Kegagalan, Mencetak Sawah 1 Juta Hektar

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 20 September 2018 - 18:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PEMERINTAHAN JOKOWI dalam programnya menjanjikan akan mencetak 1 juta lahan sawah baru. Tapi hingga hari ini tampaknya janji itu tidak akan terealisasi. Kegagalan dalam memenuhi janji ini sejalan dengan kegagalan lainnya dalam hal pertubuhan ekonomi, target nilai tukar dollar terhadap rupiah, tol laut, revolusi mental, dll.

Melalui pernyataan Kementrian Pertanian, Tahun 2018, target pencetakan sawah baru dipatok pada kisaran 12 ribu hektare. Angka tersebut diakuinya tidak cukup besar dari capaian cetak sawah tahun lalu. Pada 2017, realisasi cetak sawah mencapai 64 ribu hektare. Sementara, realisasi fisik cetak sawah selama 2016 sebesar 129.076 hektare. Pada tahun 2015 hanya 20 ribu hektar yang dapat direalisasi dari 23.000 hektar yang dirancang.

Dilihat dari skema ketersediaan lahan saat ini, dikaitkan dengan kegigihan Budi Waseso menolak impor, setidaknya kita menemukan beberapa kemungkinan-kemungkinan:

Pertama, pada skema kapasitas sawah dengan jumlah yang tersedia saat ini, sesungguhnya kita mampu mengatur ritme permintaan untuk tidak melulu impor beras dari luar negeri.

Kedua, Betapa kita dapat membayangkan ketika 1 juta lahan dapat direalisasikan oleh pemerintahan Jokowi, maka Indonesia berpotensi untuk masuk pada fase yang dulu kita kenal sebagai swa sembada.

Ketiga, Ditengah stok beras yang melimpah dengan ditandai penuhnya gudang” milik Bulog, maka kita pantas curiga bahwa impor ini merupakan bagian dari aksi meraup keuntungan sepihak yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.

Situasi ini menjadi pangkal keprihatinan kita semua. Baru saja beberapa waktu yang lalu pemerintah berkoar-koar untuk mebatasi impor ditengah lemahnya kondisi rupiah, tapi ternyata disisi lain ada upaya melakukan impor beras yang cukup besar ditengah kecukupan pasukan di gudang Bulog.

[Oleh : Gusmiyadi Goben]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru