Membangun Infrastruktur yang (Harus) Berkeadilan

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 18 Oktober 2018 - 08:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PERTUMBUHAN EKONOMI Indonesia berdasar rilis dan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI awal Februari 2018 lalu , adalah tumbuh pada kisaran 5,07 persen. Sedangkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan angka berlaku mencapai Rp. 13.588,8 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp. 51,89 juta.

Berdasarkan data dimaksud, perekonomian Indonesia secara spasial tahun 2017 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera. Kontribusi Pulau Jawa terhadap perekonomian Indonesia mencapai pada angka 58,49 persen. Sedangkan kontribusi Pulau Sumatera sebesar 21,66 persen terhadap perekonomian Indonesia.

Berturut-turut kontribusi Pulau Kalimantan 8,20 persen, Sulawesi 6,11 persen, Bali-Nusra sebesar 3,11 persen, adapun Pulau Papua berkontribusi sebesar 2,43 persen.

Jika merujuk pada data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi perekonomian regional Jawa dan Sumatera, kontribusinya hampir mencapai 80 persen terhadap perekonomian nasional.

Keadilan Bidang Infrastruktur

Geliat pembangunan infrastruktur dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, dalam era kepemimpinan Presiden Joko Widodo sangat terasa afmosfir pembangunannya. Diantaranya yang terlihat adalah Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, Pembangunan Infrastruktur Perbatasan, Pembangunan Waduk, Bendungan berskala besar pun tak luput dari perhatian pemerintah khususnya Kementerian PUPR.

Seperti diketahui dan sudah menjadi konsumsi pemberitaan di media massa, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ruas Palembang-Lampung sepanjang lebih-kurang 400 km, telah dimulai sejak Maret 2015 lalu, sejatinya telah disanggupi oleh Menteri PUPR sebagai komitmen mendukung suksesnya penyelenggaraan Asian Games 2018. Namun sepertinya target dan komitmen tersebut agak meleset jika melihat kondisi eksisting yang belum mencapai 70 persen konstruksi.

Jika merujuk pada angka kontribusi Pulau Sumatera terhadap perekonomian nasional, memang sudah selayaknya pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera menjadi concern dan prioritas pemerintah untuk penyelesaiannya.

Berdasarkan data Statistik Kementerian PUPR 2017 lalu, pemerintah melalui Kementerian PUPR memprogramkan pembangunan ribuan embung. Embung adalah bangunan konservasi air yang berbentuk kolam. Adapun fungsi utama dari embung sebagai penampungan air hujan atau air limpahan. Tentu juga embung berfungsi sebagai habitat hidup tumbuhan dan hewan lain.

Ribuan embung yang dibangun oleh Kementerian PUPR dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini ternyata menyisakan persoalan jika ditinjau dari perspektif keadilan sebaran wilayah. Bagaimana tidak, berdasarkan statistik yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR tahun 2017, provinsi NTT mendapatkan porsi terbanyak pembangunan embung sejumlah 486 buah embung.

Jumlah ini sangat tidak imbang jika dibandingkan dengan jumlah embung yang terdapat di pulau Sumatera berjumlah total 262 buah (yang tersebar di sepuluh provinsi di Sumatera). Bahkan ironisnya adalah berdasar statistik jumlah embung di Indonesia pada tahun 2016 untuk provinsi Riau, Bengkulu, dan Bangka Belitung “nihil” atau “nol” buah embung (sumber Statistik Kementerian PUPR tahun 2017).

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Pertanyaannya bagaimana mungkin Pulau Sumatera yang memberikan kontribusi perekonomian terbesar kedua setelah Pulau Jawa, jumlah infrastruktur embungnya hanya separoh dari jumlah embung yang dimiliki oleh Provinsi NTT?

Seperti kita ketahui pula bahwa Pulau Sumatera merupakan wilayah produksi padi terbesar kedua setelah Pulau Jawa. Produksi padi yg dihasilkan oleh Sumatera adalah sebesar 18. 358. 385 ton.

Lalu pertanyaan berikutnya adalah bagaimana keberpihakan pemerintah atas program pembangunan infrastruktur di daerah-daerah atau wilayah yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, selain Pulau Jawa? Mengapa begitu istimewanya Provinsi NTT atau Papua sehingga anggaran APBN untuk bidang infrastruktur begitu besar?

Sementara kita lihat kondisi lapangan, masih banyak terdapat kondisi infrastruktur jalan di wilayah Pulau Sumatera yang rusak berat dan rusak sedang. Seperti terdapat di Provinsi Riau dan Sumatera Utara.

Prioritas pembangunan infrastruktur tentunya tidak hanya didasari atas “permintaan politik” tertentu atau atas dasar suka atau tidak suka pemangku kepentingan. Namun prioritas pembangunan infrastruktur harus didasari oleh “keadilan” dan kebutuhan prioritas untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi wilayah dan juga peningkatan ekonomi masyarakat. (*)

[Oleh : Suhendra Ratu Prawiranegara. Penulis adalah Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, dan anggota Presidium Pusat GNPP (Gerakan Nasional Prabowo Presiden) #2019PrabowoSandi di Jakarta]

(*) Untuk membaca tulisan Suhendra Ratu Prawiranegara yang lainnya, silahkan KLIK DI SINI.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru