Opiniindonesia.com – Setiap kabar kurang sedap yang menimpa terhadap tokoh ataupun institusi pada hakekatnya pasti harus diklarifikasikan dan diluruskan sesegera mungkin.
Prof William Benoit yang melahirkan Image Restoration Theory menyebutkan bahwa terlepas dari persepsi publik itu salah atau benar, tetapi dari sisi komunikasi pada prinsipnya setiap tokoh atau institusi ingin agar dirinya terlihat lebih baik dan terlihat lebih benar.
Jika pun kabar tidak sedap itu datangnya dari internal personal/korporasi tentu harus “dibereskan”. Apalagi jika kabar tidak sedap itu datangnya dari eksternal, tentu saja hal ini sifatnya menjadi sangat mendesak untuk disolusikan
Itulah sebabnya mengapa dalam setiap strategi komunikasi (apalagi ketika terjadi krisis komunikasi) seperti yang dialami selebritas diperlukan upaya-upaya pemulihan citra dan reputation recovery seperti yang disampaikan dalam teori komunikasi Image Restoration Theory.
Baca Juga:
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
SERANGAN ISU PESUGIHAN
Belum lama ini, usaha kuliner milik presenter sekaligus artis Ruben Onsu diusik kabar tidak sedap hingga dituding isu pesugihan.
Ramai diberitakan media, awal mula isu tersebut berhembus dari sebuah video YouTube milik Robby Purba yang tengah berbincang dengan Roy Kiyoshi serta anak indigo bernama Dephienne.
Dalam video itu, Roy Kiyoshi membahas mengenai beberapa ciri-ciri restoran yang memakai pesugihan atau bisa dibilang penglaris. Sontak pertanyaan yang lantas dilayangkan Robby Purba mengenai siapa saja yang memakai pesugihan.
Baca Juga:
Keberpihakan Pemerintah terhadap Buruh Diapresiasi, 4 Sikap Presiden Prabowo Subianto Jadi Sorotan
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Polisi Periksa Ketua Umum PPN Andi Kurniawan Usai Laporkan Roy Suryo dkk
Kepada Dephienne, Robby hanya meminta inisial restoran terkenal yang memakai pesugihan hingga kemudian muncul dengan inisial “G” dan kepada Roy Kiyoshi, Robby Purba kembali bertanya soal restoran yang memakai pesugihan yang memakan nyawa. Di sini, Roy mengeluarkan inisial huruf “R”.
Sayang tak lama setelah itu, ada sebuah akun YouTube yang bernama Hikmah Kehidupan justru kembali mengunggah video potongan obrolan dari Robby Purba, Roy Kiyoshi dan Dephienne mengenai restoran yang menggunakan penglaris.
Tak hanya itu, media onlime Kompas menulis, akun tersebut menuding restoran Ruben Onsu lah yang memakai pesugihan. Dari sini isu itu berkembang hingga memunculkan fitnah untuk Ruben Onsu.
IMAGE RESTORATION THEORY: ATTACT ACCUSER
Baca Juga:
Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan Press Release untuk Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik
Prabowo Minta Para Menteri Rapatkan Barisan, Mensesneg Prasetyo Hadi: Tetap Jaga Semangat
Saya tidak ingin membahas soal content material terkait masalah hukumnya, marena hingga saat ini masalah tersebut masih jadi trending pemberitaan di berbagai saluran berita infotainment.
Secara khusus kita akan memotret strategi komunikasi yang dilakukan oleh Robin Onsu dari kacamata teori pemulihan citra yang saya pahami.
Salah satu pilar penting dalam implementasi Image Restoration Theory atau teori pemulihan citra ini adalah strategi yang disebut Reducing Offensiveness of Event.
Dalam strategi Reducing Offensiveness of Event, goalnya nanti akan mengkondisikan bahwa pihaknya menjadi korban akibat kabar buruk yang bisa jadi akibat kesalahan informasi.
Dengan demikian, sebagai korban, Robin Onsu dan institusi bisnisnya sangat tidak pantas mendapat serangan isu negatif sehingga publik diharapkan mengabaikan kabar buruk tersebut.
Nah, dari sekian pilihan Reducing Offensiveness of Event, menurut saya (disadari atau tidak) Robin Onsu terlihat memilih implementasi dari strategi komunikasi ROE yang nomer lima, yaitu Attack Accuser.
Cara kerja Attack Accuser adalah dengan menyerang kredibilitas yang menuduh, dan dengan mempertanyakan kompetensi, latar belakang, track record dan hal-hal lainnya, agar perhatian negatif publik pun berpindah ke si penuduh.
Merespon isu yang sudah berkembang, pihak Robin Onsu mengggandeng pengacara Minola Sebayang yang resmi mempolisikan akun YouTube Hikmah Kehidupan yang fitnah usahanya pada Senin (11/11/2019).
Jordi Onsu menjerat akun tersebut dengan Pasal 27 Ayat (3) jo Pasal 45 ayat (3) UU RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE. Laporan ini telah terdaftar dengan nomor LP/7253/XI/2019/PMJ/Dit. Reskrimsus
“Kami melapor satu akun digital yang sudah memberikan berita bohong, yang isinya fitnah dan pencemaran nama baik,” ucap Minola Sebayang.
Implementasi dari program ini bisa dilihat bukan hanya di dunia nyata, dan di persidangan, juga di dunia digital pun strategi Attack Accuser ini bisa terlihat dan efektif.
Publik juga mulai bersimpati kepada Robin Onsu, semetara itu penyerangnya yang menyebarkan kabar buruk di medsos, jika tidak punya bukti, dipastikan bakal kesulitan untuk membuktikan masalah isu pesugihan ini.
BUKAN SATU-SATUNYA STRATEGI PEMULIHAN CITRA
Reducing Offensiveness of Event, bukanlah satu-satunya cara untuk memulihkan citra. Dalam Image Restoration Theory, selain strategi Attack Accuser, sebenarnya masih ada lima strategi lainnya di dalam lingkup strategi Reducing Offensiveness of Event (ROE).
Menurut saya, strategi komunikasi yang lainnya pun perlu dipertimbangkan ketika mengalami persoalan krisis komunikasi seperti ini, agar meraih simpati publik.
Namun demikian, tidak semua krisis komunikasi selalu cocok dengan cara-cara pemulihan citra berdasarkan Image Restoration Theory, berikut ini :
Pertama, adalah Bolstering. Yaitu dengan mengutip dan menyajikan data-data mengenai tindakan-tindakan positif sebanyak mungkin yang sudah dilakukan di masa lalu, dan bisa diterima publik dengan baik.
Kedua, adalah Minimization. Melakukan upaya-upaya yang bisa mengurangi perasaan negatif dengan cara-cara persuasi kepada publik, sekaligus meyakinkan publik bahwa yang terjadi tidaklah seburuk seperti yang dipikirkan, dipersepsikan, atau bahkan yang terjadi.
Ketiga, adalah Differensiasi. Yaitu dengan membandingkan perbedaan perlakuan atas kesalahan yang dilakukannya dengan yang dilakukan orang lain yang juga melakukan hal yang sama.
Keempat, adalah Trancendence. Yaitu dengan membandingkan suatu kejadian tetapi dalam konteks yang berbeda.
Kelima, adalah Compensation. Yaitu dengan memberikan ganti rugi sebagai bentuk tanggungjawab atau menebus kesalahan yang telah terjadi, agar perbuatannya diampuni dan reputasi balik menjadi baik.
KABAR BURUK SELALU MERUGIKAN
Kerugian dan dampak bagi Robin Unsu akibat kabar tidak sedap ini bisa dikalkulasi. Secara inmaterial sudah terasa bagi pihak Ruben Onsu. Kalau untuk kerugian material, pihak Ruben Onsu masih belum dapat berbicara banyak.
“Pasti ada efeknya dan ada akibat hukum yang ditimbulkan. Kerugiannya masih immaterial, karena pencemaran nama baik ya dan privasinya kami yang sudah diganggu ya,” kata pengacara Robin Onsu.
Menghadapi persoalan komunikasi yang rumit, memang diperlukan strategi yang tepat akan menghasilkan pencitraan sesuai dengan yang diharapkan.
Pilihan-pilihan implementasi dalam Image Restoration Theory di atas dapat menjadi referensi untuk pengambilan keputusan untuk menghandle crisis of communications.
Soal efektifitasnya, tentu harus disimulasikan dengan seksama. Namun memilih resiko yang kecil dengan respon publik yang paling bersahabat, saya rasa itulah yang paling efektif.
Yang jelas, jika personal/institusi sedang mengalami krisis komunikasi, jangan tenggelam atau diam di dalam jurang kegelapan. (*)
Oleh : Budi Purnomo S.IKom, M.IKom, praktisi media dan komunikasi, owner Budipurnomo.com