Opiniindonesia.com – Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut mengomentari polemik pembahasan RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). SBY mengingatkan adanya potensi perpecahan di masyarakat apabila RUU HIP ini dibahas dengan tidak tepat.
“Memposisikan ideologi harus tepat & benar. Ingat, proses “nation building” & “consensus making” yg kita lakukan sejak tahun 1945 juga tak selalu mudah. Jangan sampai ada “ideological clash” & perpecahan bangsa yg baru. Kasihan Pancasila, kasihan rakyat,” demikian, tulis SBY di akun Twitternya, Selasa (23/6).
Hanya saja perlu dipahami, pertarungan antara keimanan dan kekufuran itu akan berlangsung abadi hingga hari kiamat. Ideologi Islam, tak mungkin akan berkompromi dengan ideologi kufur, baik ideologi Sosialisme Komunisme maupun Kapitalisme Sekulerisme.
Saat ini, pertarungan idelogi di dunia hanya tiga. Pertarungan antara Islam, Kapitalisme dan Sosialisme Komunisme. Kadang terbuka dan melibatkan pertarungan fisik (perang), kadang hanya pada tataran perang propaganda, perang pemikiran, perang opini.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Bedanya, ideologi Kapitalisme dan Sosialisme diemban oleh beberapa Negara. Sementara, ideologi Islam hanya diemban individu-individu dan kelompok dakwah Islam.
Amerika, Inggris, Jerman, Perancis adalah contoh Negara yang mengemban ideologi Kapitalisme. Sementara Rusia dan China, termasuk negara yang mengadopsi Sosialisme Komunisme, melanjutkan hegemoni Uni Soviet yang telah runtuh.
Adapun di negeri ini, RUU HIP, adalah babak baru pertarungan Ideologi yang awalnya hanya tersimpan dalam dada, menjadi aktualisasi nyata berupa keinginan salah satu kelompok ideologi untuk menghegemoni kelompok lainnya melalui kekuasaan. Kaum nasionalis sekuleris, kaum sosialis Komunis, tak pernah merasa ridlo dengan kompromi deklarasi Pancasila 18 Agustus. Karena bagi mereka, manifesto Komunisme tak mungkin wujud jika masih ada sila ketuhanan yang maha Esa.
Kaum muslimin, kelompok Islam, juga tak pernah merasa ridlo dengan pengkhianatan Pancasila 18 Agustus, yang membuang 7 (tujuh) kata dalam Piagam Jakarta 22 Juni. Bagi kaum muslimin, hidup di dunia adalah untuk beribadah, menghamba kepada Allah SWT. Tak ada cara lain untuk beribadah secara paripurna, selain dengan menerapkan syariat Islam dalam seluruh dimensi kehidupan, termasuk dalam bernegara.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Kelompok sekuleris Kapitalis, tak mau Sosialisme Komunisme berkuasa, seiring menguatnya pengaruh China. Dalam waktu yang sama, kelompok sekuler ini jika tak rela kelompok Islam, yang menginginkan penerapan syariat Islam, dapat sampai ke tampuk kekuasaan. Kelompok inilah, yang telah lama berkuasa mengambil alih poros Sosialisme Soekarno, menuju liberalisme di era Soeharto.
Hari ini, kelompok Sosialisme Komunisme, Anasir kiri, berusaha menginternalisasi idelogi mereka dalam sistem perundangan, agar dapat mengendalikan Negara sesuai cita ideologi yang mereka yakini. Tentu saja, kelompok Islam tidak ridlo, kelompok Islam marah.
Ini adalah pengkhianatan nyata kedua, setelah kaum muslimin di negeri ini dikhianati pada 18 Agustus 1945. Ini merupakan pelanggaran terhadap Kesepakatan Berbangsa, yang sebelumnya telah dikukuhkan melalui dekrit 1959, agar kembali ke UUD 45 dan Pancasila 18 Agustus 1945.
Seluruh kaum muslimin, tidak akan Ridlo’ jika umat ini, bahkan umat manusia secara keseluruhan, tidak diatur dengan syari’at Islam, syariat yang berasal dari dzat yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan. Jadi, saat kelompok Sosialis Komunisme membuka “Clash Ideology” melalui RUU HIP, dengan memeras Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila, dengan mengintroduksi dan memaksakan akidah “Ketuhanan yang Berkebudayaan”, umat Islam siap meladeni tantangan ini.
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Ingat ! Umat Islam telah siap membela akidah Islam dari ancaman Komunisme. MUI telah mengeluarkan fatwa, siap berjihad dan mati syahid, jika RUU HIP ini dilanjutkan. Sementara para mujahid Islam, telah lama menunggu-nunggu giliran untuk syahid di jalan-Nya. Allahu Akbar !
Oleh : Ahmad Khozinudin, Aktivis, Anggota Hizbut Tahrir