kuartal I/2024 perseroan yang di bawah konsensus, serta tumbuh cenderung stagnan.
Tren penurunan kinerja BBRI ini sudah kami perkirakan sejak awal 2023.
Soalnya, kala itu insentif restrukturisasi kredit Covid-19 non-UMKM sudah berakhir di Maret 2023.
Sedangkan khusus restrukturisasi kredit Covid-19 untuk UMKM baru selesai di Maret 2024.
Baca Juga:
Termasuk Teknologi MLFF, Pemerintah Indonesia Kaji Teknologi Tol yang Efektif, Efisien dan Terbaik
Presiden Prabowo Subianto Kembali ke Tanah Air, Warganet Sambut dengan Berbagai Harapan Positif
Donald Trump Menang di Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Begini Reaksi dari Timur Tengah
Insentif restrukturisasi kredit Covid-19 ini memungkinkan perbankan tidak mencatatkan kredit bermasalah dalam skala tertentu selama periode Covid-19 ke dalam catatan NPL gross.
Hasilnya, bank tidak perlu mencadangkan lebih besar terlebih dulu, sehingga hasil laba bersih bisa digunakan sebagai laba ditahan untuk memperkuat permodalan.
Masalahnya adalah jika insentif itu berakhir, dan masih ada status kredit bermasalah yang dalam proses restrukturisasi, berarti akan masuk dalam hitungan NPL gross.
Artinya, bank perlu mencadangkan lebih banyak lagi agar NPL gross terkendali saat insentif itu selesai.
Baca Juga:
Jelang Pemungutan Suara, Capres Donald Trump Gugat CBS dan Ajukan Keluhan ke Washington Post
Sri Mulyani Indrawati Belum Hasilkan Lompatan Pertumbuhan, Perlu Sosok Kreatif dan Out of the Box
Inilah Bukti Kuat Tom Lembong Tidak Bersalah dalam Pemberian Izin Impor Gula 2015
Hal itulah yang terjadi di BBRI pada kuartal I/2024. Perseroan mencatatkan kenaikan anggaran pencadangan hingga 69 persen menjadi Rp12 triliun.
Hasilnya, laba bersih BBRI secara konsolidasi hanya tumbuh 2,47 persen menjadi Rp15,88 triliun. Bahkan, laba bank only BBRI tumbuh stagnan di Rp13,79 triliun.
Kenaikan pencadangan itu selaras dengan kenaikan NPL gross BBRI di kuartal I/2024 menjadi 3,27 persen dibandingkan dengan 3,02 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Prospek Saham BBRI
Kami menilai dalam jangka pendek (hingga akrhi 2024), saham BBRI masih dihantui dengan perlambatan kinerja keuangannya.
Beberapa tantangan BBRI sepanjang setahun ini adalah posisi suku bunga yang cukup tinggi.
Apalagi, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga pada April 2024 sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Kondisi ini jelas jadi tekanan untuk bisnis kredit UMKM BBRI, yang akan merasakan dampak signifikan dari kenaikan suku bunga tinggi di sektor riil.
Sehingga, dalam 3 – 6 bulan ke depan, kami menilai BBRI masih akan berkutat menjaga rasio NPL-nya tidak naik lagi.
Namun, kami perkirakan kenaikan NPL BBRI akan masih dalam area wajar dari ketentuan OJK, yakni NPL gross di bawah 5 persen.
Meski begitu, kami menilai ada dua peluang yang bisa membuat harga saham BBRI kembali naik, meski kenaikannya terbatas dan tidak menyentuh level all time high Maret 2024.
Pertama, jika Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya lebih cepat (perkiraan September 2024).
Penurunan suku bunga The Fed akan jadi angin segar dalam jangka pendek untuk pasar saham, terutama saham BBRI.
Meski, korelasi langsungnya akan baru terasa jika yang menurunkan suku bunga adalah Bank Indonesia.
Setidaknya, jika The Fed sudah menurunkan suku bunga, BI juga akan ancang-ancang menurunkan suku bunga.
Kedua, rencana BBRI melakukan buyback saham dengan nominal Rp1,5 triliun. Rencana buyback itu sudah disetujui dalam RUPS tahunan.
Aksi buyback jumbo BBRI ini menandakan manajemen yakin dengan prospek pertumbuhan bisnis ke depannya.
Secara tidak langsung, aksi buyback akan membuat tingkat daya beli saham BBRI kembali meningkat sehingga harga sahamnya kembali naik.
Dengan menggunakan proyeksi perlambatan kinerja keuangan BBRI, kami perkirakan harga wajar saham BBRI ada di Rp4.900 per saham.
Meski, sudah cukup murah, tapi ingat membeli saham di harga murah bukan berarti bisa langsung mencatatkan kenaikan dalam 1 hari hingga 1 bulan kemudian.
Tetap ada risiko jangka pendek, dengan potensi kenaikan cenderung jangka menengah panjang.***