Malu Rasanya …

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 6 Desember 2018 - 10:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

LAMA SAYA pertimbangkan untuk menuliskan hal ini. Ada rasa yang berbeda dari biasanya, maklum banyak di antara mereka adalah orang-orang yang saya kenal. Tetapi rasa malu yang membuncah membuat saya akhirnya menuliskan juga otokritik ini.

Ya, sebagai orang yang pernah bergelut sebagai wartawan, sempat menjadi Pemred, dan Pemimpin Umum di beberapa media cetak nasional, sungguh saya malu melihat apa yang saat ini dilakukan oleh mereka yang masih aktif di media.

https://opiniindonesia.com/2018/12/06/pembelaan-diri-erick-thohir-pemilik-republika/

Sebagai sesama wartawan, tentu basis keilmuan kita sama. Bagi kita, kebenaran wajib dilaporkan. Bagi kita, berpihak dalam melaporkan fakta (apalagi jika dilakukan karena ada imbalan materi) haram hukumnya. Bagi kita, kebebasan dan netralitas wajib dijaga dan harus terjaga. Untuk itu, kita dilindungi oleh hukum dan dan undang-undang.

Tapi, belakangan ini, tepatnya sekitar dua tahun terakhir, ada yang aneh menyeruak di dunia pers kita. Netralitas seperti tersapu gelombang. Keberpihakan menjadi terang-benderang. Fakta di depan mata, bukan lagi berita. Mereka telah mengubah jatidiri kewartawanan menjadi pedagang. Mereka telah mengkhianati kejujuran.

Mayoritas media _mainstream_ tidak lagi berada di orbit jurnalisme yang sesungguhnya. Mereka ramai-ramai telah -maaf- menjual diri mereka dengan sangat murah. Sungguh memalukan. Mereka telah berubah menjadi WTS (Wartawan Tanpa Suratkabar) yang hidupnya hanya mengejar amplop.

Hersubeno Arief dan Ilham Bintang adalah dua sahabat saya yang telah lebih dulu menorehkan opininya. Bunuh diri pers, kata Hersu, begitu biasa saya sapa, menuliskan pandangannya. Keras dan tegas. Begitu juga Ilham, menuliskan rakyat telah menemukan cara sendiri untuk menyampaikan berita. “Rakyat telah mencabut media mainstream dari sanubarinya!”

Tak terbayangkan, ada jutaan manusia (saya sengaja tidak menulis umat islam dan umat-umat agama lainnya) berkumpul bersama di satu tempat (saya juga sengaja tidak menuliskan Monas), sangat damai, tertib, dan mampu membersihkan tempat dengan baik, tidak jadi berita. Sungguh aneh, fakta besar dilewati begitu saja. Mereka mengabaikan seolah-olah mata mereka buta dan kuping mereka tuli.

Kawan, sungguh malu rasanya engkau berbuat seperti itu. Sebagai sesama wartawan, aku ingin bertanya di mana nuranimu? Di mana engkau sematkan kejujuranmu? Kawan, engkau boleh memilih siapapun untuk menjadi apa pun, tetapi, ketika engkau menggunakan jubah kewartawanan, engkau wajib menyuarakan kebenaran. Engkau bukan dirimu, tapi englau adalah garda terdepan dari kebenaran.

Pertanyaannya: “Tidakkah engkau melihat jutaan manusia berkumpul di satu tempat Ahad (2/12/18)?” Lalu, kemana engkau berada hingga engkau abaikan semua itu?

Sekali lagi, malu rasanya melihat semua itu. Pertanyaannya, malukah engkau dengan prilakumu?

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Beruntung masih ada TV One yang secara gagah meliput detik demi detik seluruh peristiwa itu. Ya, seperti slogannya: TV One memang beda!

Sekali lagi, semoga ada rasa malu di hatimu seperti malu yang menyeruak di dadaku. Semoga Allah SWT mengampuni kita semua. Dan semoga NKRI juga dalam lindunganNya, aamiin(*)

[Oleh : M. Nigara. Penulis adalah wartawan senior, mantan Wakil Sekjen PWI]

(*) Untuk membaca tulisan M. Nigara lainnya, silahkan KLIK DI SINI.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru