Jokowi : Babak Akhir, Babak Belur

- Pewarta

Kamis, 11 April 2019 - 14:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Opiniindonesia.com – Tiba – tiba saja ‘rakyat Jokowi’ yang disurvei 57% oleh LSI Denny JA, meninggalkan presiden yang dulu dirasakan ‘legendaris’ itu. Presiden yang kelihatan merakyat. Presiden yang kelihatan bersahaja.

Apa yang salah? Mengapa dibabak-babak akhir kampanye ini, Jokowi babak belur?

Di mana-mana kampanye beliau lengang. Kosong. Tidak ada peminat. Kecuali di beberapa lokasi. Lumayan ramai. Itu pun dibantu oleh pengerahan pegawai negeri, pegawai BUMN, dan warga giringan.

Hari ini, saat ini, Jokowi ke Sukabumi. Anak-anak SD dikerahkan untuk menyambut beliau di pinggir jalan.

Jokowi tak jadi turun ke Padang, kemarin (10/4/19), karena boleh dikatakan tidak ada orang yang datang. Sepi. Wamen Archandra Thahar yang dikirim untuk menghadapi ‘kesepian’ itu. Sangat memilukan hati.

Bahkan di kampung halaman Pak Jokowi sendiri, Solo, beliau diboikot. Kampanye terbuka di kota ini (10/4/19) kabarnya tidak boleh ada ‘drone’ yang biasanya dipakai mengambil foto aerial (dari udara). Hampir pasti larangan ini disebabkan sensitivitas jumlah massa yang ada di lapangan.

Hari sebelumnya, (9/4/19), Jokowi bertandang ke Karawang di pagi hari dan kemudian ke Bandung. Juga bernasib sama. Lesu peminat. Warga Ciracas pun ikut memboikot kampanye Pak Jokowi.

Inikah kampanye gagal? Inikah pertanda kekalahan? Akan adakah ‘emergency exit’ untuk Pak Jokowi?

Dalam tradisi kampanye pemilu di mana pun, hari-hari terakhir menjelang hari pencoblosan selalu menjadi barometer dan argometer. Kecenderungan di bilik suara bisa ditebak dari kampanye di babak-babak akhir itu.

Dengan demikian, kampanye Jokowi yang sepi dan lesu di ronde-ronde penutup akan ditafsirkan sebagai konsensus umum bahwa publik menolak keras argumentasi petahana. Publik memberikan isyarat bahwa seluruh gagasan Jokowi tidak diterima.

Apakah ini pertanda kekalahan? Tampaknya tidak ada tafsiran lain. Kerangka berpikir logis melihatnya seperti itu. Ketika gegap gempita kampanye Prabowo-Sandi berlangsung di mana-mana, maka efek psikologisnya akan hadir berup pesan kepada ‘the rest of the public’ (bagian publik lain) bahwa mayoritas besar rakyat tidak ingin kekuasaan Pak Jokowi berlanjut.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Masih adakah pintu darurat (emergency exit) bagi petahana? Kontestai pilpres bukanlah kendaraan yang kita tumpangi. Pertarungan ini tidak mengenal pintu darurat. Dalam arti, pertanda kuat tentang kekalahan tidak bisa disulap menjadi suasana kemenangan. Kecuali ada niat untuk merebut kemenangan dengan cara-cara yang kotor.

Tentu gagasan yang jelek ini tidak mudah untuk dilaksanakan. Lagi pula, akan repot menyandang ‘kemenangan curian’. Stolen victory.

Sebab, rakyat sulit menerima narasi bahwa kampanye sepi dan lesu menghasilkan kemenangan. Ibarat toko yang terlihat terus-menerus sepi tanpa pembeli, sangat aneh kalau pemiliknya mengklaim bahwa jualan mereka untung besar.

Jadi, babak akhir kampanye petahana yang jelas babak belur saat ini, jauh lebih banyak menghasilkan perasaan ‘resignation’ (langkah mundur). Ini sangat alami. Adrenalin kemenangan tidak ada lagi.

Semua pembicaraan tentang ‘what next’ kini sepenuhnya didominasi oleh paslon 02. Papan caturnya kelihatan jelas. Posisi buah hitam dan putih sangat mudah dihitung kemungkinan-kemungkinannya.

Di dunia nyata, Pak Jokowi sudah kehilangan banyak citra. Ada lompat pagar beberapa parpol pendukung, ada OTT KPK, dan persepsi rakyat bahwa kubu 01 menggunakan segala cara untuk menang. Menyalahgunakan kekuasaan.

Inilah yang menyatukan rakyat untuk menunjukkan perlawanan. Dan membuat sepi kampanya Jokowi adalah salah bentuk notifikasi perlawanan itu.

Rakyat sengaja membuat babak akhir kampanye Jokowi, babak belur.

Oleh : Asyari Usman, adalah Penulis wartawan senior.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru