KECEWA, itu kesan yang dituangkan sahabat saya Hersubeno Arief dalam tulisannya: Prabowo Bikin Timses dan Pendukungnya Frustasi. Tidak ada yang keliru.
Itu juga yang diceritakan lokomotif reformasi, Prof. Amien Rais, saat bertemu Cawapres Sandiaga Uno, di Jl. Sriwijaya, Kebayoran Baru, Senin (18/2/2019). Pak Amien mengatakan bahwa dua putrinya, Hanum dan Tasnim kecewa melihat penampilan Capres 02, Prabowo. “Terlalu soft, ” tukasnya.
Sandi juga menambahkan bahwa semalam (saat debat berlangsung), Tasnim mengirim WA ekstra panjang. “Intinya sama,” balas Sandi. Bahkan, masih kata SSU, begitu sapaan akrab Cawapres 02 ini para pendukungnya saat nonton bareng, juga mengutarakan hal yang sama.
Suasana di rumah saya juga demikian. Putri saya Cindra, kurang lebih mengutarakan hal yang sama. “Temen-temen Teteh (sapaan sayangnya) pada kecewa, Prabowo kalah dalam debat!”. Istri saya Tjut Irda yang juga wartawan senior, merasa gregetan. Sepanjang debat, ia berulang kali mengirim WA dan mengutarakan hal serupa.
Baca Juga:
Dukungan Emosional dan Logistik PROPAMI Care Ringankan Beban Panti
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
Semua itu tidak ada yang keliru. Semua ingin Prabowo yang didukungnya tidak bersikap lembut. Prabowo diharapkan melakukan counter attack jika tidak ingin melakukan full pressing or attacking, apalagi saat individunya di singgung terkait lahan di Kalimantan dan Aceh.
Utamanya, menurut banyak timses dan pendukungnya, Prabowo tidak perlu memuji hasil kerja Jokowi yang tidak jelas itu. Begitu pun fakta-fakta yang diungkapnya banyak sekali yang bertolak belakang dengan faktanya. Banyak orang apalagi pakar, termasuk koordibator jubir Prabowo-Sandi, Dahnil Simanjuntak di tvone, Senin (18/2) pagi. “Sekarang kita tahu bahwa sumber hoax itu ada di sana!” tegasnya.
Rocky Gerung, pengamat politik yang alumnus dan dosen UI (asli), maklum ada alumnus Cibitung, sudah berulang kali menyebut sumber hoax itu bukan di oposisi. Jadi, jika kekecewaan menumpuk, bisa dimaklumi.
Tegas dan keras
Baca Juga:
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Mengapa semua itu terjadi? Jawabnya sangat sederhana: pertama, banyak pihak utamanya pendukung Prabowo-Sandi sudah muak dengan kepalsuan. Sebel dengan janji-janji palsu. Eneg dengan pencitraan. Marah karena utang negara yang terus membengkak.
Dan, ingin ganti presiden!
Kedua, di kepala dan pengetahuan para timses serta pendukung, Prabowo bisa dan mampu berbuat tegas dan keras. Apalagi, selama ini kesan yang terbangun, ya Prabowo = tegas dan keras.
Sekali lagi, lumrah jika timses dan para pendukungnya kecewa. Tapi, ayo kita cermati dengan baik hasil survey yang dibuat oleh banyak media mainstream, hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Saya ambil satu contoh, radio Elshinta:
Padahal biasanya, meski jika kita sebut pasti dibantahnya, radio itu memberikan space yang jauh lebih luas untuk petahana ketimbang oposisi. Karena basisnya sama-sama wartawan, saya paham dan mengerti bagaimana cara memberikan dukungan yang halus dan yang blak-blakan. Meski demikian, saya masih menempatkan Elshinta jauh lebih tinggi dari beberapa media main stream lainnya, tentu di luar tvone yang memang paling oke.
Kebetulan sepulang debat, saya mendengarkan talkshow nya. Berulang kali dibacakan hasilnya. Ya, seperti di atas itu.
Baca Juga:
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Jadi, meski kecewa, jangan sampai mengubah segalanya. Ingat salah satu poin dari ijtima ulama: Pilih pemimpin yang paling sedikit mudaratnya. Untuk itu, rasanya semua tahu yang dimaksud. Kalau ada calon yang jelas-jelas ada 60an janjinya tidak dipenuhi (catatan: Tidak mau ngutang lagi, faktanya hutang bertambah. Tidak akan menaikan BBM, faktanya 12 kali naikan BBM secara diam-diam (2 kali menurunkan, diumumkan), Tidak akan impor pangan, faktanya jutaan ton pangan dari berbagai jenis, diimpor.
Bilang tidak ada kebakaran hutan, faktanya?)
Sementara ada calon lain yang jelas belum melakukan kebohongan akan janjinya. Apalagi jika calon pemimpin yang satu ini jelas bibit, bebet, bobotnya. Kakeknya jelas, bapaknya jelas, pamannya jelas, lingkungannya jelas.
Menyitir budaya jawa: watuk iso ditambani, lha yen watak kui ilange bareng karo sing nyandang? (batuk itu bisa diobati, lha kalau watak itu hilang bersama yang menyandangnya). Dari sana orang bisa melihat jelas konteks dengan apa yang telah menjadi salah satu keputusan ijtima ulama.
Semoga kedepan Indonesia yang akan kita wariskan ke anak-cucu serta keturunan kita menjadi negara yang adil dan makmur. Aamiin…
[Oleh : M. Nigara. Wartawan Senior dan Mantan Wasekjen PWI]