“Blue Shoe Can’t” Tak Laku Lagi Dijual, Tipuan Semua

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 27 September 2018 - 07:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PARA PEDAGANG “sepatu biru raiso” (blue shoe can’t) mengeluhkan barang dagangan mereka tak laku lagi dijual. “Tak ada yang mau beli,” kata mereka. Ketika ditanya mengapa masyarakat tak mau membeli, mereka sendiri tidak tahu.

Catatan: Supaya mudah menuliskannya, kita sebut saja “blue shoe can’t” menjadi “blusukan”, sesuai ucapan Indonesia saja.

Para pedagang mengatakan, mereka membeli blusukan pada 2014 dalam jumlah besar. Tujuannya ialah supaya bisa dijual dengan untung besar pada musim kunjungan keliling 2018. Mereka memperkirakan misi keliling kampung, pasar becek, dan gorong-gorong akan menaikkan permintaan blusukan. Jadi, mereka simpanlah blusukan di gudang untuk dipasarkan pada 2018 ini.

Mereka merasa tertipu. Blusukan tak diminati lagi. Bahkan dijual obral pun tak ada yang mau membeli. Mereka kemudian menguji masyarakat apakah mereka akan berebut kalau dibagikan cuma-cuma (gratis).

Ternyata dibagi gratis pun, tidak juga. Orang-orang lewat begitu saja. Tak ada yang “menerge” (perduli). Para pedagang sangat heran.

Mereka kemudian menjumpai prosuden blusukan. Para pedagang ingin tahu mengapa blusukan tak diminati. Anehnya, pembuat blusukan (sepatu biru raiso) tidak melayani keluhan pedagang.

Mereka kemudian mendatangi lembaga penelitian produk dan lembaga konsumen. Mereka meminta bantuan untuk menjelaskan fenomena ini. Para pedagang itu semakin penasaran.

Selidik punya selidik, ternyata masa berlaku blusukan hanya sampai Desember 2014. Ini baru diketahui setelah para penyelia produk meneliti dengan saksama kemasan blusukan.

Seorang peneliti dengan alat pembaca hologram menemukan tulisan dalam bahasa Inggris seperti berikut ini:

Product Name: Blue Shoe Can’t (Blusukan)
Expiry Date: December 2014.

Terjemahan:
Nama Produk: Blusukan
Tanggal Usang: Desember 2014

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Setelah mendapat penjelasan ini, para pedagang menjadi mengerti mengapa blusukan tak laku lagi dijual. Rupanya, produk ini tak bisa bertahan lama. Karena terbuat dari bahan-bahan palsu.

Para pedagang mengatakan, banyak pembeli blusukan tahun 2014 mendatangi mereka sambil melemparkan produk palsu itu.

“Jangan lagi jual blusukan di sini,” kata para pembeli 2014. “Palsu. Tipuan semua,” ujar mereka dengan nada tinggi.

[Oleh : Asyari Usman, wartawan senior]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru