Oleh : Tantowi Yahya, Duta Besar RI untuk New Zealand
KALISTA Iskandar, perwakilan Sumatera Barat di malam final Pemilihan Puteri Indonesia 2020 lagi menanggung aib atas ketidakmampuannya menghafal urutan Pancasila.
Sebagai orang yang pernah banyak terlibat di kontes kecantikan di Indonesia (pernah beberapa kali menjadi pembawa acara sekaligus event organizer Pemilihan Puteri Indonesia dan Miss Indonesia), saya menilai perlakuan kita terhadap Kalista terlalu berlebihan.
Dalam kondisi dibawah kegugupan dan tekanan psikologis lainnya, seseorang bisa saja lupa terhadap hal yang paling mudah sekalipun. Dalam kondisi demikian, seseorang bisa saja “hilang” kesadaran (black out).
Baca Juga:
Dukungan Emosional dan Logistik PROPAMI Care Ringankan Beban Panti
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
Pernah satu kali ketika saya membawakan kuis Who Wants to be a Millionaire dengan peserta para dosen berbagai perguruan tinggi, salah seorang peserta sampai harus menggunakan alat bantu (life line) ketika ditanya matahari terbit dimana.
Dalam kondisi dibawah tekanan sebagaimana yang saya sampaikan diatas, peserta yang notabene dosen tersebut tidak tahu apakah matahari terbit di Barat atau Timur.
Saya berusaha keras untuk memancing daya ingat beliau tapi rasa gugup yang begitu hebat membuatnya black out. Kejadian ini sudah barang tentu tidak mereflesikan kemampuan sesungguhnya dari dosen tersebut.
Belajar dari kejadian dan pengalaman tersebut, di acara-acara live saya tidak lagi menganjurkan adanya pertanyaan yang jika dijawab dengan betul orang tidak kagum, tapi jika salah bisa menciptakan aib bagi yang bersangkutan.
Baca Juga:
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Saya bisa merasakan suasana hati Kalista setelah kejadian tersebut. Mudah-mudah ia bisa segera bangkit dan kembali bersemangat
Bagi saya apa yang terjadi di Kalista bisa terjadi di siapa saja. Ketidakmampuannya menyampaikan urutan Pancasila dengan benar bukan berarti dia dungu, cuek atau tidak Pancasilais.
Bisa saja Kalista selama ini mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Pancasila bukan semata dihafalkan namun yang lebih penting diamalkan. (*)