Opiniindonesia.com – Ketika KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) muncul dengan maklumatnya, publik ramai. Umumnya masyarakat positif menyambutnya. Bahkan cukup antusias. Ada dua indikator. Pertama, berita media. Sangat masif pra dan pasca deklarasi KAMI. Kedua, berdirinya sejumlah KAMI daerah.
Meski begitu, ada juga yang kontra. Terutama dari sejumlah elit dan pendukung pemerintah. Mereka nampak gerah dan merasa gak nyaman. Tentu, mereka punya alasan. Soal rasional tidaknya alasan ketidaknyamanan itu, biar rakyat yang akan menilai.
Kegerahan itu terlihat dengan munculnya sejumlah statemen negatif, dan bahkan juga muncul tandingan terhadap KAMI. Lahir komunitas yang mengatasnamakan KITA, KALIAN atau KAMI dengan singkatan yang berbeda.
Karena sifatnya reaktif, apalagi hanya sebagai tandingan, biasanya gak lama. Muncul, lalu segera tenggelam. Gerakan tanpa militansi dan orientasi perjuangan biasanya gak bertahan lama. Apalagi jika bergantung biayanya.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Beberapa tokoh membuat tudingan yang cenderung menyudutkan KAMI. Dianggap barisan sakit hati, gak menerima kekalahan, pingin jadi presiden, dan makar. Macam-macam.
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya