Opiniindonesia.com – Kalau nggak ngerti misi BUMN ya kayak begini isi tulisannya. BUMN mau dijadikan perusahaan swasta murni yang mengejar profit, profit, dan profit. Padahal orientasi BUMN adalah memperbaiki nilai tukar jasa atau kerja masyarakat. Yakni pelayanan yang baik, kualitas yang baik dan harga yang terjangkau.
Ujung dari penciptaan nilai tukar adalah biaya produksi bisa ditekan, sebaliknya pendapatan atau keuntungan masyarakat ditingkatkan. Dengan demikian BUMN akan menghidupkan bisnis bukan saja perusahaan besar, melainkan juga UMKM sebagai sektor informal yang menghidupi 70% warga. BUMN juga harus berdiri tanpa membunuh bisnis lain yang susah payah didirikan oleh masyarakat.
Harus diakui bahwa BUMN Karya (Adhi Karya, Wakita Karya, dll) sudah bisa menunjukkan pekerjaan membangun infrastruktur dengan “baik”. Tetapi BUMN telah membantai perusahaan swasta yang bekerja lebih efisien dan efektif. Apakah kalau BUMN membangun jalan elevated 300%-400% dari harga wajar bisa disebut baik.
Apakah Pertamina yang katanya mengalahkan banyak perusahaan top kelas dunia bisa dibilang “baik”. Sorry bro Pertamina yang dijalankan tanpa transparansi biaya produksi itu justru telah membebani dan menghambat pertumbuhan. Bandingkan harga BBM kita dengan negara lain.
Nggak ada yang salah dengan BUMN Karya dan Pertamina, tetapi model bisnis yang profit motivated itu bisa jadi benalu raksasa dalam negara. Mungkin mereka bisa kerja cepat, kualitas produk prima, dan memiliki jangkauan jaringan nasional; tetapi BUMN yang dibangun dengan model bisnis seperti itu bisa menjadi mesin pembunuh yang menakutkan. Harga listrik tidak lagi wajar dan terjangkau.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya