TERIMA KASIH TUHAN, TERIMA KASIH RAJA

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 15 Agustus 2019 - 17:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PANGGILAN haji itu rahasia Tuhan. Misteri ilahi, kata orang. Sudah daftar, mati. Gak sempat pergi haji. Kasus begini banyak. Apalagi daftar tunggu haji bisa 22 tahun. Kedepan akan makin lama lagi. Bisa 50 tahun. Tapi masih lumayan. Setidaknya mereka sudah daftar. Ada di catatan malaikat.

Ada orang yang hanya punya keinginan. Duit banyak, ingin haji, tapi gak daftar-daftar. Lalu mati. Nah, ini baru masalah. Punya duit, tapi gak ada ekskusi. Wacana terus. Mirip seperti para politisi, suka berwacana.

Ada juga haji tanpa daftar. Tahu-tahu ada yang panggil dan memberangkatkannya. Gratis lagi. Namanya juga nasib lagi baik. Tentu tak ada yang kebetulan. Semua ada sekenario takdirnya. Tercatat di Lauhil Mahfuz.

Saya termasuk yang bernasib baik itu. Dipanggil kedutaan Arab Saudi. Berangkat haji, hadiah dari raja, katanya. Padahal saya belum pernah kenalan sama raja. Jangan tanya biaya, karena semuanya ditanggung. Masih dapat hp plus kartu dan pulsanya. Enak bukan?

Ada 1300 undangan dari seluruh dunia. Termasuk kepala Polisi Selandia Baru,seorang wanita yang sempat populer namanya setelah aksi pembantain di hari Jumat beberapa bulan lalu. Semua tamu dijamu full service di satu hotel oleh kerajaan Saudi. Jangan tanya fasilitasnya, super VVIP.

Baru sampai di Makkah, di depan hotel disambut oleh sejumlah anak-anak berseragam menyuguhi air zam zam. Dua langkah masuk hotel, disambut Copi Arab. Qahwah…qahwah… katanya. Dua langkah lagi, minuman juz buah ditawarkan.

Kalau makan dan minum itu biasa. Hanya cara menyuguhkan, itu yang membedakan. Disini ada aspek nilai dan peradaban. Jika anda ingin melihat kelembutan orang Arab dan kehangatan tatakramanya, jadilah tamu (dhuyuf) raja. Soal kelembutan dan kehangatan, ini perkara langka bagi mereka yang pernah punya pengalaman umroh atau haji. Pengalaman bergaul dengan masyarakat Arab.

Hotel yang disiapkan tentu bintang lima. Tak beda dengan haji plus. Kecuali service dan menunya. Sudahlah, kalau soal ini, orang Batak bilang: Muantabs.

Tamu dari Indonesia 19 orang. Ada dari MUI, pimpinan ormas, rektor, wartawan, bahkan perwira polisi. Ada pemilih Jokowi, pemilih Prabowo, bahkan pemilih dua-duanya. Golput dong? Ada yang beristri satu, beristri dua, dan bahkan beristri empat. Ada juga yang takut istri. Ups… Lalu, apa hubungannya? Hehehe. Ini menunjukkan tak ada diskriminasi identitas dan profesi. Sebab, berhaji itu pesan utamanya adalah persamaan dan kesetaraan semua umat manusia. Nah, ini baru nyambung.

Saya iseng foto tenda yang di Arafah. Kok ada karpetnya? Tanya teman saya. Seorang pembimbing haji plus plus. Karpet merah dikombinasi dengan warna hijau yang menghiasi dengan indah halaman tenda ternyata tak pernah ada di maktab haji plus plus. Sejumlah kursi yang ditata layaknya pemandangan di lobby hotel bintang lima memberi sentuhan kenyamanan sendiri saat wukuf. Tapi, ini penting untuk diperhatikan: Spirit wukuf tak boleh hilang. Yang paling utama adalah bagaimana menjiwai wukuf sebagaimana para Nabi melakukan.

Maktab di Mina paling depan. Dekat sekali dengan tempat lempar jumroh. Tempat tidurnya nyaman. Temen saya yang pernah haji plus seharga USD 32.000 bilang: tak semewah ini.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Jamaraat itu tempat buang setan, kata banyak orang. Historisnya Nabi Ibrahim, Ismail dan Sayyidah Hajar menghajar setan. Setelah pulang dari Jamaraat mestinya tak lagi tergoda setan. Kalau pulang haji masih terus korupsi, berarti jamaraat bukan jadi tempat ia buang setan, tapi…

Di Mina, temen kami kehilangan celana. Lapor ke panitia. Langsung diganti. Begitulah SOP nya, kata panitia. Apapun barang yang hilang akan diganti. Asal gak hilang akal dan nyawa aja.

Sampai di Madinah disambut sejumlah remaja berseragam yang melantunkan syair: ” Thala Al Badru alaina minsaniyyatil wada’… Teruskan sendiri. Air mata saya tak terbendung. Jatuh satu satu… Cengeng! Teringat Nabi. Ingat Rasul. Ingat Habibullah. Ingat Muhammad ketika datang dan disambut penduduk Madinah. Rasanya kami tak layak dapat sambutan itu. Itu sambutan untuk Nabi, bukan untuk kami. Saya seka air mata, agar tak kelihatan seperti orang punya masalah. Padahal aslinya memang punya masalah. Masalah spiritual.

Sehari di Madinah, kemudian besoknya berziarah ke Masjid Quba’, ke Jabal Uhud dan ke percetakan Al-Qur’an. Percetakan terbesar. Nomor duanya di Turki. Setahun lalu saya sempat ke Turki, lihat percetakan disana.

Soal ziarah di Madinnah, semua travel punya program. Bedanya, kami dikawal polisi. Lengkap dengan pistolnya. Sempurna sudah sebagai tamu kerajaan. Terima kasih Tuhan, terima kasih Raja Salman.

[Oleh: Tony Rosyid. Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru