Theraphy Menulis itu Sehat

- Pewarta

Senin, 15 Juli 2019 - 10:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Opiniindonesia.com – Theraphy dengan cara aktif menulis itu sehat terutama untuk menjaga daya ingat, sikap kritis, perluasan wawasan, kejujuran,, kesabaran dan keterbukaan serta pengembaraan intelektual yang menyenangkan untuk berbagi dengan orang lain. Karena itu karya tulis yang dibuat sedapat mungkin dipublikasikan secara meluas, sehingga bisa menghasilkan jalinan perkawanan dan persahabaran bahkab mungkin persaudaraan yang dapat lebih banyak memberi kebahagian serta kegemburaan tak hanya untuk diri sendiri, tertapi juga untuk orang banyak yang bisa ikut meniknati dan memoeroleh manfaat dari karya tulis yang kita buat.

Sebagai karya seni yang kreatif, ilmiah penyampai gagasan atau ide buah pemikiran yang perlu dan penying diketahui oleh orang banyak, bisa saja karya tulis yang kita buat itu diminta oleh koran atau majalah serta journal untuk jadi sajian isi suguhan media cetak yang mereka kelola. Biasanya untuk pemuatan karya tulis kita ini akan diberi honoraria sebagai upaya dari pihak media untuk memberi penghargaan yang dianggap pantas dan mampu mereka berikan.

Bila proses tulis menulis bisa mencapai tahapan seperti tersebut diatas, maka langkah berikutnya adalah tinggal upaya meningkatkan kualitas mutu dari produk tulisan berikutnya. Namun pada kesempatan lain ikhwal dari upaya meningkatkan kuslitas mutu karya tulis ini kelak akan diupayakan jadi pembahasan tersendiri.

Untuk memahami bahwa usaha menulis secara rutin itu dapat menjadi therapy tergadap usaha menjaga akal sehat tidak pelupa, tudak ngelantur dan agar bisa berpikir kebih jernih dan rasional, seimbang tidak emosional boleh dipercaya boleh juga tidak. Tetapi realitasnya, untuk membuat sebuah tulisan yang paling sederhana sejalipun bentuknya setiap orang seperti mendapat jewajiban untuk membaca. Entah apa referensinya yang dianggap perlu dijadikan rujukan. Seperti membalas surat saja, terkadang justru diperlukan untuk membaca ulang.

Dalam proses membuat karya tulis menulis seperti itulah dikap ilmiah, obyektif, jujur, terbuka, dan konsisten serta egoistik dan emosinsl dapat dijaga, dikontrol dan trendali agar bisa selalu berimbang dengan energi yang dikeluarkan sebagai detoksisi theraphys yang berlangsung.

Dalam proses menulis memang dilerlukan nalar dan akal sehat agar untuk memilih topik bahasan yang menarik dan perlu untuk dikonsumsi oleh orang banyak. Karena karya tulis yang bisa menjadi konsumsi orang banyak akan memberi imbalan balik yang tidak penting dari proses therapy itu sendiri yang akan memberi manfaat balik kepada diri kita sebagai penulisnya.

Karenanya mulai dari proses menentukan pilihan topik bahasan hingga teknis dan gaya penulisan akan sangat imbalan balik yang akan kita peroleh dari tulisan yang pada pokoknya adalah untuk therapy pengobatan atau upaya menjaga akal sehat agar bisa terus bekerja secara nornal. Setidak-tidak agar tidak pikun dan ngelantur cara berpikir kita yang pasti akan menuju grafik menurun sesuai dengan semakin tambah merunduknya usia.

Oleh: Jacob Ereste. Penulis adalah Wartawan Senior Indonesia.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru