Budaya Hukum Perkawinan Pada Malem Songo : Antinomi antara Makna dan Realita

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 18 Mei 2021 - 13:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Pernikhan. /Pexels.com/Kumar Saurabh

Ilustrasi Pernikhan. /Pexels.com/Kumar Saurabh

OPINI INDONESIA – Malem songo atau malam ke-29 pada Bulan Ramadhan oleh sebagian besar masyarakat Jawa dianggap sebagai malam yang baik sekaligus membawa keberkahan. Dalam Agama Islam, memang ada keyakinan bahwa salah satu malam lailatul qadar adalah jatuh pada malam ke-29 pada Bulan Ramadhan.

Sehingga, wajar jika identitas ‘malam keberkahan’ begitu melekat dengan malam ke-29 pada Bulan Ramadhan atau lazim dikenal sebagai malem songo. Identitas ‘malam keberkahan’ pada malem songo kemudian diidentikkan sebagai malam yang baik untuk melakukan berbagai hal-hal baik, tentunya tak terkecuali dengan perkawinan.

Perkawinan bagi masyarakat Jawa tidak hanya tentang hubungan antara dua sejoli laki-laki dan perempuan, akan tetapi juga merupakan salah satu sarana dalam menyempurnakan agama sekaligus merupakan ekspresi dari tradisi luhur yang dipegang oleh masyarakat Jawa pada umumnya.

Oleh karena itu, bagi masyarakat Jawa, perkawinan merupakan momentum yang istimewa yang mana dalam momentum ini, nilai-nilai agama dilaksanakan secara bersamaan dengan seremoni tradisi khas masyarakat Jawa.

Perkawinan sebagai momentum istimewa bagi setiap warga masyarakat, terutama masyarakat Jawa sebagaimana telah tercantum dalam Pasal 2 Buku 1 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menegaskan bahwa unsur paling penting dalam perkawinan adalah adanya akad miitsaaqan gholiidhan.

Akad miitsaaqan gholiidhan merupakan akad yang sangat kuat yang diharapkan bahwa perkawinan ini merupakan sekali dan selamanya bagi kedua mempelai sehingga tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Mulianya niat serta tujuan dari perkawinan tersebut lantas membuat masyarakat Jawa memilih hari yang terbaik dalam menjalankan prosesi perkawinan, terutama pada malem songo yang oleh sebagian besar masyarakat Jawa, identik dengan malam yang baik, mulia, serta memiliki banyak keberkahan.

Berita Terkait

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP
Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK
Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara
Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga
Idulfitri: Mengapa Penting untuk Kembali ke Fitrah yang Sejati
Ketimpangan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial di Indonesia: Masalah yang Terus Membayangi Perkembangan Demokrasi
Mengapa Peran Masyarakat Sipil Penting dalam Membentuk Kebijakan Publik di Indonesia
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Selasa, 16 April 2024 - 11:04 WIB

Hangatnya Pertemuan Idul Fitri: Diskusi Perkembangan Pasar Modal di BNSP

Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:43 WIB

Pemutusan Batas Usia Calon Presiden: Analisis Dr. Fahri Bachmid Menjelang Putusan MK

Rabu, 24 Mei 2023 - 09:10 WIB

Dewan Sengketa Konstruksi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Rabu, 12 April 2023 - 20:52 WIB

Martabat MPR Pasca Amandemen UUD 1945, Yusril: Kita Kehilangan Ide Dasar Bernegara

Selasa, 11 April 2023 - 22:00 WIB

Solusi agar Independensi KPK Bisa Diimplementasikan dengan Baik Tanpa Bubarkan Lembaga

Berita Terbaru