Tabloid Indonesia Barokah Menjadi ‘Final Curtain’ Jokowi

- Pewarta

Senin, 28 Januari 2019 - 22:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Asyari Usman

Kalaulah pantas menggunakan kata “bodoh”, maka penerbitan tabloid Indonesia Barokah (IB) oleh entah siapa pun itu merupakan kebodohan yang tak perlu terjadi. Sebab, sekarang kehadiran tabloid yang berisi ‘kampanye hitam’ terhadap Prabowo-Sandi itu hanya menambah sulit posisi Pak Jokowi. Menjadi beban elektoral bagi beliau.

Padahal, isinya tidak ada yang istimewa. Tidak ada ‘revelation’ (pengungkapan) yang hebat. Kontennya adalah isu-isu lama yang sudah diketahui dan ditolak oleh publik. Kampanye hitam terhadap Prabowo-Sandi, insyaAllah, tak akan manjur untuk mempengaruhi pilihan rakyat terhadap paslon 02.

Saya tidak mampu melihat keuntungan apa yang akan dipersembahkan kepada Pak Jokowi dan kubunya lewat penerbitan IB? Tidak ada sama sekali. Bahkan kerugian yang akan menimpa paslon 01. Sebaliknya, Pak Prabowo panen simpati. Sebab, beliau ini menjadi korban fitnah tabloid IB.

Perintah untuk membakar tabloid itu yang dikeluarkan oleh ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) merupakan vonis ketololan IB. Perintah JK itu sekaligus mengisyaratkan bahwa tabloid IB adalah kejahatan kampanye. Secara halus, JK mendeklarasikan simpatinya untuk Prabowo-Sandi.

Jadi, IB betul-betul kedunguan kelas tinggi. Dan sekarang menjadi masalah besar. Walaupun Bawaslu tidak menganggap itu sebagai pelanggaran.

Bawaslu pun akan dihadapkan pada situasi yang tidak mudah. Karena lembaga pengawas pemilu ini diamati oleh jutaan orang. Gerak-geriknya yang berat sebelah akan segera terdeteksi. Sikap Bawaslu jelas bertentangan dengan akal sehat. Karena tabloid IB jelas-jelas melakukan kampanye hitam. Tetapi, Bawaslu tampaknya siap menerima hukuman rakyat terhadap mereka.

Begitu juga kepolisian. Kalau ternyata ada unsur pidana dalam penerbitan IB tetapi tidak diproses oleh kepolisian secara wajar dan adil, rakyat ‘is watching you’. Rakyat mempelototi Anda.

Sekarang ini tinggal menunggu hasil penelitian Dewan Pers untuk menentukan apakah IB produk jurnalistik atau bukan. Yang menjadi masalah, keputusan Dewan Pers pun tidak akan mempengaruhi penilaian masyarakat bahwa IB adalah ‘kampanye hitam’. Mau dikatakan produk jurnalistik atau bukan, vonis rakyat tak akan berubah bahwa IB adalah penyebar fitnah dan kampanye hitam.

Dengan demikian, ke ranah mana pun dibawa soal penerbitan IB itu, dampak negatifnya tetap akan terpikulkan ke Pak Jokowi. Apalagi ada salah seorang dari kubu Pak Jokowi yang mengeluarkan pernyataan yang bernada membela IB. Menjadi kloplah beban Pak Jokowi.

Adalah jurubicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf (Ko-Ruf), Ace Hasan Syadzily, yang keluar dengan pernyataan (25/01/2019) yang membela penerbitan IB. Dia berpegang pada penilaian Bawaslu bahwa IB tidak berkampanye. Ace meminta agar perdaran di masjid tidak dilarang. Dia melawan perintah Jusuf Kalla.

Yang membuat Pak Jokowi runyam gara-gara tabloid IB adalah penerbitannya yang dilakukan secara serampangan. Alamat redaksinya tidak ada di lapangan. “Fiktif,” tulis CNNIndonesia yang melakukan penulusuran. Di halaman dua IB ada tertulis alamat Jalan Haji Kerenkemi, Rawa Bacang, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi. Yang ada ialah Jalan Kirinkeman. Di jalan ini pun tidak ditemukan kantor redaksi IB.

Jadi, sekali lagi, tabloid yang tak jelas ini hanya akan merugikan Pak Jokowi. Semula para pengelola koran itu bermaksud mau membebani Prabowo-Sandi. Tetapi, situasinya ‘balik gagang’. Senjata makan tuan.

Di mata rakyat, edisi fitnah itu malah berubah menjadi beban berat bagi Jokowi. Lebih-kurang seperti ‘final curtain’ Ko-Ruf. Menjadi ‘tirai terakhir’ pertunjukan Jokowi.

Asyari Usman adalah wartawan senior.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru

Foto : PROPAMI Care salurkan bantuan untuk panti asuhan di Bekasi. Komitmen wujudkan masyarakat sehat, peduli, dan tangguh. (18/5/25) (Doc.Ist)

Megapolitan

Dukungan Emosional dan Logistik PROPAMI Care Ringankan Beban Panti

Senin, 19 Mei 2025 - 16:15 WIB