Masih soal MRT, Siapa Yang Berbohong?

- Pewarta

Senin, 25 Maret 2019 - 15:21 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DUH, ngeri banget mendengar orasi Jokowi di Jogya, Sabtu (23/3/2019) siang. “Selama 4,5 tahun saya difitnah, direndahkan, dihina, saya diam saja. Tapi sekarang, di Jogya, saya nyatakan saya akan lawan!” begitu pekik Jokowi.

Jujur, serem banget, kok kayak mau perang saja. Sepertinya lawan sudah kelewatan hingga ia perlu mengucapkan kata-kata yang seperti itu. Dan, kalimat itu seolah-olah selama ini dia sudah sungguh-sungguh berada di jalan yang benar. Padahal, segunung ketidaktepatan (saya mencoba menggunakan bahasa yang santun) terbentang di depan mata.

Soal impor pangan yang pernah dijanjikan tidak akan dilakukan lagi, tapi hasilnya justru impor pangan memasuki zaman keemasan. Bahkan, Bulog yang sudah menentangnya, tetap diabaikan. Lalu, orang ramai-ramai mengkritiknya: “Apakah ini fitnah?”

Lalu terkait hutang, dulu ia juga menegaskan tidak akan hutang lagi. “Negara kita semua serba ada, buat apa hutang lagi! Kita harusnya sudah membantu negara lain!” . Faktanya hutang Indonesia mencapai titik yang mengkhawatirkan. Nah, ketika ada orang yang berkata: “Dia itu raja hutang,”. Apakah itu fitnah?

MRT

Terkait MRT yang katanya merupakan keputusan politiknya bersama Ahok, harian Kompas yang sebelumnya menjadi salah satu pendukung utamanya, malah sudah membantahnya. Kompas secara tegas menuliskan secara rinci hingga semua pihak jelas bahwa Jokowi hanya mengklaim.

Tahun 2011, saat itu saya masih di PPK GBK (Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno), BLU (Badan Layanan Umum) Satuan Kerja Sekertariat Negara. Di saat yang sama, saya juga merupakan pengurus KONI.

Januari atau Februari, saya memperoleh tugas baik dari PPK-GBK maupun KONI untuk ikut rapat tentang rencana alih fungsi Stadion Lebak Bulus, yang akan dijadikan sebagai stasion utama MRT. Rapat di kantor Gubernur DKI. Diikuti oleh wakil Pemda, wakil Kemenpora, Keuangan, PU, Setneg (PPK GBK), dan KONI.

Di dalam rapat diputuskan (tahap awal) Stadion Lebak Bulus (milik Pemda DKI) ke daerah Bintaro yang masih masuk wilayah DKI. Modal utamanya jika saya tidak keliru ada tanah Pemda DKI seluas kurang dari satu hektar. Sementara untuk stadion pengganti dibutuhkan sekitar lima hektaran.

“Pemda (Gubernur Fauzi Bowo) sudah siap menggelontorkan dananya,” tukas wakil dari Pemda DKI.

Namun demikian perlu dicari jalan amannya. Maksudnya agar tidak melanggar UUSKN (Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional) yang mengatur tata cara pemindahan dan alih fungsi sarana olahraga. Ya, tentu tidak mudah. Banyak rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar. Jangan sampai ada buntutnya seperti kebanyakan projek lain.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Saya agak keras untuk alih fungsi ini. Saya tidak ingin fasilitas olahraga hilang tanpa ada gantinya seperti nasib stadion Menteng yang berubah jadi taman. Padahal, stadion itu punya sejarah bukan hanya untuk dunia sepakbola Jakarta serta nasional, tapi sejarah perjalanan bangsa. Sedih dan perih.

Ada satu lagi kisah yang disampaikan sahabat saya:

“Lha koncoku direksi JAYA holding mundur dari Jaya, karena jadi Dirut MRT, ” tulisnya di WA. “Tapi begitu Ahok berkuasa, koncoku malah dipecat karena dianggap orangnya Foke,” tulisnya lagi sambil menuliskan kata he..he..he.

Dari dua fakta itu, ditambah fakta koran Kompas, jelas ini bukan fitnah. Sementara ada yang dengan gagah perkasa mengatakan MRT adalah keputusan politiknya bersama Ahok. Pernyataan itu bolehkah kita golongkan fitnah atau hoax? Ya, semua tentu saya serahkan pada kita semua untuk menilainya. Yang pasti klaim yang disampaikan dengan gagah itu tak ubah seperti klaim kosong semata. mau kita sebut apa?

Jadi, mohon tanya saja: “Siapa yang sesungguhnya harus diperangi? Siapa yang harus dilawan?” Sekali lagi, jawabnya, saya pulangkan pada kita semua.

Semoga kisah indah warga DKI dalam Pilkadanya bisa juga dirasakan oleh warga Indonesia lainnya. Insyaa Allah, skenario Sang Khalik kembali bisa kita rasakan. “Tanda-tandanya sih sudah terasa karena datang berkali-kali,” kata seorang sahabat dengan penuh senyum.

Sungguh telah kami uji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui orang yang jujur dan mengetahui orang yang berdusta ( QS, Al Ankabut:3). Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu,” (QS, At Taubah: 115).

[ Oleh : M. Nigara, adalah Wartawan Senior Mabtan Wasekjen PWI ]

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru