CAPRES JOKO anti mainstream. Ulahnya otentik. Masuk parit, naik chopper, adegan ngebut, ceramah “avengers” di hadapan pemimpin dunia, dan terakhir sendirian hormat-bendera di saat tidak ada bendera. Extrim dech. Sandi nahan ketawa…!!

Hanya dia yang lakukan itu. Jika dia benar, yang lain salah. Semuanya. Vice versa. Aneh. Weird.

Ada yang berasumsi, dia ngga sadar. Disorientasi. Hutang RI meroket. Dollar naik. Semua janji dipertanyakan. Petronas masih tak terkejar. Gimana bayar buzzer.

Begitu banyak masalah. Pengen berkuasa lagi. Nikmat rasanya jadi presiden. Lantas grogi. Ada Pa Prabowo yang dulu mengangkatnya ke Jakarta. Kikuk. Wajar bila Mas Joko ngelamun.

Durasi Lagu Indonesia Raya sekitar 3,5 menit. Ngga mungkin selama itu dia ngga sadar. Impossible. Dia tidak pingsan. Bukan pula, penderita “Dissociative identity disorder”.

Mungkin dia ngga sadar untuk sesaat. Begitu sadar eh yang lain kok ngga hormat-bendera. Duh gusti. Perang batin pun pecah.

Tapi seandainya dia ubah gesture, maka itu memalukan.

Makanya, dia teruskan gesture hormat bendera sampai lagu selesai.

Ngga ikut nyanyi. Mulutnya terkatup. Mimik tegang. Mungkin tahan malu. Entah apa yang dia pikirkan. Mungkin batinnya bilang, “abis deh dibully”.

Asumsi lain, Mas Joko ngga ngerti protokol. Pembisiknya mesti dipecat. Makan gaji buta. Blind-salary. Kurang ajar. Masa ngga ngasi tau si boss.

[Oleh : Zeng Wei Jian]