Clash Ideology Itu Konsekuensi, Kadang Bisa Terbuka Kadang Tertutup

Avatar photo

- Pewarta

Jumat, 26 Juni 2020 - 08:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden Republik Indonesia ke - 6, Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto : Instagram @presidenyudhoyonoalbum)

Presiden Republik Indonesia ke - 6, Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto : Instagram @presidenyudhoyonoalbum)

Opiniindonesia.com – Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut mengomentari polemik pembahasan RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). SBY mengingatkan adanya potensi perpecahan di masyarakat apabila RUU HIP ini dibahas dengan tidak tepat.

“Memposisikan ideologi harus tepat & benar. Ingat, proses “nation building” & “consensus making” yg kita lakukan sejak tahun 1945 juga tak selalu mudah. Jangan sampai ada “ideological clash” & perpecahan bangsa yg baru. Kasihan Pancasila, kasihan rakyat,” demikian, tulis SBY di akun Twitternya, Selasa (23/6).

Hanya saja perlu dipahami, pertarungan antara keimanan dan kekufuran itu akan berlangsung abadi hingga hari kiamat. Ideologi Islam, tak mungkin akan berkompromi dengan ideologi kufur, baik ideologi Sosialisme Komunisme maupun Kapitalisme Sekulerisme.

Saat ini, pertarungan idelogi di dunia hanya tiga. Pertarungan antara Islam, Kapitalisme dan Sosialisme Komunisme. Kadang terbuka dan melibatkan pertarungan fisik (perang), kadang hanya pada tataran perang propaganda, perang pemikiran, perang opini.

Bedanya, ideologi Kapitalisme dan Sosialisme diemban oleh beberapa Negara. Sementara, ideologi Islam hanya diemban individu-individu dan kelompok dakwah Islam.

Amerika, Inggris, Jerman, Perancis adalah contoh Negara yang mengemban ideologi Kapitalisme. Sementara Rusia dan China, termasuk negara yang mengadopsi Sosialisme Komunisme, melanjutkan hegemoni Uni Soviet yang telah runtuh.

Adapun di negeri ini, RUU HIP, adalah babak baru pertarungan Ideologi yang awalnya hanya tersimpan dalam dada, menjadi aktualisasi nyata berupa keinginan salah satu kelompok ideologi untuk menghegemoni kelompok lainnya melalui kekuasaan. Kaum nasionalis sekuleris, kaum sosialis Komunis, tak pernah merasa ridlo dengan kompromi deklarasi Pancasila 18 Agustus. Karena bagi mereka, manifesto Komunisme tak mungkin wujud jika masih ada sila ketuhanan yang maha Esa.

Kaum muslimin, kelompok Islam, juga tak pernah merasa ridlo dengan pengkhianatan Pancasila 18 Agustus, yang membuang 7 (tujuh) kata dalam Piagam Jakarta 22 Juni. Bagi kaum muslimin, hidup di dunia adalah untuk beribadah, menghamba kepada Allah SWT. Tak ada cara lain untuk beribadah secara paripurna, selain dengan menerapkan syariat Islam dalam seluruh dimensi kehidupan, termasuk dalam bernegara.

Kelompok sekuleris Kapitalis, tak mau Sosialisme Komunisme berkuasa, seiring menguatnya pengaruh China. Dalam waktu yang sama, kelompok sekuler ini jika tak rela kelompok Islam, yang menginginkan penerapan syariat Islam, dapat sampai ke tampuk kekuasaan. Kelompok inilah, yang telah lama berkuasa mengambil alih poros Sosialisme Soekarno, menuju liberalisme di era Soeharto.

Hari ini, kelompok Sosialisme Komunisme, Anasir kiri, berusaha menginternalisasi idelogi mereka dalam sistem perundangan, agar dapat mengendalikan Negara sesuai cita ideologi yang mereka yakini. Tentu saja, kelompok Islam tidak ridlo, kelompok Islam marah.

Ini adalah pengkhianatan nyata kedua, setelah kaum muslimin di negeri ini dikhianati pada 18 Agustus 1945. Ini merupakan pelanggaran terhadap Kesepakatan Berbangsa, yang sebelumnya telah dikukuhkan melalui dekrit 1959, agar kembali ke UUD 45 dan Pancasila 18 Agustus 1945.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Seluruh kaum muslimin, tidak akan Ridlo’ jika umat ini, bahkan umat manusia secara keseluruhan, tidak diatur dengan syari’at Islam, syariat yang berasal dari dzat yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan. Jadi, saat kelompok Sosialis Komunisme membuka “Clash Ideology” melalui RUU HIP, dengan memeras Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila, dengan mengintroduksi dan memaksakan akidah “Ketuhanan yang Berkebudayaan”, umat Islam siap meladeni tantangan ini.

Ingat ! Umat Islam telah siap membela akidah Islam dari ancaman Komunisme. MUI telah mengeluarkan fatwa, siap berjihad dan mati syahid, jika RUU HIP ini dilanjutkan. Sementara para mujahid Islam, telah lama menunggu-nunggu giliran untuk syahid di jalan-Nya. Allahu Akbar !

Oleh : Ahmad Khozinudin, Aktivis, Anggota Hizbut Tahrir

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru